MOS (Masa Orientasi Siswa) - 1

90 4 0
                                    

Cerita by : Nurul Fathia

(Based On the True Story)



Juli 2009

Kata orang masa-masa SMA adalah masa yang paling indah. Masa yang tidak akan pernah terlupakan sampai hari tua. Masa yang penuh cerita suka duka. Dan masa yang penuh cerita cinta.

Aku penasaran apakah kata-kata itu berlaku untuk semua orang atau hanya orang-orang beruntung saja. Dan aku penasaran apakah masa SMA ku kali ini akan menjadi masa di sekolah yang paling indah atau biasa saja sama seperti masa-masa ku di jenjang sebelumnya.

"Ma .. Noura berangkat dulu ya .."

"Sarapannya udah ?", tanya mama sambil berjalan ke arahku dari dapur.

"Nanti aja deh ma .. takut sakit perut, kan mama tau sendiri Noura tuh gak biasa sarapan", ucapku sambil mengambil tangan mama untuk bersalaman.

"Duh .. justru kalau gak sarapan nanti sakit Magh kamu kambuh gimana ?"

"Gak kok Insya Allah ,,, lagian nanti jam 9 kan juga udah istirahat. Pak ,, Noura berangkat ya"

"yaudah hati-hati ya nyebrangnya , jangan lupa liat kanan-kiri", ucap bapak saat aku bersalaman.

"iya pak ,, Assalamu'alaikum ,,,"

"wa'alaikumsalam .."

Sebelum melangkahkan kaki, akupun menoleh ke kaca jendela depan rumah, terlihat penampilanku yang bak orang gila karena memakai atribut MOS. Sepatu kets dengan tali sepatu sebelah hitam dan sebelah putih, kaos kaki sebelah merah dan sebelah biru, tas dari karung, kantong kresek hitam di lengan kanan bagian atas, ditambah name tag berbentuk baju yang lebarnya menutupi dada sampai pinggang serta topi kerucut dari karton. Untungnya MOS kali ini aku sudah pakai jilbab, jadi gak perlu dikuncir dua pakai pita warna-warni kaya waktu SMP dulu.

Aku pun melangkahkan kaki menuju sekolah baruku ini. Dengan perasaan malu, aku hanya tersenyum ketika melewati orang-orang yang terdengar samar-samar tertawa melihatku. Walaupun sebenarnya sudah pemandangan biasa di masa-masa MOS, anak sekolah pasti pakai atribut yang aneh-aneh. Tapi tetap saja, ini menjadi pemandangan tidak biasa bagi mereka karena hanya setahun sekali. Belum lagi jarak yang harus aku lalui dari rumah ke sekolah juga tidak dekat. Aku harus berjalan kaki melewati tiga turunan dan dua tanjakan jalan yang berjarak kurang lebih 1,6 Km dari rumah menuju ke jalur angkutan umum. Sebelum naik angkutan umum, aku harus menyebrang terlebih dahulu, dan aku bukan orang yang pemberani dalam hal menyebrang apalagi di jalan raya besar seperti di Jalan raya Hek ini.

"Dek .. mau nyebrang juga ? ayo bareng sama saya", ucap seorang bapak-bapak yang ada disampingku.

Dalam hati akupun bersyukur karna ada barengan menyebrang, karena tempat aku menyebrang ini bukanlah jalur Zebra cross, dan banyak mobil-mobil dan motor yang melintas dengan kecepatan cukup kencang.

"Iya pak ..", jawabku sambil mengikuti langkah bapak tersebut.

Ketika sampai di seberang, tidak lupa aku mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang tidak aku kenal tersebut. Sekitar 5 menit menunggu, angkot yang menuju sekolahku pun lewat. Penumpang didalam angkot pun hampir penuh, aku duduk di bangku paling pinggir dekat pintu. Seperti saat berjalan kaki tadi, didalam angkot terdengar samar-samar suara tawa penumpang lain. Anehnya, dari sekian banyak penumpang, hanya aku siswa sekolah yang memakai atribut MOS. Aku berpura-pura tidak mendengar sambil berpegangan erat di pintu angkot.

"Jembatan, Kiri ya bang ...", teriakku sambil menyiapkan ongkos dari dalam saku.

"Siap neng.. ", jawab supir angkot yang ternyata masih muda sekitar 30 tahunan.

ADA CINTA DI ALIYAHWhere stories live. Discover now