Bagian 1

4.5K 320 15
                                    

Tak ada bedanya bagi pria yang untuk malam ini memiliki rambut pirang gelap dan berusia tiga ribu enam ratus tujuh puluh delapan tahun. Di hari lainnya, mungkin ia akan berpenampilan kumal, hanya dengan kain yang tersampir di pundaknya, dan penuh dengan cabikan. Orang mungkin mengira ia adalah satu di antara sekian banyak pengemis dan tunawisma yang berkeliaran di jalanan Athena.

Namun, tak ada yang tahu siapa ia sebenarnya, bukan?

Kini ia dalam penampilan sebenarnya. Seseorang yang memiliki kekuasaan mutlak yang mampu mengguncang dunia dan seisinya. Bahkan memporak-porandakan seluruh daratan hanya dengan satu gebrakan trisula saktinya. Seluruh manusia fana memujanya sebagai Dewa Laut yang mampu menguasai seluruh samudera dan sebagai Penggoyang Bumi ketika gempa melanda seluruh daratan Yunani.

Namun, malam ini ia muncul hanya sebagai Poseidon.

Suasana di tempat ia berdiri sekarang sama terangnya dengan hari-hari yang menurut ukuran manusia fana bisa dikatakan gemerlap. Hal itu mengingatkan Poseidon akan istananya yang lain di atas sana. Ia ingat ketika dengan terpaksa mereka membuatnya menjadi penguasa wilayah perairan. Sesuai dengan hasil pengundian bersama para saudaranya setelah melewati perdebatan sengit di antara mereka.

Pada awalnya Poseidon memang menentang keras, tetapi ia berpikir hal itu masih jauh lebih baik. Ia masih bisa menerimanya daripada harus menempati wilayah yang gelap dan dingin seperti Tartarus milik Hades. Karena di perairan inilah Poseidon bisa bebas melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa adanya campur tangan kakaknya, Hades, ataupun adiknya, sang Penguasa Langit, Zeus.

"Kau akan menguasai seluruh perairan, Saudaraku," rayu Zeus, adiknya. Lalu dewa langit itu melanjutkan, "Bayangkan berapa banyak kekuatan yang mampu kauhimpun untuk melawan ayah kita andai—aku menggunakan pengandaian, semoga saja tidak akan terjadi dalam waktu singkat—seandainya dia kembali, Poseidon."

Poseidon terdiam mencerna ucapan Zeus. Diam-diam ia membenarkannya dalam hati. Namun, Poseidon tahu bahwa semua saudaranya juga mengetahui bukan soal itu saja yang ada di pikirannya saat ini. Melainkan juga tentang salah seorang putri dari Nereus dan Doris sang nimfa laut, yang akhir-akhir ini telah menarik perhatiannya dan sering membuat seorang Poseidon uring-uringan tak jelas.

Gadis berambut pirang ikal yang menjuntai hingga ke pinggangnya yang ramping dan memiliki mata berwarna safir mampu menawan jiwa Poseidon setiap kali ia bertatapan dengan iris cerdas itu. Seolah pendar mereka mampu membius pikiran, lalu menyeret tubuh Poseidon untuk menyelam lebih dalam di palung terjauh lautan. Helaian tiap surainya terasa lembut dalam bayangan Poseidon, membuat jarinya bergetar setiap kali hal itu terlintas di pikirannya.

Bahkan ketika ia terbangun di pagi hari, Poseidon akan menatap nanar tangannya yang gemetar. Otaknya tak mampu mencari tahu apa yang menjadi pemicunya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menyugar rambutnya yang sepanjang bahu.

"Aku pasti sudah gila," gumamnya kepada diri sendiri. "Benar-benar tak waras."

Membayangkannya saja sudah bisa membuat pria bercambang ikal itu mengabaikan urusannya sendiri dengan titan penguasa laut sebelum dirinya, Oceanus, yang belum selesai. Semoga para dewi takdir tidak menghukumnya lebih dari yang mampu ia tanggung. Hanya satu nama yang membuat Poseidon tetap mampu mempertahankan kewarasannya.

Amfitrit.

[[]]

Poseidon's ChaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang