Hoseok menggoncang bahu taehyung yang sedang tertidur dari samping. Cukup keras namun tak membuat namja tampan itu bangun.
Dengan nakal hoseok menekan-nekan pipi taehyung, namun tetap tidak bangun. Cara terakhir. Mencium.
Hoseok mengecup sekilas bibir taehyung dan langsung menjauhkan mukanya
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"yakk taehyung! Bangun!! Atau --mphhh"
Tubuh hoseok terjatuh di atas taehyung yang menariknya. Bibir manisnya langsung di lahap habis oleh bibir rakus taehyung.
"mphhh mhh!" hoseok mencubit pinggang taehyung hingga membuat sang empu melepaskan ciumannya dan mengaduh sakit.
"yak baby kenapa kasar sekali sih! Kan sakit!" gerutu taehyung karena cubitan sang istri yang sangat pelan namun menyakitkan.
"kau harus berkerja! Aku tidak ingin memiliki suami pengangguran. Cepat bersiap! Sudah siang!"
Sambil mengusap-usap pinggangnya yang memar taehyung menoleh pada jam dinding di kamar mereka.
"ohh sial! Aku ada meeting!" buru-buru dia bersiap untuk pergi ke kantor.
.
.
.
"baby, aku tidak sarapan dulu." teriak taehyung tergesa-gesa.
Hoseok menoleh sebentar dan berjalan ke arah taehyung yang kesulitan memakai dasinya dengan terburu-buru.
Cup
Hoseok mengecup bibir taehyung, yang langsung di balas taehyung dengan lumatan. Bahkan kini taehyung sedang menahan kepalanya dan satu tangannya mengelus puting hoseok dari luar baju sang istri.
"eunghh taehh.. Jangan!" marah hoseok di akhirnya. Tangan lihai hoseok membentuk dasi taehyung hingga kini telah rapih.
"selesai!" pekiknya senang.
Taehyung tersenyum kepada istrinya. "aku mencintaimu." ucapnya yang langsung mengecup kening hoseok.
"hati-hati..." ucap hoseok kepada taehyung.
.
.
.
Setelah kepergian suaminya, hoseok berjalan menuju kamarnya. Kamar mereka yang Sangat berantakan, akibat kejadian semalam. Dimana taehyung menggagahi dirinya hingga pagi, sampai membuat suaminya kelelahan dan akhirnya terlambat berkerja.
Dengan semangat hoseok merapihkan kamarnya. Merapihkannya sendiri, karena ia tak ingin ada asisten rumah tangga di apartemen mereka.
Ia takut jika nanti suami tertampannya di sukai oleh orang lain.
