"Nenek dapet salam tuh dari cowok ganteng! hehe," ucapku, sambil cengengesan meledek nenek.

"Fatimah, Fatimah udah tau aja cowok ganteng, udah gede ya sekarang. Ingat kata nenek." Nenek menggeleng, tersenyum menatapku.

"Iih,, nenek mah, aku kan becanda. Iya nek, Fath inget kok," gerutuku sebal sambil memasang muka cemberut di depan nenek yang mulai menghentikan kegiatannya dan mulai menatapku. Aku tau maksud ucapan nenek, menjaga pandangan.

"Iya, iya, memang salam dari siapa sih yang ganteng itu." Terdengar nada menggoda nenek.

"Hayo, kok sekarang nenek yang jadi genit sih," ucapku balik menggoda nenek. Nenek hanya tersenyum melanjutkan pekerjaannya.

"Oh ya nek, nenek tau gak kalau Hasan itu ada kembaran, trus dia kirim salam buat nenek. Namanya Husen."

"Wa'alaikumussalam, oh Husen kembaran Hasan."

"Hmmm, iya yah nenek pasti tau kan dia tetangga nenek." aku duduk di hadapan nenek.

"Kan dulu dia sering kesini main sama kamu, masak kamu lupa? memangnya Husen udah pulang mondok?"

" Udah lama gak ketemu dia ... Jadi yang datang didepan tadi si Husen. Kok gak kamu suruh mampir dulu Fath?"

"Nenek..!! nanya nya satu-satu dong, kok mulai kumat lagi bawelnya kaek Hasan."

Nenek tersenyum dengan mata yang tajam menatapku. "kebiasaan deh, gak bisa dibantah kalau kek begini" batinku.

"Jadi gini yang pertama aku gak inget pernah ketemu Husen, kan aku baru pindah kesini."

"Yang kedua, iya Husen udah pulang karena dia udah selesai hafalannya."

"Yang terakhir, iya tadi yang datang Husen, nganterin kunci Fath ketinggalan di rumahnya waktu jenguk Hasan sakit. Tadi Fath udah suruh Husen mampir dia nya gak mau." Oke aku menjawab semua pertanyaan nenek dengan berurutan. Sudah jadi hal biasa berdiskusi dengan nenek, berdebat, dan menceritakan kegiatanku.

"Udah nek!" lanjutku sambil mengerucutkan bibir memasang muka kesal.

"Iya, makasih Fatimah sholehah," ucap nenek seolah merayuku yang pasti terlihat kesal. Aku menahan senyum mendengarnya. Nenek paling tau cara memperlakukan aku.

"Nenek mah." Aku tersenyum.

"Kenapa?"

"Gak papa nek. Oh ya, Fath nanti siang ke masjid ya nek, pulangnya abis magrib yah ... Fath mau nemenin Intan hapalan trus ngajar anak-anak  ngaji di mushola."

"Iya, yang penting ingat pulang" ucap nenek tersenyum.

"Nenek hari ini libur?" tanyaku memastikan ingatanku tak salah.

"Iya, kenapa?"

"Enggak papa, nanya aja, hehe." Aku bangkit berlari kecil meninggalkan nenek masuk ke kamar.

🏡

Selesai latihan kurang lebih dua jam, sekarang aku dan Intan sudah bersiap-siap menunggu azan ashar lalu menunggu anak-anak mengaji.

Bukan hanya aku dan Intan ada beberapa remaja masjid yang lainnya yang juga ikut berpartisipasi dengan ikhlas meluangkan waktu mengajar mengaji, bimbel pelajaran umum, calistung bahkan bukan hanya anak-anak, ada beberapa orang dewasapun yang belajar mengaji dan membaca. Ada kelas bimbingan tersendiri.

Anak-anak dibagi beberapa kelas, ada yang mengaji, kelas bimbel umum dan calistung, sedangkan orang dewasa sudah ada guru khusus untuk kenyamanan mereka dalam belajar. Kelas menggunakan gedung kosong bekas sekolah Taman kanak-kanak di samping masjid. Kami beri nama "Rumah Belajar"

Where Is My Calon Imam? Where stories live. Discover now