Romantika Cucian

64 3 0
                                    

Selamat malam jumat sobat Hitters tercinta. Malam ini saya ingin membagikan cerita misteri yang terjadi di kos-kosan saya semasa kuliah dulu. Mungkin sebagian sobat pernah membaca cerita saya sebelumnya tentang betapa horornya kos itu?
Baiklah, saya rewind sedikit ya adegan terakhir yang terjadi :

Sampai di kos sudah hampir jam sembilan malam, setelah melemparkan tas ke kamar sambil langsung meraih gayung yang berisi peralatan mandi, kemudian berlari ke kamar mandi yang terletak di sudut belakang kos. Saya masuk ke kamar mandi sebelah kiri, favorit saya, yang lebih lancar aliran air kerannya.
Baru saja hendak menyiramkan air ke badan, tiba tiba..

Dueeng !!
Terdengar suara kencang dari kamar mandi sebelah. Suara keras dari daun pintu kayu berlapis seng yang beradu dengan kusen kamar mandi saat ditutup dengan tergesa-gesa.
Siapa sih nutup pintu kenceng amat? Ngga bisa dibuka tau rasa, gerutu saya.
Selesai mandi yang singkat, tidak sampai lima menit, sambil mengeringkan badan dengan handuk saya tajamkan telinga ke arah kamar mandi sebelah.
Kok dari tadi gak ada suara jebar jebur? Oh, paling lagi pup, batin saya.

Begitu keluar kamar mandi, saya tengok kamar mandi sebelah itu, ternyata pintu dalam kondisi masih terbuka sama seperti saat sebelum saya mandi.
Dan…lantainya dalam keadaan kering sama sekali.
Langsung merinding seketika.

Setengah berlari, masih dengan setengah telanjang hanya tertutup handuk dari pinggang kebawah, saya bertanya pada si D yang saat itu sedang duduk merokok di depan kamarnya, sebelum lorong menuju kamar mandi.
“D, kamu liat ngga siapa yang barusan make kamar mandi?”
“Ya kamu yang mandi kan?” jawabnya
“Bukan, maksudnya ada yang lain ngga?”
“Engga ada sih, emang kenapa?”
“Aku barusan mandi, terus ada yang masuk di sebelah, nutup pintunya kenceng banget lagi” jelas saya cepat.
“Lha, bukannya kamu tadi yang nutup pintu kenceng banget?” dia balik bertanya.

Dueeng !!
Kembali suara itu terdengar lagi….

Kami berdua berpandangan sejenak, kemudian buru-buru lari…
Tragisnya, ikatan handuk tidak berkompromi…

Setaaaannnn…!!!!

* * * * * *
Nah, adegan di atas itu terjadi di pojok belakang sisi utara kos kami. Belakangan saya tahu dari rekan senior kalau yang menghuni “wilayah” itu adalah hantu yang berbentuk pocong, dan amazingnya tidak hanya satu..!!

Selanjutnya di kisah sekarang saya akan menceritakan salah satu kejadian yang terjadi di wilayah seberangnya yaitu pojok belakang sisi selatan kos kami, dimana di situlah terletak sebidang ruang terbuka yang menjadi tempat mencuci pakaian.

Suatu malam, rekan saya sebut saja si Ab, sedang mencuci pakaian di tempat tersebut. Dia terpaksa mencuci malam-malam (sekitar jam 21-an) karena stok pakaiannya telah menipis dan beberapa hari sebelumnya ia tidak sempat mencuci karena kesibukan kuliah.

“Ab, kok nyuci malam-malam?” sapa saya saat berjalan melewati koridor yang berbatasan dengan ruang cuci tersebut.
“Iya nih, daleman habis” Ia menoleh sambil nyengir. Ia berjongkok di depan papan penggilasan dan ember berisi rendaman cucian yang aromanya dapat tercium sampai taman di tengah kos. Wueekk.
“Oh, itu cucian kamu, Ab? Berapa hari direndemnya tuh?”
“Hehe. Baru seminggu..” kembali ia nyengir memamerkan barisan giginya yang berkilau disinari rembulan. Haiyah.
“Memang kelihatan remang-remang gini?”
“Yah, lumayan lah, daripada besok nggak pake si-di”

Saya meraih batang rokok terakhir dari saku lalu menyulut dan menghisapnya untuk mengatasi aroma memabukkan itu seraya duduk di dinding pendek yang membatasi ruang cucian itu. “Yang lain pada kemana, Ab? Kok sepi?”
“Ngga tau, Yos. Lagi pada makan di Babarsari kali” jawabnya.
Sebentar kemudian saya dan Ab terlibat obrolan ringan sembari ia tetap menyikat dan mengucek pakaiannya dalam posisi membelakangi saya.
Tidak berapa lama rokok yang saya hisap telah habis kemudian saya meninggalkan si Ab untuk mengambil rokok di kamar. Bikin kopi sekalian ah, pikir saya saat di kamar. Akhirnya, saya memanaskan air di heater berbentuk teko plastik andalan anak kos dan menyeduh segelas kopi.

Saat kembali ke ruang cuci itu lagi sekitar sepuluh menit kemudian sambil membawa kopi yang saya buat, di tengah taman saya mendapati si Ab tergopoh-gopoh menyongsong saya dengan tangan dan wajah belepotan busa sabun. Celana pendek jins yang menutupi tubuh bagian bawahnya basah kuyup.
“Kamu ngapain, Ab?” tanya saya heran.
“Yos, sialan kamu ninggalin” umpatnya dengan wajah pucat.
“Lha, kan tadi aku bilang mau ngambil rokok”
“Ah, ngga. Kamu ngga bilang gitu”
“Bilang kok, kamu aja ngga denger. Memang kenapa sih?” tanya saya keheranan.

“Aku dari tadi nyuci sambil ngobrol sama kamu kan. Tapi aku heran kok lama-lama kamu njawabnya cuma bilang Iya atau Hmm-hmm gitu” jawabnya.
“Oh ya?”
“Nah, barusan aku kesel kan sama jawabanmu. Aku noleh ke belakang…” jelasnya terputus.
Saya merinding mendengar ceritanya. “Heh..terus..?”
Si Ab cepat menggandeng lengan saya dan berjalan ke depan kamar saya. “Ternyata, bukan kamu..tapi bayangan hitam besar berdiri di deket tembok yang kamu duduk itu..Aku langsung nyusruk ke cucian depanku, ketakutan. Terus lari kesini…”
“Ojo guyon ah, Ab” tegur saya merinding.
“Tenan iki. Masa aku mau basah-basahan gini bercandain kamu..” jawabnya ngotot.

Kemudian
"Byuuurr...”
Terdengar suara air dituang atau lebih tepatnya dibalikkan dari embernya.
“Setaaaaannn…..!!!”

Dan esok harinya, dengan terpaksa saya pinjami si Ab si-di saya.
Hiks….

MY HORROR STORIESWhere stories live. Discover now