E

4.1K 320 31
                                    

Tepat hari ini pernikahanku dengan pria menyebalkan itu genap berusia satu bulan. Kami memang pasangan suami istri yang sangat bodoh yang dengan mudahnya menyetujui pernikahan diluar logika ini.

Sudah sebulan juga aku tinggal dilantai atas rumah kami dengan beberapa alat elektronik yang aku butuhkan. Untungnya rumah kami memiliki kamar mandi di lantai atas dan di lantai bawah.

Tidak ada yang spesial sama sekali dengan pernikahanku diusia muda ini. Jelas ini berbeda dengan pernikahan eomma dan appaku. Dan jelas ini juga bukan kisah cinta yang aku impikan.

Kami bahkan jarang sekali mengobrol, ah bukan jarang lagi bahkan hanya terhitung jari saat kami pindah dirumah ini.

Satu yang membuatku bersyukur tentang pria yang aku nikahi saat ini. Dia tidak pernah membawa wanita lain kerumah ini. Bahkan dia sepertinya memang lelaki baik-baik seperti yang appa bilang.

Langit sudah gelap sejak satu jam yang lalu. Aku masih terhanyut dengan tugas kuliah yang memang menumpuk karena ketidak hadiranku beberapa pertemuan.

Bisa ku dengar pria itu sedang menonton tv dilantai bawah dengan tawanya yang begitu keras. Dia tidak pergi kemanapun meski hari ini adalah hari minggu. Bukankah hari minggu cocok untuk pergi berkencan dibawah langit yang mulai berganti warna?

Teman-temanku bilang kehidupanku dengan suamiku dirumah seperti dua orang yang tinggal di apartemen yang sama tetapi beda lantai. Lucu memang mengingat kami adalah pasangan suami istri yang baru sebulan menikah.

Sialnya perutku lapar saat tugas kuliah yang ku kerjakan hampir selesai. Memakan satu bungkus ramyeon bukan hal yang buruk kan?

Aku bergegas turun dari 'rumahku' dan pergi ke rumah pria yang tinggal tepat dilantai bawah untuk memasak ramyeon.

Tanganku mulai sibuk menyalakan kompor dan memasak air untuk merebus ramyeon. Sesekali aku mencari beberapa seafood yang ku beli dipasar swalayan dua hari yang lalu. "Tidak ada?" Gumamku seraya terus menjelajah isi kulkas dua pintu ini.

"Aku yang makan" suara yang sangat familier satu bulan belakangan ini terdengar samar dari arah ruang tv. "Apa dia bicara denganku?" Gumamku lagi yang masih terus menjelajah isi kulkas.

Menyerah. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Pasti dia makan, aku yakin itu.

Beberapa menit kemudian ramyeonku matang dan aku bawa ke meja makan untuk menyantapnya. "Apa aku harus menawari dia makan?" Inilah yang terjadi setiap kali aku membuka suara untuk pria itu. Dan akhirnya selalu aku urungkan dengan beberapa alasan. Yang pertama mungkin saja dia tidak akan dengar karena jarak kami yang lumayan jauh. Yang kedua dia pasti tidak akan menjawab. Dan yang ketiga jangan pernah mencoba berbicara pada orang yang tidak akan menjawab.

Untuk urusan makanan kami selalu memasak dan berbelanja sendiri-sendiri dengan uang kami masing-masing. Tapi sudah dua minggu ini aku mulai jarang belanja karena kulkas dan lemari makanan selalu penuh dengan bahan makanan.

Kami memasak dan memakan makanan buatan kami sendiri karena memang hanya kami berdua di rumah ini. Bahkan jika kami malas mencuci baju kami harus pergi ke penatu (tempat loundry) untuk mencuci baju kami sendiri.

Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan makanan aku naik kembali ke tempat asalku dengan beberapa snack yang aku bawa dari kulkas. Kurasa pemakan terbanyak di rumah ini adalah aku karena hampir 80% makanan dirumah ini habis olehku.

Dilantai atas juga ada kulkas milikku, tempatku menyimpan beberapa cokelat karena memang di semester akhir ini aku membutuhkan hal-hal yang menghilangkan stress-ku.

Suamiku, ah ani maksudku pria yang tinggal dirumahku dan berstatus sebagai suamiku dia berkuliah disalah satu universitas ternama di seoul. Dia lebih menekuni dunia bisnis daripada dunia kesehatan seperti keluarganya yang lain. Bagiku itu cukup berani mengingat 2 hyungnya adalah dokter spesialis ternama di seoul. Dia bungsu, dan dia sangat manja. Itu yang eommaku bilang.

Married (?)| Season 1 [END]Where stories live. Discover now