Jilid 3

952 13 1
                                    

Hal ini tidaklah aneh, sama sekali bukan karena dia terlalu mahir dengan ilmu silat Siauw-lim-pai, yang seperti juga dengan ilmu-ilmu silat berbagai aliran hasil curian mendiang gurunya, hanya dikuasai beberapa bagian saja yang tergolong tinggi tingkatnya, melainkan karena memang sebelum menguasai berbagai ilmu silat itu, dia sendiri sudah amat lihai sebagai murid Hai-tok. ilmu silat Siauw-lim-pai itu dia pergunakan sebagai kulit luarnya saja, akan tetapi sebenarnya sinkang yang dipergunakan dibalik pukulan dan cengkeraman itu adalah sinkang yang diwarisinya dari Hai-tok.

Dan memang tingkatnya jauh lebih tinggi kalau dibandingkan dengan tingkat dua orang tosu Kun-lun-pai tingkat tiga itu.

"Krrakkk ...... !" Tiba-tiba cengkeraman tangan kirinya tepat mengenai kepala tosu itupun terpelanting, pedngnya terlempar dan diapun tidak mampu bergerak lagi. Tempurung kepalanya bagian pelipis kanan Tiong Sin Tojin retak dan tertekan masuk kedalam dan nampak kepala itu berlubang empat, bekas empat buah jari tangan Song Kim yang mencengkeram. Tiong Sin Tojin tewas seketika.

Tiong Gi Tojin marah bukan main, menggerakkan kebutannya sehingga terdengar bercuitan dan gulungan putih menyambar-nyambar. Namun, dengan lincahnya Song Kim dapat menghindarkan diri, kemudian kembali tangannya yang ampuh bergerak, kini memukuldengan tangan terbuka ke depan.

"Desss ...... !" Dada kiri Tiong Gi Tojin terkena hantaman telapak tangn itu. "Uhhhh !" Tiong Gi Tojin terhuyung, darah segar keluar dari mulutnya dan kebutannya terlempar lepas dari tangannya yang kini keduanya dipakai untuk menekan dadanya yang kena pukul tadi.

"Ha-ha-ha, kiranya tidak berapa hebat kepandaian tosu tingkat tiga dari Kun-lun-pai. Sayang bukan tingkat pertama atau ketuanya sendiri yang dapat kuajak bertanding," kata Song Kim.

Tiong Gi Tojin berdiri memandang kepada lawan itu dengan mata tajam dan penuh kemarahan, kemudian tanpa mengeluarkan sepatahpun kata, dia mengambil tubuh sutenya yang sudah menjadi mayat, memanggulnya dan tanpa pamit diapun pergi diiringi senyum mengejek dari Lee Song Kim.

Begitu tosu gendut itu memanggul tubuh sutenya, Song Kim cepat memanggil dua orang pembantu atau juga muridnya untuk membayangi perjalanan Tiong Gi Tojin dan melihat perkembangan siasat yang telah dilaksanakan tadi, yaitu mengadu domba antara Kun-lun-pai dan Siauw-lim-pai. Dia tahu bahwa di antara aliran-aliran persilatan, dua partai persilatan itulah yang merupakan sumber ilmu silat tinggi. Siauw-lim-pai adalah gudang ilmu silat dari para hwesio sakti seperti mendiang Tat Mo Couwsu dan lain-lain, sedangkan Kun-lun-pai juga merupakan gudang ilmu silat dari para pertapa dan tosu di Kun-lun-san, bahkan dari Himalaya. Kalau dia dapat menguasai ilmu-ilmu paling tinggi dari dua partai persilatan itu, dia tidak akan gentar lagi menghadapi jagoan- jagoan mereka dan dia akan lebih mudah mencapai cita-cita yaitu mengangkat diri menjadi Thian-he Te-it Bu-hiap (Jago Silat Nomor Satu di Kolong Langit) !

Dengan menahan rasa nyeri pada luka di dadanya, Tiong Gi Tojin berlari sambil memanggul jenazah sutenya. Tentu saja dia tidak mungkin dapat kembali ke Kun-lun-pai yang jauh, dan hanya pergi ke sebuah kuil yang menjadi cabang dari Kun-lun-pai. Pada malam harinya, tibalah dia di kuil yang dipimpin oleh seorang sutenya, yaitu Tiong Le Tojin. Setibanya di pintu kuil, Tiong Gi Tojin tidak kuat lagi dan diapun roboh terguling bersama jenazah Tiong Sin Tojin. Tentu saja Tiong Le Tojin, ketua kuil Kun-lun-pai itu, terkejut sekali melihat kedua orang suhengnya itu. Seorang telah menjadi mayat dan seorang lagi dalam keadaan terluka berat.

"Tiong Gi suheng, apakah yang telah terjadi ?" tanyanya sambil memangku kepala suhengnya itu yang napasnya sudah empas-empis dan mukanya sudah menjadi pucat kebiruan.

"Orang she Lee ...... murid Siauw-lim-pai ...... " hanya demikian dia mampu mengeluarkan suara karena diapun terkulai dan tewas menyusul sutenya.

Tentu saja pesan terakhir ini membingungkan hati Tiong le Tojin. Murid Siauw-lim-pai she Lee. Agaknya orang she Lee itulah yang membunuh kedua orang suhengnya. Karena pentingnya urusan Tiong Le Tojin setelah mengurus kedua jenazah suhengnya itu sebagaimana mestinya, lalu berangkat menuju ke pusat Kun-lun-pai untuk melaporkan tentang kematian dua orang tosu Kun-lun-pai. Disebutnya Siauw-lim-pai merupakan hal gawat dan Tiong Le Tojin tidak berani lancang mengurusnya sendiri ke Siauw-lim-pai.

Pemberontakan TaipengWhere stories live. Discover now