Episode 6 : Tidak Sampai Disitu

26 5 6
                                    

"Carly!" suara itu terdengar ditekan oleh asal suaranya.

Sebagai pemilik nama, aku menoleh kearah seseorang yang memanggil namaku.

"bego deh, gua panggilin juga, lu tuhh demen banget ngelamun sih akhir-akhir ini, kesambet aja" lanjut suara tadi yang tentu saja adalah Taluna.

Alisku mengerut heran.

"emangnya gua ngelamun apa?" tanyaku menyangkal.

"pake nanya lagi.."
Ucapan Taluna yang selalu membabi buta pada akhirnya telah panjang lebar ja keluarkan.

Ya, tapi memang benar, saat ini adalah bulan ke 3 setelah Austin pergi. Dan aku benar-benar tidak menghubungi Austin melalui apapun, terkadang merasa sedih, merasa hampa dan sepi karena dirinya yang sudah aku dambakan akhirnya pergi.
Tapi, apa boleh buat, aku bukan Dewa yang bisa memutarbalikan waktu agar kembali.

Apa kata-kata Taluna benar, bahwa akhir-akhir ini aku memang sering melamun?
Dan apa yang aku pikirkan selalu Austin ketika aku melamun?

Bagaimana bisa aku tidak menyadari hal yang jelas-jelas terjadi padaku seperti ini.

Aku memukul keningku dengan punggung ibu jariku sesekali.

Bodohnya aku!

Aku, tidak bisa seperti ini terus, dan aku tidak mau!



















"Car, gua mau ngomong nih, lu jangan ngelamun dulu dong" ucap Taluna beberapa menit kemudian.

"iya, iya, bilang apaa? Ga gua cuekin ko" jawabku santai.

"besok kan udah ada anak baru pada mulai upacara terus pengenalan sekolah deh hahaha, mantep kan mantep kan" ujarnya dengan wajah kegirangan.

"lah, terus kenapa kalo mau ada anak baru?" aku yang bertanya.

"ya bagus dong, kali aja ada yang seger, cakep, bisa lu gebet deh tuh, dari pada Austin mulu yang lu pikirin" Taluna yang berkata realistis.

Aku meliriknya dan berdiam sejenak alih-alih berfikir.

"sejak Austin kena Drop Out dan tiba-tiba dia balik lagi ke elu sampe akirnya dia ninggalin lu, lu jadi kaya demen banget ngelamun, jadi lebih diem, kaya bukan lu banget Car" sambung Taluna yang mulai nyerocos lagi.

Aku kembali berfikir.
"masa iya si, perasaan lu doang kali Tal" aku membela diri.

"hm.. Gatau deh perasaan gua doang apa emang bener ya, tapi gua saranin, mending lu lupain Austin aja, dia tuh ga bakal balik juga ke sini, ke elu"

"gua mau Tal, mau banget, ya tapi gua harus gimana?" jawabku pasrah.

Taluna yang terlihat menyerengit mungkin mencoba berfikir juga.

"pasti ada caranya ko Car" ujarnya akhirnya.

Aku hanya mengangguk sambil menghela nafasku lelah.
Sebenarnya aku juga sudah lelah memikirkan seseorang yang sangat tidak pasti seperti ini.

Tapi apa boleh buat, Austin telah mengisi seluruh otak dan pikiranku.

Memang gila!



















3 bulan terakhir ini sudah terlewat, dimana artinya, sudah satu bulan aku menjadi angkatan kaka tertua di sekolah, kelas 3 SMA dan tanpa hadirnya Austin.
Aku mencerna dan memikirkan kembali perkataan Taluna.

Mungkin akan ada caranya.




Bisingnya suara jalanan, deru angin yang terngiang di telingaku, kicauan pagi sang burung gereja, dan silaunya cahaya matahari menandakan hari ini akan cerah.

Sangat bagus, untuk para anak baru yang menjadikan hari ini hari pertama mereka masuk sekola menengah atasnya.

Aku berjalan santai di pekarangan sekolah setelah melewati gerbang besar sekolah.
Sungguh sangat gerumuh, ramai dan lebih berisik dari biasanya.
Mungkin karena pada orang tua sang calon adik kelas berbondong-bondong mengantar anak kesayangannya pergi sekolah.

Aku menatapi pekarangan sekolah hingga lapangan sekolahku yang begitu ramai dipenuhi para anak baru itu yang berbaris rapi dengan seragam yang masih putih-biru.

Aku segera menaiki tangga menuju lantai 2 dan menuju kelasku karena teringan tugas biologiku yang masih belum selesai.

Setibanya di lantai 2, aku berlari menuju kelasku untuk menemui Shopia agar aku bisa menanyakan hal menyebalkan itu.

Namun tanpa aku sadari sedikit pun.

BRAKK!!

"aduh" aku spontan.

Seseorang membuat aku duduk terjatuh, entah aku yang menabraknya atau sebaliknya.

Aku segera berdiri dan menatap orang itu dari sepatu hitamnya, celana birunya, ikat pinggang dengan logo sekolah menengahnya, kemeja putihnya dan..

Wajahnya.

Aku terdiam menatap paras orang yang menabrakku yang ternyata salah satu peserta perkenalan sekolah hari ini.

Seorang anak baru.

Paras wajahnya yang memiliki garis tepi dan liukan sempurna dengan dagunya yang lancip, rahang nya yang tegas dan hidung mancungnya.

Matanya tajam karena alis tebalnya, bentuk bibir sempurnanya dan tingginya yang lumayan jauh dariku.

Aku melihat dia yang menatapku dengan wajahnya yang terbilang tanpa ekspresi dan natural.

"kalo jalan liat-liat dong, lagian ngapain anak smp di lantai 2 sih?" ujarku yang juga spontan karena tatapannya yang natural itu.

Anak ini hanya menatapku, diam, dengan wajahnya yang tidak bisa diartikan, mungkin takut menjawab atau bingung atau mungkin malu.

Kemudian dia hanya mengambil tindakan dengan melangkahkan kakinya melewatiku dan meninggalkanku tanpa sepatah katapun.

Aku melongo melihat tingkahnya yang aneh bahkan seperti tidak menggubrisku. Aku melihat wajahnya benar-benar tanpa ekspresi dan tatapannya yang natural, hanya menatapku biasa.
Aku menyerngit.

Apa-apan dia itu?

"sinting!" ucapku spontan dan kembali menuju kelasku untuk mempersiapkan pelajaran pertama hari ini.






"sintinglah, gua nanya masa ga dijawab, mana nyelonong doang lagi" ujarku yang tengah bercerita dengan Taluna sambil menyantap makan siang kami.

"yaudah si Car, nanti juga lu ketemu lagi sama dia, tunjukin dong namti sama gua orangnya yang mana, oke?" Taluna yang sibuk melahap.

Gondok?
Iya.
Kaget?
Iya.

Kaget?
Iya, karena menatap parasnya tadi sebelum aku sedikit memakinya membuat wajahku lumayan menghangat.

"iya, ntar gua kasih unjuk anaknya deh" jawabku dengan nada yang lumayan santai.

Tanpa sadar wajahnya kembali terlintas di otakku.
Wajahnya yang lumayan bisa disebut manis, tatapan matanya yang tak bisa tersiratkan dan postur tubuh tegap tinggi seperti bukan junior saja.
Kalau tidak salah tinggiku hanya sebatas bahunya saja.
Jika berpelukan sepertinya akan pas untuk aku menggenggam tubuhnya.

Mikir apaan si gua?
Ko jadi pelukan sama dia sii.

Aku menggeleng ribut. Ini tidak benar, lihat saja kau anak baru!






































































°°°

TO BE CONTINUED!

ayoo ayoooo yang sudah selesai membaca, jangan lupaaaa saran dan kritiknya dan pencet ⭐ untuk vote 😂😂😂😂

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang