chapter 4 (ending)

3K 360 70
                                    

Malam ini Sasuke tidak mengerti perasaannya sendiri. Di suatu sisi, setiap ia mengingat peristiwa tadi pagi, pikirannya akan menjadi liar dan dirinya mulai mengerang kemudian dia sadar diri, tak mungkin kejadian tadi terulang dua kali dan ia harus ikhlas, tetapi di sisi lain ia merasa sangat kesal karena Naruto harus berkencan dengan wanita itu dan membawa dirinya. Ish, setelah dipikir-pikir, kenapa rasa kesal Sasuke seperti rasa kesal seorang kekasih yang memergoki pacarnya selingkuh, sih?! Lalu, kenapa Naruto tidak pergi sendiri saja? Untuk apa Naruto menjemput Hinata dengan menggunakan dirinya? Padahal, masih banyak mobil bagus yang bisa digunakan oleh Naruto untuk pergi berkencan. Dasar, Dobe!

"Kau tahu, 'Suke? Aku rasa keadaanku sungguh aneh akhir-akhir ini," Naruto mulai berbicara pada saat mereka melaju ke tempat janji Naruto dengan Hinata.

Sasuke menghela nafas. "Aneh bagaimana?" Walau dia tahu Naruto tidak mendengarnya, Sasuke selalu ingin merespon setiap ucapan Naruto. Setidaknya, Sasuke merasa dia dan Naruto benar-benar berkomunikasi.

"Tidak ada orang yang mengganggu diriku. Aku hidup tenang di sekolah. Banyak orang mengundangku ke pesta. Ah, aku bahkan memiliki kekasih yang cantik," ujar Naruto dengan kekehan kecil. Sepertinya perubahan nasib membuat dirinya sangat bahagia. Ya, siapa yang tak akan bahagia jika hidupnya tak lagi ada yang mem-bully?

Kekasih yang cantik, ya?

Fokus Sasuke hanya pada satu hal di saat Naruto berbicara. Ia hanya bisa mendengar jika Naruto sudah dimiliki oleh orang lain sedangkan Sasuke tak bisa melakukan apa pun. Jadi, tolong katakan, siapa orang paling merana di dunia ini sekarang? Ah, berbicara tentang orang, Sasuke sudah bukan orang lagi, 'kan?

Sasuke menelan rasa sakit itu kembali. Ia berusaha menerima rasa sakit yang harus dia biasakan ini. Tetapi sampai kapan?

"Selamat," Sasuke berbicara pelan, seperti takut Naruto akan mendengar kepahitan di dalam hatinya. "Selamat untukmu."

Desahan pelan terdengar dari bibir Naruto. "Hanya saja---"

"Hanya saja---" beo Sasuke. "Hanya saja apa, Dobe?" Sasuke penasaran.

Naruto tidak melanjutkan ucapannya ketika mereka tiba di depan restoran ternama, membuat Sasuke kesal setengah mati. Ia lebih memilih menyiapkan diri dengan cara merapihkan baju dan penampilannya. Naruto berusaha terlihat sekeren mungkin untuk menghadapi kencan pertamanya bersama Hinata.

Melihat sikap Naruto, Sasuke hanya mencibir tak suka. Mau bagaimanapun, seikhlas apapun, rasa cemburu tak mungkin dipadamkan dengan mudah!

Restoran yang berada di pinggiran pantai itu sering Sasuke lihat di televisi saat sang Uchiha masih di dalam wujud aslinya. Restoran ini sangat terkenal muda sebagai restoran untuk anak-anak muda sosialita. Pemandangan di restoran ini memang sangat indah. Restoran langsung menghadap ke arah laut yang privasinya sangat terjaga, dan siapapun bisa memesan tempat di pinggir pantai untuk menikmati makan malam mereka. restoran ini kerap kali didatangi oleh kalangan artis, pejabat pemerintahan atau para pembisnis terkenal.

Sasuke sangat iri dengan sosok yang akan ditemui Naruto sekarang. Ia menghayal seandainya dialah yang membawa Naruto ke tempat indah seperti ini pasti sangat menyenangkan. Sasuke yang diparkir di pinggir jalan memandang ke arah laut. Ia menikmati angin malam selagi Naruto di dalam sana. Ah, tidak ada salahnya Sasuke berada di sini. Ternyata pikirannya sedikit tenang ketika Sasuke merasakan angin di tengah-tengah cuaca cukup hangat.

"Dia sedang bertemu dengan Hyuuga-sama, Bos." Seseorang yang berdiri tidak jauh dari Sasuke sedang menelepon rekannya.

Hyuuga?

Skenario Dunia Mobil (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang