Entah (18)

376 6 0
                                    

Sekarang aku jauh lebih mudah lelah, entah kenapa, hal itu yang membuatku tak banyak menulis. Aku melamun dan membayangkan, aku perlu melingkarkan tanganku ke bahunya, aku ingin menghiburnya, dan mengajukan beberapa pertanyaan lama, seperti; "berapa kali hari ini ke kamar mandi? apa sudah mandi?" klise, ujar dalam hati.

Dinding-dinding di ruang itu serasa runtuh menimpaku, alih-alih kurasa aku sedang berdalih. Sebenarnya tidak ada yang sedang kuajak bicara, tidak ada siapa-siapa. Aku hanya merasa, seolah-olah ada di sana, menyapa tanpa suara.

Tutup saja telingamu itu sampai tak lagi terdengar, ada siapa yang sedang mengingingkan percakapan.  Mungkin hal itu yang sebenarnya kau inginkan, sesering itu juga aku terbiasa tanpa sebuah pelukan. Wajar saja, tak ada tabah yang tak berujung terserah, meski itu dihadapan Tuhan dan mengatakan pasrah. Tetap saja, dalam hati ingin menyerah.

Ada isak tangis setiap malam, yang sengaja membawa lelap, untuk menghantar tidur lebih cepat. Agar tak ada lagi kecemasan dan perasaan penuh ketakutan. Tuhan sedang ada di mana sekarang? Aku sedang menggelar pesta, tidak ada tamu yang datang, hanya ada catatan dan puisi tentang kehilangan, mari minum teh kembali Tuhan, aku ingin membacakan puisi kehilangan.

Aku ingin berbincang banyak sekali keraguan. Semoga tenang mendengarkan.

Perihal ia, biarkan, jika kepergian menjadi jawaban, silakan.

Sepasang LenganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang