Dewa yang menunggu kalimat Rega dibuat melongo. "Karena dia mantan pacar lo?" ujarnya menyambung.

Rega menurunkan kepalannya yang sempat ditahan Dewa—disertai dengan rasa bersalah yang selama ini terus menghantuinya.

"Kenapa diem? Semua yang gue bilang bener, kan?"

"Lo itu cowok brengsek yang selalu nyakitin hati cewek. Salah satunya lo nyakitin hati Renata," papar Rega seraya menjelaskan seburuk apa diri Dewa. "Sekali lagi lo bikin Renata sakit hati, atau lo berani nyentuh dia lagi, lo berhadapan sama gue."

"Lo inget Dewi?"

***

"APA?! DIA NGELAKUIN ITU SAMA LO?!"

Setelah menceritakan hal apa yang membuat Anin dan Renata tidak bertegur sapa ketika di sekolah, Wulan memekik keras sampai menggetarkan penjuru kantin, semua pasang mata bahkan tertuju pada mereka saat ini. Renata meringis sambil mengingatkan Wulan untuk mengecilkan suaranya. Gadis itu melihat sekelilingnya, gelagapan ketika penghuni kantin menatap tajam padanya, Wulan kemudian mengangkat jari telunjuk serta jari tengahnya sambil mengatakan peace kepada murid yang melihatnya, lalu kembali menarik perhatiannya pada Renata.

"Ren, Dewa senekat itu sama lo?"

"Iya, lo kalo ngomong pelan-pelan dong, Lan."

Keduanya berbicara sambil berbisik setelah pelototan dari penghuni kantin.

Wulan menyeringai, "maaf, Ren. Kelepasan gue."

"Anin dateng terus gak sengaja liat gue sama Dewa, dia gak percaya dan bilang gue ganjen seperti apa yang dibilang sama Dewa."

"Pasti habis itu dia ngancem mau baikan sama lo kalau lo bisa deketin dia sama Rega, kan?"

Renata terdiam sebentar, tebakan Wulan memang sangat tepat.

"Lo diem, gue anggap omongan gue tadi bener. Anin itu egois kalo menyangkut soal Rega, lo maklumin aja ya Ren. Gue yakin besok Anin bakalan minta maaf sama lo. Omongan dia waktu itu pasti gak serius."

"Iya." Renata mengangguk setuju. "Gue juga mikirnya kaya gitu, gue udah coba bujuk Anin tapi dia minta gue buat jauhin dia sementara waktu. Dia keliatan kecewa banget sama gue."

Keduanya kembali terdiam, heran dengan tatapan mengejek dari orang-orang yang melihat mereka.

Renata menggaruk pelipisnya, "mereka kenapa ya Lan, kok liatin kita terus?"

Wulan yang diberikan pertanyaan yang tidak ia tahu jawabannya hanya bisa menggeleng. Hingga sebuah suara muncul disalah satu meja kantin yang letaknya bersebelahan dengan meja yang ditempati Renata dan Wulan. Keduanya segera menoleh ke sana dengan tatapan terkejut, mereka bahkan lebih terkejut lagi ketika ada Anin di sana.

"Gue gak habis pikir ya guys, ada gitu cewek serendah batang toge zaman sekarang? Rela banget diinjak-injak harga dirinya demi cowok?"

Ranti. Mata Renata menyipit ketika mendeteksi kehadiran cewek itu, padahal sesuai kesepakatan kemarin Ranti berjanji tidak akan mengulang kesalahan yang sama dan tidak masuk sekolah selama beberapa hari untuk perawatan. Lalu apa yang dilihat Renata saat ini? Ucapan Pak Arman tidak bisa ia percayai sepenuhnya.

"Iya, cek fan page SMA Gemilang buruan! Ada berita terbaru dan ter-hot buat diobrolin, ya kan Nin?" Auliya, kacungnya Ranti ikut menimpali sambil memperlihatkan layar hapenya pada murid-murid.

Anin yang merasa ketakutan dan tidak tenang ketika Ranti dan Auliya mengapit kedua sisi tubuhnya hanya bisa berdiam kaku tanpa mampu mengatakan apa-apa.

Renata (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now