2. Cendol Dawet

106K 3.6K 500
                                    

"Jeffin Nam Anzelio Hermawan, panggil aja Jeffin." Dia mengulurkan tangannya, mau nggak mau aku harus meraih tangannya dan bersalaman.

"De Anna Asyami Putri, panggil aja Dea."

Para orang tua pada ketawa, padahal gak ada yang lucu sama sekali. "Kok pada cuek-cuekan gini, sih? Senyum dong." Celetuk si Papa.

Gimana gak cuek? Wajahnya aja datar banget kayak tembok cat putih, mukanya judes amat kayak cabe keriting, matanya meskipun sipit gitu tajem banget natap mataku. Dih, sok banget ini cendol dawet.

"Ini yang tua-tua mau ngobrol dulu, kalian pulang duluan sana gih." Suruh si Mama.

"Alhamdulillah, akhirnya Mama mengakui juga kalau udah tua. Aku pulang duluan deh." Aku hendak berdiri, tapi telingaku di tarik paksa sama Mama. "Ampun, Ma. Ampun." Rintihku.

"Makanya jadi anak jangan kurang ajar! Udah sana pulang sama Jeffin." Perintah Mama, dan aku langsung lari ngikutin Jeffin di belakang badannya.

Aku udah ada di dalam mobilnya Jeffin, udah perjalanan pulang ke rumah juga. Di jalan tuh yang kedengeran cuma suara musik di radio aja, dianya diem mulu kayak orang bisu.

Tapi tiba-tiba ponselnya berdering, terus dia langsung pakai earphone dan—— "Hallo, baby."

"Iya, besok aku jemput."

"Acara keluarganya udah selesai kok, ini udah perjalanan pulang."

"Iya baby, nanti kalau udah nyampe rumah aku vecall."

"Iya iya, byeee!"

Itu semua suara Jeffin, gila aja ternyata dia udah punya pacar. Gak heran sih ya, cowok kayak dia udah ada yang punya. Ihh tapi ya, aku bodo amat anjir.

"Turun sono." Perintahnya, aku tersentak kaget. Idih, biasa aja dong gak usah pake ngegas.

Aku langsung lepas seat belt, buka pintu mobil, cepet-cepet keluar dan langsung lari masuk ke rumah.

...

Hari minggu waktunya aku jalan-jalan pagi. Bukan olah raga, tapi nyari kang buryam. Sambil nongkrong di taman komplek, menikmati pemandangan anak muda yang lagi pacaran.

"Anna.." Aku menengok ke belakang, ternyata si Attala—anaknya pak RT.

"Ehh, hai."

"Aku temenin, boleh?" Tanyanya, aku hendak mengangguk tapi tiba-tiba Jeffin dateng ntah dari mana munculnya. "Gak usah gangguin pacar gue, Ta!" Aku melongo dibuat kaget sama ucapannya barusan.

Cowok ini bener-bener ya, gila.

"Gak usah ngaku-ngaku ya lo, Anna gak mungkin mau pacaran sama cebol kering kayak lo!" Serang Atta.

Dih, mereka pada kenapa sih? Sebaiknya aku pergi, dari pada ntar kupingku panas dengerin perdebatan mereka. Tanpa mereka sadari aku sudah menghilang dari hadapan mereka, ahh syukurlah.

Sesampainya dirumah, aku langsung lari masuk ke kamar dan bersantai di sofa empuk milikku.

Ceklek. Aku spontan menengok ke arah pintu kamarku. Aku gak salah liat kan? Itu kenapa si cendol dawet lancang buka pintu kamarku sih? Gak sopan banget.

Dijodohin | PJMWhere stories live. Discover now