Setelah seorang guru masuk dan kelas mulai tenang, pelajaranpun dimulai. Keadaan kelas lebih tenang saat seluruh siswa diperintah untuk membaca beberapa halaman buku panduan pelajaran ini.

“Hei, kau murid baru pindahan dari Afrika itu, benar?” Mrs. Wingston yang tidak lain adalah guru yang sedang mengajar dikelasku bertanya.

Aku mengangguk dan tersenyum.

“Gadis Afrika! Kau tidak bersama monyetmu? Oh, maksudku bersama binatang peliharanmu.” Ujar salah satu siswa membuat keadaan kelas menjadi ramai akan gelak tawa.

Aku memicingkan mata untuk melihat siapa yang baru saja meledekku. Sial, benar apa kata Erin. Ternyata seorang yang bernama Louis itu memang jahil dan tentu saja menyebalkan. Dialah orang itu, dialah yang memanggilku ‘gadis Afrika’ dan hei! Apa katanya tadi? Monyetku?

Ugh, rasanya ingin sekali aku berteriak padanya “Mukamu seperti monyet!

“Diam! Louis, berhenti mengganggu temanmu dan kembalilah membaca.” Ucap Mrs. Wingston membuat keadaan kelas kembali tenang.

Aku memutar mataku dan mendapati Erin menatapku dengan tatapan apa-kubilang-Jaq. Aku hanya bisa menghela nafas dan kembali membaca setelah sebelumnya menangkap tatapan yang sulit dimengerti dari seorang pria yang duduk tepat disebelah Louis. Dia Liam Payne.

***

“Bagaimana sekolahmu?” tanya ibuku saat aku menenggak segelas air mineral di dapur.

“Cukup menyenangkan.” Jawabku menaruh gelas di tempat cucian, “Namun ada beberapa siswa yang membuatku sedikit muak.” Lanjutku.

Ibuku menatapku heran, “Siapa mereka? Tapi kau baik-baik saja, bukan?” tanya ibuku sedikit khawatir.

“Aku baik. Jadi di sekolahku ada sekelompok pria menyebalkan yang tingkahnya sudah melebihi dewa! Mereka selalu berlaku seenaknya hanya karena mereka adalah anak dari donatur di sekolah. Ugh, memuakkan sekali.” Jelasku membuat ibu terkekeh.

“Ya sudah, selama mereka tidak mengganggumu, kau juga tidak usah memperdulikan mereka. Anggap saja mereka tidak ada.” Nasihat ibuku.

Aku mengangguk dan tersenyum, “Oke, mom. Aku ke kamar dulu, ingin ganti baju. Seragam ini membuatku tidak nyaman, sungguh.” Kataku disusul anggukan ibuku.

Aku melempar tasku asal ke atas tempat tidurku sebelum aku mendengar ponselku berbunyi tanda pesan masuk.

Erin Kendrick

Hey gadis afrika! Bagaimana jika besok kita berangkat sekolah bersama? Aku akan menjemputmu ;)

Aku terkekeh membaca pesan dari Erin. Kupikir ia bisa menjadi teman yang baik disini. Akupun membalas pesannya.

Oke, kau masih hafal alamat rumahku, bukan? Jangan sampai kau malah datang kerumah Harry Styles lol.

Erin bercerita padaku bahwa ia amat sangat menyukai Harry sejak awal masuk sekolah, berarti sudah sekitar satu tahun ia menyimpan rapih perasaannya itu. Sebenarnya ia ingin sekali dekat dan mengenal Harry, namun ia takut jika Harry tidak mau dan malah mempermainkannya.

Erin Kendrick

Sial kau, lihat saja jika aku sudah mendapatkan hatinya. Akan kupastikan setiap hari aku akan didampingi oleh Harry kemanapun aku berada *flying*

Aku tertawa membaca pesan balasan dari Erin, kupikir ia harus melakukan perubahan. Maksudku, tidak ada salahnya ia menunjukkan sedikit perasaannya pada Harry, benar?

***

“Kurasa kau sudah gila.” Ujar Erin.

“Gila? Kenapa gila?” aku terheran mendengar ucapannya.

BRAVEWhere stories live. Discover now