Béatrice mendesah. "Mary?" Panggil Béatrice. "Ya, Signorina." Sahut Mary.

"Tinggalkan aku dengan Signor Velasco." Perintah Béatrice. "Namun jika aku ataupun Signor Orlando tidak ada yang keluar dari ruangan ini dalam waktu 10 menit, tolong panggilkan security untukku." Lanjutnya.

Pryce menaikkan sebelah alisnya. "Kau pikir aku penjahat?"

"Sort of." Béatrice hanya mengendikkan bahunya. "Kau dengar aku, Mary? Tolong lakukan sesuai yang aku katakana." Pintanya.

"Saya mengerti." Mary pun meninggalkan Béatrice sesuai dengan apa yang diperintahkan Béatrice. Tinggal mereka disana. Béatrice dan Pryce. "Cepat katakan apa yang maumu. Kau hanya punya 10 menit untuk mengatakannya, atau petugas akan membawamu dari sini."

Tawa dari Pryce membalas perkataan Béatrice. "Kau pikir kau bisa melakukannya? Aku Pryce Giovanni Velasco."

"Aku tidak peduli." Balas Béatrice.

Perlahan tawa Pryce mereda. "Baiklah, baiklah. Aku mengerti. 10 menit? Itu cukup, untuk hari ini." Kata Pryce.

"Aku dengar kau sekarang tengah berkencan dengan Chavalier? Cinta lama bersemi kembali, huh?"

Béatrice mendengus kesal. "Itu sama sekali bukan urusanmu, Pryce. Aku tidak tahu kau mendengarnya dari siapa atau bagaimana. Tapi itu bukan urusanmu. Jadi berhenti mencampuri sesuatu yang sama sekali tidak ada kaitannya denganmu."

"Aku hanya khawatir padamu, Bellisima." Pryce berkata. Kemudian ia bangkit dari kursinya dan mendekat pada Béatrice. Ia menyentuh wajah Béatrice. "Kau salah ketika kau memutuskan untuk bersama dengannya. Kau tahu, sayang? He's a jerk. I have told you before. Menjauhlah sebelum kau disakiti lagi."

"Begitukah? Atas dasar apa kau berkata seperti itu?" Tanya Béatrice. "Aku mengetahui semuanya sekarang, Pryce. Kejadian sebenarnya 5 tahun yang lalu. Apa yang kau lakukan pada kami dan bagaimana semua ini bisa terjadi. Aku tahu."

"Oh ya? Kau sudah tahu?" Pria itu tersenyum miring. "Kau sudah tahu rupanya. Kalau begitu kau sudah tahu semua tentang taruhan itu?"

Mata Béatrice menatap Pryce dengan tajam. "Tentu saja aku tahu. Kau yang membuat semua taruhan konyol ini, brengsek."

Tawa dari Pryce kembali terdengar di dalam ruangan. Béatrice menatapnya dengan curiga. Ia sempat mengira bahwa pria ini memiliki kelainan jiwa. He is not normal. "Aku memang yang membuatnya. Tapi kekasihmu itu juga termasuk di dalamnya, Béatrice. Dia tidak mencintaimu. Dia yang mengajukan diri untuk mempermainkan dirimu."

Béatrice memilih untuk menutup dirinya dari omongan Pryce yang jelas-jelas salah. Iya, Pryce salah. Chavalier mencintainya. Untuk kali ini dan seterusnya, Béatrice akan memilih untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh Chavalier. "Kau salah, Pryce. Ia mencintaiku. Dia takkan mengaku pada kalian semua jika ia tidak benar-benar mencintaiku."

Pryce berdecak kesal. "Kenapa kau tidak mendengarkan aku? Kau layak untuk bersama dengan pria yang lebih baik darinya."

"Begitukah? Kalau begitu siapa orangnya?"

"Aku." Jawab Pryce dengan percaya diri.

Kali ini tawa Béatrice yang terdengar. "Lucu. Kau? Orang yang menghancurkan kami adalah pria yang lebih baik darinya?" Tanya Béatrice tidak percaya. "Pryce, ku rasa kau mabuk. Lebih baik kau pergi untuk menjernihkan pikiranmu atau pergi ke bar untuk menambah kemabukanmu itu."

"Aku sudah cukup mendengarkan omong kosongmu hari ini, Pryce. Kau boleh pergi." Tambah Béatrice.

"Aku belum selesai, Béatrice." Balas Pryce. "Ada satu hal lagi yang tidak kau ketahui tentang dirinya."

Béatrice berjalan menuju mejanya dan menekan intercom untuk memanggil Mary. "Mary, tolong panggilkan security. Aku ingin mereka membawa Signor Velasco dari ruanganku." Perintah Béatrice.

"Aku bilang aku belum selesai, Béatrice." Pryce kembali berkata. Kali ini dengan suara rendah. "Kau bodoh ketika memilih dia. Kau pikir semuanya akan semudah itu untuk bisa bersama Chavalier? Permasalahannya tidak semudah yang kau kira, sayang."

"Chavalier Deanthony Orlando sudah bertunangan dengan Miranda Carenina Hudson. Seorang model yang dikenal dunia." Pryce melanjutkan. "Kau sama sekali bukanlah tandingan seorang Miranda Hudson, Béatrice."

Béatrice terdiam dan menggigit bibirnya. Perilaku Béatrice itu membuat Pryce tersenyum penuh kemenangan. "Tentunya Chavalier tidak pernah mengatakan ini bukan? Lihat, apa ku bilang. Dia pria brengsek. Kau salah ketika memilih dia. Pilihan yang terbaik untukmu adalah aku. Biar aku yang membantumu membalaskan semua sakit hatimu terhadapnya. Aku akan membantumu."

Ketukan di pintu ruangannya membuat Béatrice kembali tersadar. Ia segera berjalan menuju pintu dan membukanya. Mary beserta beberapa orang dari tim keamanan sudah berdiri di depannya. "Signorina?" Tanya Mary.

"Woah. Kau benar-benar keterlaluan Béatrice. Bisa-bisanya kau berlaku seperti ini pada orang yang ingin membantumu." Pryce berkata dibelakangnya.

"Baiklah, sekarang aku akan pergi. Tapi ingat perkataanku kali ini, Béatrice. Aku akan membantumu." Pryce kemudian menepuk bahunya sebelum ia akhirnya berjalan dengan sukarela meninggalkan Béatrice di ruangannya. Wanita itu terdiam tak mengatakan apapun hingga akhirnya Mary memanggil dirinya. "Anda tidak apa-apa?" Tanya Mary khawatir.

Béatrice tersenyum kemudian menggeleng. "Tidak apa-apa, Mary. Maaf sudah merepotkanmu." Kata Béatrice. Kemudian ia melihat jam ditangannya. "Aku akan pergi sekarang. Silahkan kalian semua juga mengambil waktu kalian untuk makan siang."

Kemudian Béatrice berjalan meninggalkan ruangannya juga. Tak lama handphone miliknya berbunyi. "Aku sudah dibawah." Suara pria itu menyambutnya ketika ia mengangkat panggilan.

"Benarkah? Aku akan dalam perjalanan ke bawah, Val." Balasnya.

"Baiklah. Sampai nanti, Bee."

"Sampai nanti, Val." Béatrice menutup panggilan singkat itu kemudian mendesah.

Jika ucapan Pryce ternyata benar, apa yang akan dilakukan olehnya? Meninggalkan pria itu lagi atau memilih untuk mempertahankannya meski semua ini salah? Tapi untuk saat ini, Béatrice akan mengikuti janjinya sendiri.

Mempercayai apapun yang akan Chavalier katakan padanya.

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Onde histórias criam vida. Descubra agora