•°•

Ketiganya berdiri di teras, Bryna melambai pada Sean, saat mobilnya meninggalkan halaman. Brenda yang sejak kedatangan Sean tadi hanya cemberut, memilih untuk segera masuk ke rumah saat mobil itu menghilang dari pandangan.

Disampingnya, Nicko menghela nafas lega. Bryna menoleh padanya, menahan tawa.

“Puas melihatku tertekan?” Tanya Nicko. “Dia melihatku seakan aku samsak tinju yang siap dipukuli kapan saja.”

Bryna tertawa. “Jangan konyol Nick.”

“Dia tidak menyukaiku, Bry.”

“Jelas.” Sahut Bryna tanpa beban.

Nicko menggeleng, lalu ikut menertawakan dirinya sendiri.

“Astaga, aku pasti terlihat menyedihkan sekali tadi."

Bryna tidak menanggapi.

"Tapi, yang tidak aku mengerti, kenapa Brenda kelihatan tidak nyaman berada dekat-dekat Sean? Bukankah dia biasanya tidak bisa berhenti pamer saat ada orang lain?”

“Sejak dulu, saat pertama kali kami bertemu Sean di pemakaman Ayah, mereka sudah saling tidak menyukai. Sean mengabaikan keberadaan Brenda, dan kita tahu betapa Brenda sangat tidak suka diabaikan. Jadi, ya, begitulah.”

“Bagus.” Nicko nyengir sekarang. “Kamu tahu Bry, ini aneh. Tapi aku senang dia disini.”

Bryna mengangkat alis, menatap Nicko tak percaya.
Sepanjang makan malam tadi, Nicko sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda itu. Dia menyibukkan dirinya untuk menghindari Sean.

“Serius, Bry. Dia mengintimidasi, menjengkelkan. Menakutkan dan sangat menyebalkan, ya. Tapi aku harus mengakui bahwa dia tampak hebat, luar biasa. Dan tampan.”

Bryna mengangkat alisnya lebih tinggi lagi, sama sekali tidak percaya Nicko akan mengatakan itu setelah pertemuan pertamanya dengan Sean.

“Paling tidak, dia akan menghentikanmu dekat-dekat dengan Tama lagi.”

Ah, Tama.

Seharian ini pikirannya tak berputar jauh-jauh dari situ. Ia seakan melihat Tama dimana-mana. Ia juga merasa melihat mobil Tama di parkiran kantor sore ini, tapi tentu saja tidak mungkin.

Ia bahkan tidak berani menatap mata Sean saat Sean menanyakan Tama dan perkembangan proyek mereka. Ia takut Sean akan bisa menebak apa yang berusaha disembunyikan Bryna tentang laki-laki dengan pandangan tajam itu.

“Jangan itu lagi, please Nick. Pekerjaanlah yang menuntut kami untuk sering bertemu.”

Nicko menatapnya sedih.
“Aku mengenalmu Bry, dan aku tahu itu tidak sepenuhnya benar.”

Sialan.
Bryna memang tidak pernah jago untuk urusan berbohong.

“Udahlah Nick.” Pintanya lagi.

“Dengar, kita memang sudah berbaikan. Kamu memaafkanku dan aku akan merelakanmu. Tapi bukan berarti aku akan membiarkanmu terjerat dengan pesona kamuflase Tama.”

Yah, sudah terlambat untuk itu, kan?

Ia memang sudah berbaikan dengan Nicko. Tapi bukan berarti Nicko berhak mengatur dengan siapa dia boleh berhubungan.

“Tenang aja Nick. Minggu depan aku ikut Sean balik ke Adelaide. Bukankah itu sudah cukup untuk menjauhkan kami?”

Nicko memandangnya, terkejut. Dan Bryna mengalihkan pandangannya.

“Jadi, kamu setuju untuk balik bareng Sean? Meninggalkan kami?”

“Pilihan apa lagi yang aku punya, Nick?” Tanyanya tak sabar.

Nicko menyipitkan mata, tampak terluka. Dan Bryna mendesah putus asa, lalu menggeleng.

Sorry. Bukan itu maksudku. Aku punya pilihan, tentu saja. Aku hanya.. Oh, entahlah. Hanya saja aku pikir, jika aku kembali ke Adelaide, menjauhi semua ini, ini akan jadi jalan keluar yang terbaik.”

“Untuk?”

“Kita semua.”

“Tidak untukmu.”

“Mungkin. Tapi aku sudah pernah melewati yang lebih buruk dari ini. Jadi, tidak ada salahnya kan?”

“Gara-gara Kami?"

“Salah satunya, ya." Bryna mengakui. "Tapi bukan hanya karena itu. Jangan bertanya, karena aku tidak mau menjawabnya sekarang.” Tambahnya buru-buru saat Nicko sudah hendak menyelanya.

“Aku dengar, kamu mau keluar dari Karya Utama juga?”

“Aku tidak pernah benar-benar bergabung kan? Aku hanya.. Apa istilahnya? Mengisi kekosongan? Itu pun tidak benar-benar mengisi. Aku lebih banyak diam dan tidak berguna kan?”

Bryna tersenyum kecut, lalu menjauh dari Nicko dan berjalan memasuki rumah. Bersiap untuk hari terakhirnya di Karya Utama besok.

•°•

Holaaa..
Makasih yg udah nungguin lanjutan ceritanya.
Yang biasa jadi secret reader, sekali-kali kasih vote & comment jg bisa, btw. 😀

Regrads, ulphafa.

Nothing Last Forever (Hate-Love) ✔Where stories live. Discover now