Jilid 14

656 12 1
                                    

TAHULAH dia bahwa mereka ini bukan orang sembarangan dan agaknya menjadi pemimpin gerombolan perampok itu. Memang dagaannya benar. Dua orang yang mengeroyok gadis itu dan kini bersama tiga orang yang mengeroyoknya, adalah Yan-san Ngo-coa sendiri, yang memimpin gerombolan perampok terdiri dari lima puluh orang itu. Karena merasa yakin bahwa orang-orang mereka tentu akan dapat menang dan menumpas para perajurit pengawal yang jumlahnya lebih kecil dan kelihatan sudah lelah dan lemah, Yan-san Ngo-coa lalu menerjang masuk dan menghampiri tiga buah kereta untuk menyerbu keluarga kaisar dan berpesta pora dengan mereka dan harta mereka. Akan tetapi, terdengar bentakan nyaring dan entah darimana datangnya, tiba-tiba saja sudah muncul gadis remaja itu yang memutar sebatang pedang tipis menahan mereka ! Mula-mula Yan-san Ngo-coa memandang rendah dan seorang di antara mereka maju untuk menangkap gadis itu, bukan untuk membunuhnya melainkan untuk menangkapnya karena gadis remaja itu cantik manis dan tentu saja mereka merasa sayang untuk membunuhnya. Akan tetapi hampir saja yang seorang itu celaka karena pedang gadis itu ternyata lihai bukan main.
Seorang lagi maju, tetap saja terdesak sehingga akhirnya mereka berlima maju semua mengeroyok dan pada saat gadis itu terdesak, mucul Han Le membantu.

Siapakah gadis remaja yang lihai itu? Tidak mengherankan kalau gadis remaja itu lihai, karena ia adalah puteri tunggal dari Yu Kiang dan Ceng Hiang ! Ayah gadis itu, Yu Kiang, adalah seorang bangsawan tinggi yang ahli dalam hal sastera, akan tetapi dapat dikata tidak pandai ilmu silat. Akan tetapi isterinya, Ceng Hiang, adalah seorang puteri pangeran yang memiliki ilmu silat hebat ! Sebagai puteri pangeran yang menjadi keluarga kerajaan, Ceng Hiang beruntung sekali mewarisi ilmu-ilmu silat yang istimewa, yaitu beberapa ilmu silat tinggi peninggalan keluarga Pendekar Pulau Es ! Dan lebih dari itu, secara kebetulan sekali ia menemukan sebuah kitab peninggalan Tat Mo Couwsu yang bernama Pek-seng Sin-pouw, yang mengajarkan langkah-langkah ajaib. Karena ibunya seorang ahli silat tingkat tinggi, tidaklah mengherankan kalau gadis remaja yang menjadi puteri tunggal itu mewarisi ilmu silat yang lihai dari ibunya. Gadis itu bernama Yu Bwee, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dan memiliki bakat yang amat baik.

Biarpun masih berdarah bangsawan dan dekat dengan keluarga kerajaan, namun sejak dahulu keluarga Yu Kiang dan Ceng Hiang tidak setuju dengan sikap Kaisar Hsian Feng yang amat lemah dan yang tidak memperhatikan urusan pemerintahan sehingga kebanyakan di antara pejabat pemerintah merupakan orang-orang korup yang menindas kehidupan rakyat. Bahkan diam-diam keluarga ini menaruh penghargaan kepada para pejuang yang berjuang untuk memebebaskan rakyat dari penindasan kaum penjajah. Akan tetapi, tentu saja merekapun tidak mau menjadi pengkhianat, tidak mau mengkhianati kerajaan dan walaupun mereka tidak langsung membantu pemerintah, namun mereka masih mempunyai perasaan setia terhadap kerajaan dan tidak mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pemerintah.

Ayah Ceng Hiang, yaitu Pangeran Tiu Ong, juga hanya mau menjabat kedudukan sebagai pengurus perpustakaan istana dan sama sekali tidak mau mencampuri urusan pemerintahan, apalagi yang menyangkut urusan rakyat. Bahkan Yu Kiang sendiripun tidak mau menjabat kedudukan, melainkan hanya menjadi seorang guru besar sastera saja.

Ketika terjadi penyerbuan orang kulit putih ke kotaraja, tentu saja Ceng Hiang tidak mau tinggal diam. Ia mempergunakan ilmu kepandaiannya untuk membantu para perwira mempertahankan kota, dan suaminya, Yu Kiang, juga sibuk membantu pertahanan kotaraja dengan siasat perang yang kesemuanya sia-sia belaka karena pihak musuh jauh lebih kuat perrsenjataannya. Yu Kiang merupakan seorang di antara mereka yang membujuk kaisar agar suka pergi melarikan diri dan mengungsi ke Yehol bersama keluarganya. Ceng Hiang lalu mengutus puterinya, Yu Bwee, untuk menyusul dan kalau perlu melindungi kaisar.

"Anakku, Yu Bwee, sekaranglah tiba saatnya engkau memperlihatkan kepandaian yang selama ini kuajarkan kepadamu. Kejarlah rombongan Sribaginda ke Yehol dan lindungilah keluarga itu dalam perjalanan sampai ke Yehol. Engkau tinggallah di sana untuk sementara waktu, melindungi keluarga Sribaginda Kaisar sampai aku datang menyusul ke sana."

Pemberontakan TaipengWhere stories live. Discover now