PROLOG

35.4K 867 35
                                    

Suara bising terdengar di segala penjuru sekolah ini. Para murid berhamburan memadati area kantin, saling berdesak-desakan dan dorong mendorong adalah hal yang biasa untuk dilihat. Dilorong juga dipenuhi siswa-siswi yang saling bercengkrama ria. Kelas-kelas yang beberapa menit tadi sibuk dengan proses PBM, sekarang menyisahkan satu dua orang didalamnya. Bangku-bangku taman tak ada yang nganggur, semua sudah ditempati dengan pasangan muda mudi dimabuk asmara. Guru-guru juga saling bercerita dengan akrab dikantor, membuat suasana menjadi hangat.

Tapi...... Di rooftop gedung kelas, sepasang anak adam sedang berdiam diri dengan mata yang tak pernah lepas satu sama lain. Bola mata coklat itu penuh akan kesakitan, sedangkan pemilik bola mata abu membalasnya dengan dingin. Angin berhembus pelan menerpa tubuh mereka yang saling berhadapan dalam jarak 2 meter. Helaian surai hitam milik seorang gadis cantik itu terangkat, kotak yang disembunyikan disebalik punggungnya terjatuh begitu saja tanpa ada niatan untuk memungutnya kembali.

"A...pa?" suara gadis itu sedikit tercekat. Matanya mulai berair, dengan satu kedipan saja sudah dipastikan air matanya akan jatuh. Sosok didepannya masih saja memandangnya dengan dingin.

"Apa masih kurang jelas hah? KITA PUTUS!" jawab sang cowok itu dengan suara dingin sambil menekankan kata yang terakhir. Akhirnya, air mata itu pun terjatuh membasahi pipi sang gadis. Tangan mungil sang gadis terangkat dan menghapus kasar air mata itu.

"Ini prank buat aku kan? Kamu sengaja ngomong kaya gitu biar aku kena prank yang kamu buat untuk aniv kita hari ini kan Tan?" gadis itu memcoba mengelak kenyataan itu. Dia memunggu jawaban dari lawan bicaranya, tapi sayang.... sepatah kata pun tak keluar dari bibir cowok itu. Tak mengelak dan tak mengangguk. Diam, hanya itu respon sang cowok.

"Tan! Jawab aku Fathan!" kembali, dengan lancang air mata membasahi pipi gadis itu kembali.

"Ck!" decak cowok itu dan menggaruk kasar rambut hitamnya sehingga tatanan rambutnya kacau dan sangat berantakkan. Dan jangan lupakan kebiasaan remaja cowok yang suka mengeluarkan baju yang seharusnya dimasukkan kedalam celana. Pakaiannya mencerminkan itu saat ini, ala ala badboy.

"Lo budek atau gimana sih? Ga denger apa?! KITA PUTUS!!! " cowok itu semakin menekankan perkataan terakhirnya. Keseriusan sangat terpancar dari mata cowok itu, sedangkan gadis berambut panjang itu hanya bisa metap kosong kearah cowok itu tapi matanya seperti menatap tembus tubuh jangkung didepannya. Dia sangat terguncang. Bagaimana tidak, mereka memang baru 1 tahun menjalin hubungan tapi dia sudah sangat nyaman bersama cowok itu dan perasaan sayang tak perlu ditanya lagi. Bukannya lebay atau gimana, tapi itulah yang dirasakan cewek itu.

"Kalau boleh tau, apa alasan kamu mau kita putus" tanyanya dengan nada yang sangat lemah dan pelan, tapi masih bisa didengar dengan jelas oleh cowok itu.

"Mudah saja, gue itu udah bosan sama lo. Keputusan yang tepat bukan buat putusin lo dan cari yang baru? Oh ya, lo juga tambah jelek, ga kaya awal pdkt. Udahlah, tujuan hubungan itu diikat adalah untuk diputuskan. Jangan jadi cewek cemen yang suka mewek karena diputusin doang, lebay lo" jawaban cowok itu sangat menyakiti perasaan sang gadis, perasaan yang awalnya hangat sekarang berubah dingin dan beku. Perasaannya seakan hilang hanya dalam sekejap mata. Jika cowok itu tak punya hati, maka cewek itu telah membunuh hatinya dan membuangnya.

Cowok itu pun berjalan melewati sang gadis santai. Langkahnya yang sudah berada didepan pintu rooftop berhenti seketika setelah mendengar tawa gadis yang baru saja dia campakkannya. "Hahahahahaha.... " kakinya membawa badannya kembali melihat sang gadis yang membelakanginya. Kernyitan tercetak jelas didahinya melihat tingkah aneh gadis yang telah menjadi kekasihnya selama 1 tahun ini. Dan tentu saja sekarang tidak.

Gadis itu pun berbalik dengan senyum geli dan badan yang masih bergetar. Disekanya air mata yang keluar diujung matanya. Menarik nafas pelan, dia pun mulai bersuara.

"Segitu mudahnya lo mutusin gue" senyum yang biasanya manis sekarang berubah dengan senyum miring. Gadis itu sudah sangat berubah hanya dalam waktu hitungan detik. Cowok itu sedikit terkejut, tapi selanjutnya dia menapik hal itu dan bersikap seperti biasa.

"Ya iyalah, apa susahnya bilang putus? Tinggal gerakin bibir aja bilang putus, udah selesai" kata cowok itu kembali acuh. Tangannya sudah nyaman bersembunyi didalam kantong celana abu-abunya.

"Hahaha, Ethan Ardios Adinata. Lo hebat dalam membolak hati orang lain, tapi sayang lo bego dalam mengenali target lo. Gue bukan tipe cewek yang seperti lo bilang tadi, udah 1 tahun pacaran tapi lo masih ga kenal gue? Bego banget lo" cewek yang biasanya lembut berubah sakartis, itu sangat mengejutkan. Dia berbicara dengan tenang dan mendekat pelan kearah cowok itu. Senyuman miringnya mengesankan aura licik. Tiba-tiba cowok itu membeku. Cewek itu telah berada tepat didepannya dalam jarak yang amat dekat, dan jangan lupakan senyumannya itu. Dia sudah berubah.

Tangan lentiknya menyapu pelan bahu cowok itu, menyingkirkan debu yang sebenarnya tidak ada dibahu cowok itu dan berpindah merapikan dasinya yang sangat tidak rapi itu. Dengan talenten dia merapikan dasi itu dan tanpa diduga oleh sang cowok, dasi itu ditariknya pelan sehingga wajah mereka sangat dekat. Jarak wajah mereka hanya sejengkal, cowok itu benar-benar terkejut. Senyum miring masih betah diwajah cantik cewek itu. Dengan suara yang sangat pelan, dia berbisik tepat didepan wajah cowok itu.

"Bersiaplah sayang. Aku akan merusak pdktmu sama cewek lain. Aku berjanji ga akan biarin kamu pacar lagi. Itu ga baik untuk kamu" bisiknya pelan sambil mengusap pipi cowok itu. Merasa direndahkan, cowok itu tak mau kalah. Dia akan mengikuti semua permainan gadis didepannya ini.

Tangan kekarnya itu pun menarik pinggang ramping cewek itu, sehingga jarak mereka tambah dekat. Cewek itu sangat terkejut saat wajah mereka sangat dekat, ujung hidung mereka bertemu. Detakan jantungnya tiba-tiba meningkat drastis, matanya melotot kearah mata cowok itu yang melihat tajam kearahnya. Situasinya sudah sangat berubah, senyuman miring sekarang tepatri diwajah tampan cowok itu. Bukannya takut, tapi cewek itu malah terpesona.

"Terpesona hmm?" ucapan cowok itu menyadarkannya kembali. Dia mendengus dan membalas tatapan tajam cowok itu.

"Terpesona? Jangan ngelawak deh, itu ga akan terjadi" ucapan cewek itu kembali mengundang senyum miring sang cowok. Wajah cowok itu tambah mendekat, cewek itu tak tau apa yang harus dilakukan. Dia pun memilih menutup matanya. Tapi bukan hal yang ada dipikirannya terjadi. Cowok itu mendekatkan bibirnya ketelingan cewek itu dan berbisik dengan sangat pelan. Membuat cewek itu merinding seketika. Tangannya yang berada dibahu cowok itu mencengkram erat seragamnya.

"Dengan senang hati aku menerima tantangan darimu sayang, tapi aku tidak yakin kamu bisa. Berjuanglah, aku tak sabar menantikannya" setelah membisikkan kata itu, sang cowok langsung pergi meninggalkan cewek itu yang masih membeku. Sepertinya perang antara mereka akan segera dimulai.

TBC

maap panjang, tapi enjoy gaes

Thank you✋

The Real Brengsek Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang