L

7.4K 366 24
                                    

Apa semua yang ada di dunia ini berpasangan? Apa salahnya jika sendiri? Bukannya dengan sendiri kita bisa mencintai diri kita lebih dalam? Bukannya dengan sendiri kita bisa jadi pribadi yang mandiri dan kuat? Atau hanya aku saja yang merasa seperti itu?

Kesendirianku berakhir saat aku berusia 21 tahun. Masih sangat muda bagi wanita yang mengakhiri masa lajangnya diumur 20-an. Teman-temanku diusia ini masih mengejar impian mereka, masih bermain bahkan pulang larut dan dimarahi orang tua mereka.

Semua berawal saat Appa menderita sakit parah dan di rawat dirumah sakit milik keluargaku. Appa sudah sakit sejak aku berusia 12 tahun. Sejak saat itu appa sangat khawatir jika aku tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari seorang ayah. Appa-ku memang sangat menyayangiku, terlebih saat saudara kembarku Lee Ji An meninggal karena kecelakaan dan aku menjadi anak tunggal dirumah ini.

Eomma-ku seorang dosen di salah satu Fakultas ternama di Seoul. Beliau adalah dosen yang sangat menyayangi keluarganya. Eomma bahkan selalu menyiapkan sarapan untukku dan Appa sebelum eomma berangkat bekerja.

Sejak Appa dirumah sakit appa selalu bercerita tentang kisahnya dengan eomma dulu. Saat mereka menikah tanpa berkencan terlebih dahulu. Bahkan saat itu appa baru beberapa kali bertemu eomma dan langsung menikahinya. Kurasa itu cinta sesungguhnya karena pernikahan mereka yang bertahan lama bahkan masih sangat romantis sampai saat ini.

Saat appa sakit, aku jarang menemuinya karena dulu aku masih berstatus sebagai siswa teladan yang selalu mengikuti les hingga larut malam sepulang sekolah. Aku selalu menekuni semua pelajaranku saat itu. Demi cita-citaku dan kembaranku yang ingin menjadi seorang Desainer.

Bahkan mimpiku sempat hancur saat aku baru berusia 15 tahun karena kepergian kembaranku. Jujur saja dialah yang lebih memimpikan menjadi seorang Desainer daripada aku. Biar ku ceritakan sedikit tentangnya.

Lee ji an. Saudara kembarku yang lahir tepat 2 menit sebelum aku terlahir ke dunia. Dialah temanku satu-satunya selama dalam perut eomma. Bahkan sampai kami terlahir kedunia dia masih menjadi temanku nomor 1 hingga ia meninggal dunia.

Dia gadis yang pemberani bahkan dengan pria sekalipun. Jian lebih pendiam daripada aku, bahkan dia yang selalu mengingatkanku akan hal-hal kecil. Dia jauh lebih kuat dan dewasa daripadaku. 

Lee ji an. Dia satu-satunya orang yang mendengar semua tangisanku saat aku dipermalukan oleh pria bodoh saat umurku masih 13 tahun. Dia yang membalas semua perlakuan buruk sunbae yang menggangguku. Dua kata untuk jian. Dia keren.

Ah soal appa-ku, kini ia sudah sehat bahkan sangat sehat sejak pernikahanku dengan anak dari rekan kerjanya berlangsung. Bahkan sekarang appa sudah mengelola dua rumah sakit bersama mertuaku di Daegu. Biar ku ceritakan bagaimana pernikahanku terjadi diusia yang sangat muda ini.

Saat itu aku berusia 20 tahun. Tepat saat perayaan ulangtahun rumah sakit milik appa. Ya, appa memang sangat mencintaiku dan jian hingga ulang tahun rumah sakit dan ulangtahunku dan jian di tanggal yang sama.

Tentunya aku sebagai anak dari pemilik rumah sakit yang juga merayakan ulang tahunku datang dipesta ulang tahun Rumah Sakit di salah satu resort terkenal di Seoul. Tak hanya rekan bisnis appa, teman kuliahku juga menghadiri pesta ulang tahunku ini. Awalnya appa memang tidak setuju, bahkan ini adalah ulang tahun pertamaku yang dirayakan ditempat yang sama dengan perayaan ulang tahun rumah sakit milik kami.

Setelah acara tiup lilin bersama appa dan eomma aku pergi menghampiri teman-temanku yang datang dipesta ini. Aku memilih sebuah ruangan terpisah untuk kemyamanan teman-temanku.

Tetapi baru saja ingin menyapa teman-temanku eomma datang dengan pria yang entah siapa namanya. Dan bagiku itu tidak penting.

Sejak hari itu eomma selalu mengajakku berlibur dengan keluarga si 'pria' yang aku temui dipesta ulang tahunku.

"Ji kau harus menikah dengannya, dia pria baik. Bahkan appa percaya dia bisa menjagamu" kalimat itu yang selalu keluar dari mulut appa saat kami sedang makan malam bersama. Bahkan ketika kami sedang berbicara tentang hal lain appa selalu menyelipkan nama pria itu.

Satu tahun sudah berlalu sejak perayaan ulang tahunku dan kini mendekati ulang tahunku yang ke-21 tahun. "Kau mau menikah sekarang Ji? Appa rasa dia sudah siap" itulah kalimat favorit appaku akhir-akhir ini.

Saat itu aku sebagai 'gadis' yang selalu di desak oleh orang tuaku merasa sangat tidak nyaman dan memutuskan untuk pergi ke makam Jian seraya untuk menenangkan diriku sejenak dipenginapan milik keluarga kami.

"Jian-ah apa aku harus menuruti kemauan eomma dan appa? Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan? Jian-ah harusnya kau disini, jadi appa bisa menikahkanmu lebih dulu daripada aku kkkk~ ah aku bercanda jian-ah. Kau galak jika marah, jadi aku takut hahaha" Aku tidak berharap jian akan menjawab, dan akan sangat menakutkan jika memang jian menjawab pertanyaanku.

"Jian-ah kau senang disana? Harusnya kau tidak usah memaksakan diri untuk menolongku saat itu. Kau bahkan  tahu jika si bodoh itu belum terlalu mahir mengemudikan mobil. Aigoo jika kau tidak memaksakan diri pada saat itu, mungkin saat ini kita masih bisa mengemudikan mobil kita" air mataku mulai keluar setetes demi setetes.

Setelah menenangkan diri aku mulai berjalan menuju penginapan milik keluargaku. Malam itu, setelah aku mengunjungi Jian dia mendatangiku melalui mimpi. Dia tersenyum sangat manis, berbeda dengan jian yang selalu terlihat jutek dimataku.

"Jieun-ah, uri dongsaeng. Kau sudah besar sekarang, kau bahkan lebih berani dariku sekarang. Kau cantik jieun-ah. Ikutilah kemauan appa dan eomma, bukannya kau ingin appa melihatmu menikah?"

Aku memeluknya sangat erat sebelum menjawab pertanyaannya. "Jian-ah. Kau senang disana? Apa kau juga ingin melihatku menikah dengan pria itu? Bahkan aku belum mengenal pria itu. Dia sangat angkuh di depanku tapi sangat konyol saat bersama hyungnya" Jian hanya tersenyum mendengar perkataanku. "Kau pasti akan mencintainya nanti. Bukankah kisah eomma dan appa selalu menjadi kisah impianmu dalam urusan percintaan?"

Setelah kalimat terakhir yang diucapkan Jian aku terbangun dan kembali pada kenyataan bahwa jian sudah tiada.

Aku memikirkan perkataan Jian berhari-hari. Menimbang-nimbang semua dampak yang akan terjadi saat aku benar-benar sudah menikah.

Hari ini ulang tahunku yang ke-21 tahun dan hari ini juga aku memutuskan untuk menikah dengan pria itu. Pria yang bahkan aku sering lupa nama lengkapnya.

Sejak hari inilah hidupku berubah dengan aktifitas yang berubah juga dikehidupanku. Satu kata untuk kehidupanku sekarang "aneh". Ini benar-benar aneh.

Dua hari setelah menikah appa meninggalkanku dengan pria yang menurutnya baik dan bisa menjagaku di sebuah rumah minimalis di Seoul tidak terlalu jauh dari rumah appa.

Bahkan setelah menikah kami selalu memakai kamar dan lantai yang berbeda.

.
.
.
.
.
Haaii ini ceritaku yang kedua😂
Maafkan tim kooku tapi di cerita ini IU sama member lain😂
Dan jungkook sepertinya tidak akan jadi cameo wkwk
Jangan lupa vote dan comment💕💕

Married (?)| Season 1 [END]Where stories live. Discover now