Bagian 7

1.3K 168 3
                                    

"Delphin, bagaimana dengan Amfitrit? Apa kau sudah menemukannya?" tanya Poseidon gusar.

Salah satu dewa kepercayaan Poseidon baru saja memasuki aula di istananya. Namun, belum sempat ia mengucapkan salam hormat, sang Dewa Pengguncang Bumi bergegas turun dari singgasana dan memberinya pertanyaan. Delphin hendak menyuarakan sesuatu, tetapi tertahan dalam mulutnya ketika Poseidon melayangkan tatapan bertanya.

Poseidon mengusap wajahnya yang sudah ditumbuhi cambang lebat. Raut lelah menghiasi wajah tampannya. Menghilangnya Amfitrit menjelang pernikahan mereka benar-benar membuat Poseidon kalut. Seumur hidupnya, pria bertubuh tegap itu belum pernah merasa seperti ini. Tidak pula ketika kelahiran putra-putrinya dari makhluk lain.

Poseidon tidak pernah gugup seumur hidupnya. Ia selalu melangkah dan menghadapi semua tantangan yang datang padanya dengan penuh percaya diri. Namun, entah mengapa kali ini ia tidak seperti dirinya yang biasanya.

Tak mungkin ia bisa melanjutkan acara mereka yang akan dihelat beberapa hari mendatang. Bahkan tak pernah terlintas dalam pikiran bebas Poseidon ia akan mengalami ini. Bahkan Dewa Peramal, saudaranya, Apollo tak mengatakan apa pun tentang menghilangnya calon pengantin Poseidon.

Haruskah ia membatalkan undangan? pikirnya. Itu tak mungkin! Apa yang akan dikatakan oleh saudara-saudaranya? Kemungkinan besar mereka akan menertawakannya. Pria bertubuh kekar itu sudah meminta salah satu pengawal tangguhnya, Delphin, sang Dewa Lumba-lumba untuk menyusuri seluruh lautan hanya untuk mencari keberadaan calon istrinya.

"Amfitrit, kau benar-benar membuatku khawatir," gumam Poseidon. Pria berjanggut gelap itu kembali duduk di kursi kebesarannya yang terletak di Dasar Laut Aegea. Tanpa sadar jemarinya membelai jenggot yang sudah memanjang kembali. "Kumohon, kembalilah padaku."

"Tenanglah, Poseidon. Aku sudah hampir menemukan jejaknya di pesisir barat Aegea. Namun, kini menghilang lagi. Seolah ada yang menutupinya," lapor Delphin.

Poseidon sudah mengatakan kepada Delphin bahwa ia dan Amfitrit akan menghelat sebuah pernikahan. Besar-besaran. Seluruh dewa akan diundang termasuk saudara-saudarinya di Olympus dan kini dengan menghilangnya Amfitrit, lautan tak lagi tenang. Samudra kini menuruti semua suasana hatinya. Banyak hal terjadi di atas permukaan laut sana, badai yang tak kunjung berhenti, hujan dan angin kencang melanda wilayah daratan. Semua menjadi kacau balau.

Manusia fana di daratan Yunani mulai kembali memuja dan berdoa kepada Poseidon agar lautan kembali seperti sedia kala. Mereka berharap lautan bukan lagi tempat yang penuh dengan bahaya dan monster laut. Nelayan pun ingin bisa kembali ke laut untuk mencari ikan. Para pedagang ingin segera pergi menuju pulau-pulau di timur jauh untuk menjajakan barang. Akan tetapi, itu hanyalah sebuah harapan semu saat suasana hati Poseidon yang tak bisa ditebam seperti sekarang.

Nelayan yang mengerti tentang pelayaran tahu bukan hujan biasa yang akan datang, melainkan sesuatu yang lebih besar dari badai. Ombak bergulung dengan cepat dari arah tengah lautan. Gelombang pasang yang tinggi dan mampu menggulingkan kapal-kapal dagang besar, menenggelamkan barang yang mereka bawa. Badai di atas samudra sedang bergejolak membuat para pelaut Yunani enggan untuk bepergian. Penghuni perairan tak lagi muncul ke permukaan, menyebabkan para nelayan kehilangan hasil lautnya.

Poseidon pun sering mendengar doa-doa para pemujanya yang memintanya meredakan amarah dan kesedihannya. Namun, mereka tak pernah tahu bahwa calon mempelainya telah melarikan diri.

Posedon bergerak dari singgasananya. Wajahnya yang rupawan kini banyak berkerut. Apalagi ditambah dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan Delphin. Rahangnya menegang, matanya terbelalak lebar, terkejut. "Apa maksudmu, Delphin? Apa ada kekuatan tak nampak yang berusaha menghancurkan rencanaku?"

Delphin menggeleng tak yakin. "Aku tak tahu soal itu, Poseidon, tapi secepatnya aku akan mencari tahu tentang hal ini. Tunggulah kabar dariku! Akan kuminta beberapa anak buahku menyusuri kembali perairan di sebelah sana."

Poseidon mengangguk. "Lakukan saja!"

"Baik." Dewa Lumba-lumba pun membungkukkan tubuhnya dan memberi salam untuk Poseidon yang ia angguki. "Akan segera kulaksanakan."

[[]]

Poseidon's ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang