Bagian 4

1.7K 208 5
                                    

Putri Nereus yang jelita itu bergeming. Ia sedang mencoba mencari pembenaran untuk menolak ajakan saudara Apollo, sang Dewa Matahari, untuk menghabiskan waktu dengannya. Sejujurnya, Amfitrit tak ingin seperti para dewi yang lain, yang dengan mudahnya bertekuk lutut di hadapan Poseidon. Mereka yang dengan bodohnya termakan ucapan manis dari seorang pria yang memiliki keturunan lebih banyak dari yang bisa Amfitrit hitung.

Jadi, ketika Poseidon mencoba menarik perhatian dengan mengajaknya menari, Amfitrit mulai berpikir sejenak. Ia menimbang, apakah dirinya harus mengikuti permainan ini atau mempermalukan diri dengan menolak permintaan Poseidon. Ia lebih memilih pilihan pertama. Tak lama kemudian, ia pun menganggukkan kepalanya.

Entah iblis mana yang sedang menyelinap keluar dari Tartarus dan membuatnya mengiyakan ajakan si Penguasa Laut yang baru. "Akan sangat tidak sopan bagi saya untuk menolak ajakan Anda, Tuan."

Malam itu Poseidon keluar dari balkon atas istananya dengan bahagia. Pada akhirnya, ia berhasil mengajak seseorang seperti Amfitrit yang pendiam dan memiliki raut wajah serius untuk menghabiskan malam bersama dirinya. Walaupun tak dapat ia pungkiri, gadis nereid itu cantik luar biasa. Matanya yang bulat dan berwarna biru gelap mampu membuat seluruh wanita yang ada di aula istananya mengerucutkan bibir.

Tubuh Amfitrit yang menjulang dan berisi di tempat yang pas, tak membuat Poseidon puas hanya dengan memandangnya. Terkutuklah ia jika tak bisa memiliki Amfitrit, batinnya.

Tak peduli berapa banyak saingan yang harus ia singkirkan demi gadis pujaannya. Amfitrit harus menjadi milikku, entah ia akan menyukainya atau tidak.

Genggaman Poseidon di tangan Amfitrit tidaklah erat. Namun, ia berharap apa yang ia lakukan bisa mengirim sinyal yang mampu membuat Amfitrit merelakan diri naik ke atas peraduan bersamanya. Walaupun tidak harus malam mini, tetapi di lain waktu. Anggap saja ia licik. Demi apa pun, Poseidon rela melakukannya asal bisa memuaskan rasa penasarannya tentang gadis itu.

Mereka berjalan beriringan menuju ruang tengah besar di istana laut milik Poseidon. Di tengah laut Aegean yang luas, di mana para makhluk penghuni samudra sering berhilir mudik di sana. Arus tenang yang hangat mengalir ke dalam istana, sesuai dengan suasana hati Poseidon yang sedang berbunga.

Mau tak mau Amfitrit mengakui bahwa seluruh mahakarya yang ada di sini sangatlah indah. Entah siapa yang mendesain seperti ini. Tak ada istana yang bisa menyamai keagungan tempat Amfitrit hadir malam ini, kecuali Olympus tentu saja. Namun, gadis itu ragu jika hal itu bisa dikatakan demikian, mengingat ia sendiri belum pernah menginjakkan kaki di sana.

Pilar-pilar biru tua tegak berdiri di sekeliling tengah aula berbentuk seperti uliran air yang mencuat dari perut bumi. Amfitrit belum pernah melihat warna secemerlang itu meskipun pernah disebutkan dari salah satu buku yang ia baca. Singgasana dalam balutan emas dan perak berada di ujung ruangan. Di atas beberapa anak tangga dan agak menjorok ke belakang. Hiasan kerang aneka rupa membentuk sandarannya yang besar. Siapa pun yang melihatnya pasti akan terpesona dengan gemerlap yang dipancarkan.

Bahkan dari luar istana pun bisa terpantul kilau sempurna mutiara bermacam warna yang terpadu dalam gelapnya samudera di malam hari. Juga penghuni lautan dalam yang memiliki cahaya sendiri, bergiliran mengelilingi di luar istana ini. Pemandangan yang sanggup membuat Amfitri menahan napasnya untuk sesaat.

Apakah ia akan tinggal di sini nantinya?

[[]]

Poseidon's ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang