Jas Merah (Part 2)

588 6 0
                                    

Karsini, akrabnya dipanggil Mak Kar -- seorang ibu rumah tangga yang memiliki dua anak lucu. Anak pertama seorang laki-laki bernama Widi dan anak kedua seorang perempuan bernama Amanda. Widi anak yang pendiam, umurnya di bawah lima tahun --masih terbilang balita, jika ditanya dia jarang merespon, istilah jawanya itu, ngowoh. Berbeda dengan adenya, Amanda yang memiliki sifat cerewet.

Di suatu malam,  terdengar sedikit keributan. Rewelnya Amanda kambuh lagi. 

"Ayo to ndok turu ning kamar wae." pinta Mak Kar. Tetapi percuma, Amanda tetap baring saja dengan belaraskan tikar di depan TV.

Ya, setiap malam Amanda tidur di ruang tengah. Dia juga selalu meminta untuk tidak menutup pintu rumah setiap malam. 

"Ono opo to? Kenapa ga mau tidur di kamar?" Mak Kar mencoba memelankan suaranya, alih-alih dia bisa mengetahui apa sebab anaknya sering tidak mau tidur di kamar. 

"Moh!" tegas Amanda singkat. 

"Yasudah. Mamak tutup ya pintunya".

"Ojo makk, nanti 'dia' raiso mulih" Amanda menjawab dengan celotehnya yang khas.

Mak Kar sudah sering mendengar alasan dan kelakuan anaknya yang seperti itu. Dia pun lalu menyiapkan tempat tidur untuk menemani Amanda, diikuti lari kecil Widi yang datang setelah mencuci kedua kakinya.

Malam semakin malam. Emak yang tadinya sudah tertidur pulas terbangun karna suara pelan Widi yang baring di sampingnya.

"Mak... Mak..."  bisik Widi.

"Opo le?". 

"Iku loh mak, ada yang melayang-layang." 

Kalimatnya Widi menghilangkan rasa kantuk mamaknya. Untungnya, rasa kejut Mak Kar tidak membangunkan Amanda. Mak Kar pun sontak memeluk kedua anaknya dengan erat. Dia memberanikan diri untuk sedikit mengintip ke arah yang tadi ditunjuk oleh Widi. Ternyata benar! Ada sosok yang melayang-layang, sosoknya hitam legam dengan rambut yang panjang urak-urakan, matanya melotot dihiasi dengan senyum yang menyeringai lebar. Mak Kar hanya bisa memejamkan dan berdoa.

Tak terasa, sinar mentari menyeruak masuk. Menyorot wajah Mak Kar yang tertidur karna kelelahan menjaga kedua anaknya dari sosok mengerikan yang melayang-layang tak jelas di dalam rumahnya. Ketika sudah sadar sepenuhnya, Mak Kar pun bergegas keluar rumah dengan membawa kedua anaknya.

Mak Kar menemui saudaranya Narti untuk menceritakan apa yang dia alami. Setelah mendengar penuturan mak Kar, lantas Narti berinisiatif untuk membawa kasus ini ke ahlinya, mbah Inem.

Sesampainya di kediaman mbah Inem dan menceritakan semuanya. Mbah Inem bertanya ke Narti, "Gimana keadaan anakmu?"

"Baik mbah, sudah gak rewel lagi." Jawab Narti.

"Syarat yang aku kasih sudah dilakukan semua?"

"Yang terakhir bilang 'ini bantal gulingmu' tidak saya lakukan mbah karna takut."

"Ya ampun, pantas."

"Kenapa mbah?" Tanya Narti.

"Jin yang nunggu anakmu pindah ke dia." terang mbah Inem sambil menunjuk Mak Kar. "Mbah gak berani ngobatin, mbah sudah bilang ke jin nya gak ada urusan lagi sama dia. Kalau mbah tetap bersikukuh bantu, mbah takut diserang." Ujar mbah Inem sambil memegang kaki Mak Kar.  Seketika Mak Kar kerasukan. Matanya melotot dan lidahnya melet melet. Tak lama kemudian Mak Kar sadar.

Karna mbah Inem sudah menyatakan untuk lepas tangan. Maka Narti dan mak Kar pamit pulang. Mbah Inem menitipkan suatu cairan ke Narti untuk diminumkan ke mak Kar, siapa tau bisa mengusir jin yang mengganggu itu.

Beberapa hari berlalu. Ternyata jin terus saja mengganggu Mak Kar dan keluarga. Mak Kar berinisiatif mencari dukun lain. Dia berniat untuk mendatangi mbah Rawa,  seorang dukun pijat tua yang terkenal di desanya.

Mak Kar datang bertamu dan menceritakan semua cerita tentang kejadian semalam. Mbah Rawa setuju untuk mengusir sosok itu dari rumah Mak Kar. Dengan berjalan kaki, mbah Rawa dituntun oleh Mak Kar menuju ke rumahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh.

Di dalam rumah Mak Kar, mbah Rawa komat-kamit --entah apa yang dia baca. Mata mbah Rawa  menjurus ke seluruh ruangan, dari lantai hingga langit-langit untuk memeriksa aura sekitar. Hingga akhirnya mbah Rawa mendapatkan titik terangnya. 

"Ayo ikut aku" seru Mbah dengan suara paraunya.

Mak Kar mengikuti Mbah yang berjalan menuju halaman belakang rumah Mak Kar. Mbah Rawa kemudian berjalan lagi lurus, ke ujung kiri dari halaman itu. Tangan mbah dengan cekatan mencabik-cabik semak belukar yang dipenuhi tingginya rerumputan. Tampak sebuah bebatuan dengan lumut yang menghitam, tersusun membentuk persegi panjang.

"Iki penyebabnya!" ucap mbah Rawasembari menunjuk bebatuan itu. Ternyata di belakang rumah Mak Kar terdapat sebuah kuburan!

Dengan dibantu Mbah, Mak Kar lalu merapikan kuburan itu dan mengarit rerumputan yang tumbuh di atasnya. 

Setelahnya, sosok mengerikan itu tidak pernah muncul lagi.

- bersambung ke cerita mbah ti dan lek busa

Kumpulan Kisah HororWhere stories live. Discover now