Justin merasa Elle tidak benar-benar cemburu pada Becca. Mungkin ada, tapi tak sebesar itu sampai bisa membuat Elle pergi. Namun pria itu juga tak bisa menerka apa yang sekiranya membuat Elle semarah itu. Semuanya terlalu membingungkan dan rumit. Dan seketika Justin tersadar bahwa semua ini bermula sejak kehadiran Becca.

⸙⸙⸙

"Jangan seperti orang yang sedang patah hati, Becca," celetuk Raymond.

"Shut up, Felton. Kau hanya memperburuk suasana." Scarlett melempari pria bernama belakang Felton itu dengan sebuah kentang goreng yang sayangnya malah masuk ke dalam mulut pria itu.

"Kau memang tahu benar kalau aku sedang lapar, Johansson." Scarlett memutar bola matanya jengah, lantas memilih untuk mengabaikan Raymond yang kini terkekeh geli.

"Mm, guys, sepertinya aku mau ke toilet dulu." Semua perhatian seketika teralih pada Becca.

"Mau kutemani?" Kali ini giliran Daniel yang menyeletuk.

"Aku akan memberitahu Grace kalau-"

"Tunggu. Ada apa dengan Grace?" Becca yang tadinya merasakan kandung kemihnya penuh seketika teralihkan karena mendengar nama kekasih baru Harry.

"Tidak apa-apa. Bukan hal yang penting." Becca bersiap menanggapi Daniel, sebelum kemudian suara seseorang mengambil alih perhatiannya.

"Aku mendengar namaku diperdebatkan di sini." Becca menoleh dan mendapati Grace yang berada dalam rangkulan Harry berjalan ke arahnya. Becca merasakan sesuatu yang bernama ketidakrelaan saat mendapati Grace berada dalam rangkulan Harry. Namun gadis itu segera tersadar bahwa Harry bukanlah siapa-siapanya lagi.

"Our new bitch, huh?" Grace segera melayangkan tatapan menusuk pada Raymond, yang seketika membuat Raymond terkekeh geli.

"Siapa yang kau maksud, huh?" Harry bersiap memukul Raymond, namun Grace terlebih dahulu menahannya.

"Woah, calm down, Man. Lagipula adikku tidak benar-benar mencitaimu. Kau tahu Harry, dia hanya berada di bawah tekanan seseorang yang sayangnya tidak aku ketahui. Grace terpaksa memaninkan perannya karena dia-"

"Shut up!"

"Kenapa? Kau takut kalau rahasiamu terbongkar, huh? Kau takut kalau semua orang tahu kau tengah merencanakan hal buruk dengan menjadikan adikku sebagai salah satu dari wanita-wanita murahanmu, eh? Atau kau juga takut kalau kau sebenarnya-"

Plak!

Scarlett menutup matanya erat, namun dia tak merasakan sengatan apapun di wajahnya. Sesaat kemudian ia membuka matanya dan terkejut saat mendapati Becca telah menggantikan posisinya.

Becca menahan rasa sakit pada pipi sebelah kirinya dengan tangan terkepal, kemudian dengan penuh keyakinan menatap Harry yang berada di depannya.

"Don't. You. Dare. To. Slap. My. Bestfriend." Tepat pada kata terakhir yang Becca ucapkan, gadis itu mendorong dada Harry hingga pria itu melangkah mundur selangkah. Kemudian tanpa menghiraukan tatapan orang-orang yang kini tengah tertuju padanya, Becca mengambil tasnya dan berjalan menjauhi cafetaria. Gadis itu sesekali meringis saat angin menerpa pipinya yang diyakininya kini berwarna merah, atau bahkan tercetak sebuah tangan. Apapun itu, Becca tak peduli. Yang ingin gadis itu lakukan adalah menyendiri, menjauh dari semuanya yang seakan membuat kepalanya berdenyut tiada henti.

Becca ingin semua ini berakhir. Namun sayangnya, ia tak tahu bagaimana cara mengakhirinya.

⸙⸙⸙

"Aku melihatnya." Daniel berucap sebelum mengakhiri teleponnya. Ia tahu bahwa Scarlett yang baru saja menelponnya itu pasti sedang menyumpah serapahi dirinya yang mematikan telepon tiba-tiba. Namun Daniel tidak peduli akan hal itu, karena ada hal yang lebih penting daripada sumpah serapah Scarlett.

Daniel keluar dari mobil dan berjalan perlahan mengikuti langkah Grace. Pria itu sesekali memerbaiki posisi maskernya supaya benar-benar menutupi wajahnya. Pada saat Grace berhenti melangkah dan memutar tubuhnya, maka Daniel akan dengan sigap mencari tempat persembunyian. Hingga akhirnya, Daniel melihat Grace memasuki sebuah gang sempit nan kumuh. Daniel bersembunyi di balik gang yang tidak begitu jauh dari gang yang dimasuki Grace dan sesekali melongokkan kepalanya untuk mengintip Grace.

Setelah beberapa lama menunggu, Daniel akhirnya mendapati seseorang mendatangi Grace. Dan setelah menajamkan penglihatannya dengan menyipitkan matanya beberapa kali, Daniel sadar kalau orang yang mendatangi Grace tengah menodongkan sebuah pistol ke punggung Grace. Bila orang-orang melihat, Grace dan seorang pria yang mendatanginya tadi terlihat sedang berpelukan, jadi orang-orang yang berlalu lalang tak akan sadar apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi ditambah dengan posisi gang yang terhimpit dua bangunan, membuat semuanya semakin sulit untuk dilihat.

Daniel melihat mereka berdua tengah membicarakan sesuatu, namun ia tak tahu apa itu. Keduanya nampak serius dan tegang. Kemudian sebagai sentuhan akhir, pria yang sedari tadi menodongkan sebuah pistol ke punggung Grace sekarang menggoreskan pisau ke telapak tangan Grace sebelum pergi begitu saja. Daniel berniat menolong Grace, namun pria itu mengurungkannya karena ia tahu belum saatnya rahasia Grace terungkap.

Daniel tahu benar bagaimana sikap Grace. Gadis itu akan terus bungkam sebelum kebenaran terkuak dengan sendirinya. Dan entah mengapa, itulah yang membut Daniel semakin menanamkan rasa cintanya pada Grace. Pria itu tahu bahwa Grace membutuhkan perlindungan, dan hanya dirinyalah yang boleh melindungi Grace.

Melihat Grace membalut luka di telapak tangannya dengan sebuah syal, Daniel kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat persembunyiannya. Mungkin saat ini Daniel belum bisa mengobati luka Grace, namun setidaknya ia tahu bahwa Grace tidak benar-benar menerima Harry karena kemauannya, tapi karena sebuah paksaan dari seseorang yang entah siapa itu.

⸙⸙⸙

"Apa kesepakatan kita?" tanya seorang pria yang kini berada di depan Grace.

Melihat Grace yang tetap terdiam membuat pria di depan Grace menggeram. Lantas pria itu memeluk Grace dengan erat. "Jawab! Aku sedang malas membuang peluru, tapi jangan memaksaku untuk membuangnya padamu!"

"Membuat Harry melupakan Becca," jawab Grace dengan sekali tarikan napas. Gadis itu seketika bernapas lega saat pria di hadapannya melepaskan pelukannya.

"Dan apakah kau sudah berhasil?"

"B-belum." Grace menjawab dengan terbata.

"Ini hukuman untukmu," kata pria bertudung itu sembari mengeluarkan sebuah pisau lal menggoreskannya ke telapak tangan Grace. Gadis itu tak bisa melakukan apapun selain menggigit bibirnya sendiri untuk mengurangi rasa sakit di telapak tangan kirinya.

"Jangan pernah beritahu apapun kepada siapapun, atau kakakmu yang akan menjadi bayarannya. Aku bisa membunuh Scarlett kapanpun yang kumau jika kau tidak-"

"Jangan. Kumohon jangan," potong Grace cepat.

"Well, kau sudah berani memotong pembicaraanku. Beruntunglah kau karena aku sedang berbaik hati padamu." Pria itu pergi begitu saja meninggalkan Grace yang masih meringis kesakitan.

Grace ingin menangis. Grace ingin memberitahu semua orang bahwa ia berada dalam tekanan. Namun sayangnya Grace tak mampu melakukan semua itu. Gadis itu tak akan membiarkan Scarlett menjadi sararan empuk bila Grace sampai membeberkan apa yang sebenarnya terjadi. Satu yang Grace harap saat ini; ada seseorang yang mampu mengungkap kebusukan seseorang yang menjadi dalang dari semua yang terjadi saat ini. Karena Grace tahu, ia tak mampu.










A/N

Siapa yang kira2 mau Harry ngelupain Becca? Mari kita cari sama-sama :v

As always, tell me your predictions?

Night :)

My Unwanted TeacherWhere stories live. Discover now