Sambutan Mesra

74 6 0
                                    

Selamat malam seluruh sobat Hitters, selamat malam juga untuk seluruh sobat Lapak Merah dan Tim Admin/Moderator grup Hits tercinta.

Sobat2 masih inget cerita misteri yang saya bagikan kamis minggu lalu?
Nah, malam ini saya akan bagikan cerita lainnya yang saya alami di Kos2an tersebut.
Buat sobat yang punya kisah juga, langsung saja ikut bagikan di kolom komentar di Thread ini yaa.
Selamat membaca...
Terima kasih.

Kali ini saya akan berkisah flashback ke masa awal saya nge-kos, tahun 96, sebelum kejadian yang menimpa si Gogon yang saya ceritakan minggu lalu.

Malam itu, di bulan pertama semester awal kuliah, saya sedang berjibaku mengerjakan tugas kuliah yang pasti dialami semua mahasiswa Teknik yaitu menggambar teknik, dalam hal ini struktur bangunan sesuai jurusan yang saya ambil.
Sejak sore hari sepulang kuliah saya sibuk dengan pensil, Rotring, mistar dan kertas kalkir, mengejar deadline pengumpulan tugas dimana kalau terlambat dijamin akan diganjar nilai E alias tidak lulus mata kuliah tersebut.
Tak terasa jarum pendek jam beker di atas TV sudah bertengger melewati angka satu, obrolan rekan kos di selasar lantai dua diatas deretan kamar yang saya tempati di lantai dasar pun sudah tidak terdengar. Hanya musik dari radio ditingkahi suara jangkrik yang menemani perjuangan saya saat itu.

Ketika berhenti sebentar untuk menyalakan sebatang rokok, sayup-sayup telinga mendengar bunyi musik semacam drum band di kejauhan.
Drum band? Malem-malem gini? pikir saya heran.
Kemudian saya mengecilkan volume radio dan menajamkan telinga mencoba mencari asal suara tersebut, namun suara itu menghilang.
Ah, salah denger kali ya, batin saya sambil menghisap rokok dan beranjak membuka pintu kamar.

Keluar kamar, saya menengok ke kamar si Ahong yang persis bersebelahan dengan kamar saya. Tampak gelap pertanda si empunya kamar sudah terlelap atau malah sedang tidak ada di kamar. Di seberang, terpisahkan oleh halaman dan kolam ikan, nampak teras rumah ibu kos yang tertutup rapat. Deretan kamar di sebelah kanan kamar saya juga tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan.
Suasana tengah malam yang sepi, sinar lampu selasar yang remang dan bangunan kos yang cukup tua, perpaduan yang membuat hati merasa kurang nyaman sendirian di luar kamar.
Buru-buru saya habiskan rokok dan kembali masuk ke kamar untuk melanjutkan tugas yang terhenti.

Baru saja mulai menggambar, tiba-tiba kembali terdengar suara musik drum band itu, lebih jelas dari yang pertama, "Dung dung...Treteteett...Ting ting.." suara genderang, terompet dan perkusi yang biasa dimainkan drum band.
Mungkin ada yang latihan, benak saya.
Dan suara itu terdengar bergerak menjauh, kemudian menghilang.
Kali ini saya tidak beranjak dari meja gambar dan berkonsentrasi sampai tak terasa pagi pun tiba.
"Hong, kamu denger ngga semalem ada drum band?" tanya saya pada Ahong sore harinya sepulang kuliah.
"Drum band? Dimana?" dia balik bertanya sambil mengerutkan kening.
"Ngga tau, tapi suaranya kayanya ngga jauh"
"Emang jam berapa malemnya?"
"Jam-jam satuan gitu deh.."
"Wah, aku dah tidur dari habis makan. Ga denger"
"Kamu ngimpi kali.." sambungnya.
"Engga lah, lha lagi nggambar kok. Ada taruna AU latihan kali ya" jawab saya.

Karena masih penasaran, saya tanyakan ke Mas S saat malamnya membeli makan bersama,
"Mas, Mas S semalem denger ngga ada suara drum band?"
"Suara drum band? Kapan?" dia balik bertanya.
"Tengah malem kemaren mas. Jam satuan"
"Kamu yakin, ga salah denger?"
"Engga mas. Sampe dua kali kok. Tapi sebentar doang terus hilang suaranya."
Dan dia terkekeh. Saya bingung apa artinya.

"Selamat yaa. Brarti kamu udah diterima di Jogja" tersenyum dia berkata.
"Eh, maksudnya?"
"Artinya kamu udah disambut..hehehe.." kembali dia terkekeh.
Saya makin bingung.

"Gini, boleh percaya boleh engga, katanya nih kalau pendatang baru masuk ke Jogja, suara musik seperti drum band yang kamu denger itu tanda kalau si pendatang diterima atau disambut di sini. Ada juga yang dengernya bukan suara drum band tapi suara gamelan, ada juga yang dengernya suara orang baris berbaris. Tapi kejadiannya rata-rata sama, tengah malam hampir dini hari gitu." ia menjelaskan.

"Oh gitu, emang Mas S dulu ngalamin juga?" tanya saya sambil berpikir mencoba mencerna penjelasan tadi.
"Iya, saya juga bukan asli sini. Saya ngalamin juga waktu pertama-tama disini. Coba aja kamu tanya mas-mas lain di kos, rata-rata pernah ngalamin juga. Ngga semua memang, tapi banyak yang gitu"

"Malah pernah saya dan Mas B nekat coba cari sumber suara itu. Waktu itu dah tengah malem, Mas C tau-tau lari ke kamar cerita dia denger suara drum band jelas banget, sementara saya sama Mas B engga denger apa-apa. Ya udah, kita bertiga penasaran nguber sumbernya dari mana" ia menambahkan.
"Terus ketemu mas?" tanya saya penasaran.
"Engga ada. Saya sama Mas B ngikutin Mas C nelusurin jalan J*nti depan itu sampe ngelewatin Amb*r*kmo, kata mas C suaranya jelas banget ngarah kesitu, tapi sepanjang jalan kita liat ngga ada rombongan atau orang yang main drum band. Yah, percaya ngga percaya deh." jawabnya serius.

"Oh gitu...tapi ngga nyeremin kan mas?"
"Engga, anggep aja sambutan mesra dari Jogja. Buktinya saya dan mas-mas yang lain di kos aman-aman aja kan, betah banget malah di Jogja..mas B aja sampe delapan tahun belum lulus-lulus. Hahahaha..."

Waduh...

(End of Part 1)

MY HORROR STORIESWhere stories live. Discover now