Chapter 3

3.6K 395 128
                                    

23 Juli 2012

Bengkel Pain—Yahiko, Konoha.

Walau Naruto berlatih sangat keras, tetapi Naruto tidak menunjukan ketidakpuasan terhadap usahanya. Meskipun hal tersebut diimbangi dengan peningkatan drastis yang hanya dijalani dalam waktu sekejap.

Perpisahan Sasuke dan Naruto membuat Naruto berubah sikap dengan cukup signifikan. Semangat Naruto seolah hilang separuhnya, walaupun dia semakin serius dalam mengejar targetnya—memenangkan pertandingan.

Libur musim panas telah tiba, dan tugas-tugas musim panas Naruto sudah selesai, membuat Naruto bisa lebih intens melihat perbaikan pada Sasuke. Meskipun Naruto tidak menggunakan Sasuke untuk berlatih atau berpergian, dan lebih banyak menggunakan mobil Yahiko, tetapi Naruto tidak pernah absen membersihkan tubuh Sasuke setiap harinya.

Naruto tidak pernah absen untuk bertanya ditail mengenai komponen yang digunakan Yahiko dan Pain untuk memperbaiki Sasuke. Menurut Naruto, ia bisa berjaga-jaga untuk melakukan perbaikan sendiri, jika keadaan sangat terdesak.

Naruto yang akan menyabuni Sasuke, ditepuk pundaknya oleh Pain. Sehingga, sang Namikaze menolehkan kepalanya ke arah Pain, dan menatap Pain dengan pandangan bingung.

"Makan dulu," Pain menunjukan sekotak makanan yang dibungkus rapih dengan kain ke hadapan Naruto.

Sikap baik Pain membuat pipi Naruto memerah. Oh, bukan hanya membuat Pain dan Yahiko sibuk, keberadaan Naruto pun membuat Pain dan Yahiko kerepotan. Setiap hari, jika Naruto selesai berlatih, pasti Pain atau Yahiko atau menyuguhinya dengan makanan, atau mempersilahkan Naruto untuk beristirahat di salah satu ruangan di tempat ini. Melihat sikap Pain dan Yahiko yang sebaik ini, kelihatannya Naruto menjadi sedikit ragu jika kedua pemuda itu benar-benar pegawai bengkel, sepertinya... mereka lebih terlihat seperti orang pemerintahan atau pengusaha, terutama ketika Pain dan Yahiko mulai memperlihatkan sikap loyalnya.

Naruto mengikuti Pain menuju tempat cuci tangan yang terletak di luar garasi. Dari arah luar pun, Sasuke masih bisa menguping perbincangan mereka.

"Malam ini, 'kan?" Pain terdengar basa-basi untuk membuka pembicaraan di antara dirinya dan Naruto.

Sang Namikaze menyandarkan tubuhnya di tembok—pinggir gerbang garasi, dan melipat kedua tangannya di depan dada. Ia menanti Pain selesai mencuci tangannya. "Ya," jawab singkat Naruto.

Pain mengalihkan perhatiannya dari air yang mengalir ke wajah Naruto. Ia tersenyum tipis melihat ekspresi Naruto yang akhir-akhir ini selalu serius. "Kau tampak tidak bersemangat, Boy..." sindirnya. "Sebaiknya jangan memikirkan apapun. Tugasmu hanya fokus pada pertandingan malam nanti."

"...," Naruto menghela nafas. Pain bukanlah satu-satunya orang yang berkata demikian pada Naruto.

Pain selesai mencuci tangan, kemudian dia mengambil sapu tangan dari saku celana. Iapun mengelap tangannya. "Life must go on. Apapun yang terjadi. Apa yang kau terima. Itulah yang kau harus jalani," ujar Pain sembari berdiri di hadapan Naruto. "Aku tahu seberapa sayangnya kau terhadap mobilmu. Tetapi mobilmu memang sudah sulit untuk diperbaiki..," Pain melirikan matanya ke arah Sasuke yang dengan hikmat mendengar perbincangan di antara dua manusia di hadapannya.

Naruto mengangguk tidak ikhlas. "Aku tahu. Akupun tidak mau mengambil resiko kehilangan dirinya...," Naruto memberi jeda. "Untuk selamanya," bisiknya.

Pain memasukan sapu tangannya ke dalam saku celana kembali. Ia memijat tengkuknya yang tidak pegal, sedikit ragu untuk melanjutkan pembicaraan ini dengan Naruto.

Sebenarnya, tanpa sepengetahuan Naruto, selagi Naruto pulang ke rumah Kiba, Pain dan Yahiko bekerja keras untuk membetulkan mobil Naruto. Sepanjang malam, selama beberapa hari ini, mereka mencoba mencari spare part yang cocok untuk Sasuke, serta memasang komponen-komponen itu untuk dilihat kecocokannya dengan performansi mobil Sasuke.

Skenario Dunia Mobil (SELESAI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz