8.

22 1 0
                                    

Kau aneh, bagaimana bisa kau bersikap acuh padaku hari ini, padahal kemarin kau membuat jantungku berdetak kencang karenamu

-Risya

~~~

“lo sehat Ris?” Angel bergedik ngeri melihat Risya senyum-senyum tak karuan selama pelajaran berlangsung.

Risya menatap Angel lamban, seperti ada semerbak indah wangi lamunan bunga. Hari ini mungkin saja ada sebuah keajaiban yang akan berkonspirasi untuk mempertemukannya dengan Gleen, dan akan ada lagi sebuah kejaiban yang berkonspirasi untuk menyatukan mereka.

“Angellll,,,,, kemarin sore gua dianter Gleen!” ucap Risya antusias. Untung saja suasana kelas sedang ricuh tidak ada guru.

“serius lo?” tanya Angel.

Wisnu yang tepat duduk didepan bangku Risya dan Angel, sangat mendengar jelas apa percakapan diantara kedua gadis itu. Wisnu tidak ingin mendengar, namun sayangnya telinganya selalu terus mendengar.

Wisnu mendengus kesal dengan keadaan ini. Menyusahkan, membingungkan. Wisnu segera bangkit dari bangkunya untuk menghindari percakapan kedua gadis itu, pergi menuju kantin yang baru berisi beberapa anak murid yang tidak ada guru.

Kemana anak berandal itu, pikir Wisnu.

Ini bisa saja jadi yang kesekian kalinya Wisnu akan bergabung dengan anak-anak itu. sudah tidak ada lagi yang akan melarangnya, dan sudah tidak ada lagi Risya yang akan memarahinya jika ia memasuki ruang BP.

Bel istirahat telah berbunyi, waktu yang sangat-amat ditunggu oleh semua murid yang merasa lelah dalam semua materi yang ada otaknya. Wisnu masih tetap menunggu pesanan yang ia pesan. Laki-laki sejuk itu kini merenung denga tatapan kosong, entah apa yang ada dipikirannya yang jelas dia tidak ingin ada seorang menghancurkan lamunanya.

Satu sisi, Risya masih tetap seru untuk menceritakan kisah kemarin sore, itu adalah hal yang ingin Risya katakana kepada penujuru dunia bahwa dia telah bahagia tanpa angan.

“kantin yuk Ris! Keasikan cerita sampe lo gak peduli sama suara perut lo!” ucap Angel yang bangkit dari tempat duduknya.

Risya mengangguk, berjalan menyeimbangi langkahnya dengan langkah Angel. Risya tidak mengajak Wisnu kali ini, karena dia tidak melihat Wisnu dikelas, dan tidak tau Wisnu sedang ada dimana.

“kalo Gleen nembak lo gitu aja gimana?” tanya Angel dengan tatapan terpaku menatapa depan.

Risya terkejut senang, entah apa yang akan dia katakan jika Gleen mengatakan itu. Namun Risya tidak pernah menghayalkan kejadian itu. “ya gue,,, gue gak tau harus jawab apa” ucap Risya.

“loh ko gak tau? Lo sendiri suka sama Gleen, trus gue tanya begitu lo malah gak tau” ucap Angel.

“gak tau deh, gue juga aneh sama perasaan gue sendiri. Dulu sebelum gue kenal Gleen, gue pengen banget pacaran sama dia. Setelah gue kenal dia, gue ngerasa cukup nyaman hanya dalam sebuah hubungan pertemanan doang Ngel, dan yang gue simpulin, perasaan yang kemarin-kemarin itu bukan perasaan suka, mungkin rasa penasaran” jelas Risya.

Risya sangat labil untuk menentukan perasaan, dia tidak mengerti dan tidak menyadari perasaan yang ia rasakan. Entah maksudnya apa, namun Risya menganggap itu hal biasa.

Langkah mereka hampir sampai dikantin, lantunan lagu-lagu pop terdengar jelas. namun langkah kaki keduanya berhenti ketika melihat Gleen tepat berada dihadapannya. “tadi nyokap lo nitip ini, tadi gue lupa ngasih!” Gleen memberi sebuah paper bag cokelat yang isinya adalah kotak nasi.

miracle of loveOnde histórias criam vida. Descubra agora