Horor di Basement (part 3)

55 5 0
                                    

Selamat malam jumat sobat pecinta Horror Hitters, saya mau melanjutkan cerita beberapa minggu lalu mengenai kisah horor di basement yaa…

Saya terkejut melihat pintu kamar mandi dalam kondisi terbuka dan shower tergeletak di lantai, padahal malamnya seingat saya pintu tertutup dan shower tergantung pada dudukannya di dinding kubikal kamar mandi.
Tapi saya pikir mungkin terlupa sehingga saya meneruskan niat saya untuk mandi dan bersiap ke proyek lagi.
Keluar kamar, ternyata tim sudah menunggu. Setelah briefing pagi sejenak maka meluncurlah kami semua ke lokasi proyek yang tidak jauh dari hotel kami, hanya sepuluh sampai lima belas menit berjalan kaki santai.

Share info saja supaya nanti saat saya cerita dapat lebih mudah membayangkan, pada umumnya di basement gedung selain sebagai tempat parkir terdapat juga ruangan-ruangan yang biasa disebut ruang M/E atau Mekanikal Elektrikal, seperti ruang genset, ruang trafo, ruang pompa dan sejenisnya.
Ruangan-ruangan tersebut biasanya tempatnya menyempil di sudut basement atau tempat yang tidak mengganggu fungsi basement sebagai tempat parkir, jadi tidak terlihat secara langsung oleh orang awam (bukan karena faktor mistis lho yaa..).
Selain ruang-ruang tadi, juga ada shaft atau lubang, seperti Lift Shaft, dan shaft ini akan berujung di cerukan di lantai basement yang dinamakan “Lift Pit”. Namun tidak selalu “Pit” ini sebagai ujung dari shaft, contohnya Sum Pit dan Sewage Pit yang berfungsi sebagai tempat penampung air untuk dapat dipompa keluar basement.
Dan pada saat proses konstruksi, biasanya lokasi-lokasi yang saya sebutkan di atas dalam kondisi kurang penerangannya alias temaram (kecuali ada pekerjaan di lokasi tersebut), bahkan ada yang benar-benar gelap karena posisinya di sudut basement yang tidak ada akses cahaya dari lantai diatasnya.

Nah, tugas grup saya hari itu adalah menyisir ruangan-ruangan di area basement yang kemarin belum terjamah, ya ruangan-ruangan yang saya jelaskan di atas itu.
Sejak pagi grup saya yang hanya terdiri dari empat orang menjelajah satu demi satu ruangan dan “pit” di basement, mengambil alat yang tertinggal, mengumpulkan dan menghitungnya.

Entah bagaimana, menjelang sore saya kembali sendirian.
Dua teman sedang keatas memindahkan alat yang sudah terkumpul tadi ke gudang supaya tidak hilang sedangkan satu teman lagi sedang mengambil cat pyl*x karena miliknya sudah habis dan stok yang kami bawa juga kehabisan.

Apesnya lagi, senter terbawa oleh teman saya barusan. Jadi saya mengandalkan cahaya matahari atau lampu yang masih tipis-tipis menerangi.

Saat mendekati area “Lift Pit”, hampir gelap sama sekali kondisinya. Saya urungkan niat saya kesitu dan berbalik arah, maksudnya hendak menunggu sampai teman saya kembali.
Tiba-tiba bulu kuduk saya merinding.
Di belakang seperti ada yang berjalan melintas.
Saya langsung menengok ke belakang tapi hanya gelap yang terlihat.
Klontang..!!!
Suara benda besi jatuh menimpa besi lainnya terdengar dari arah “Pit Lift” itu.
Saya spontan lari ke lokasi yang lebih terang.

Celakanya, mendadak semua lampu mati (belakangan saya diberitahu teman bahwa listrik PLN sempat mati kemudian digantikan backup genset) sehingga saya cuma bisa melangkah pelan-pelan diterangi lampu flash dari handphone, bisa dibayangkan bagaimana kalau baterai handphone mati.
Tidak sampai satu menit kemudian lampu menyala kembali.

Kemudian saya berpindah ke lokasi “Tunnel” atau terowongan yang nantinya menghubungkan basement gedung dimana saya berada dengan gedung existing.
Lokasi di mulut terowongan tidak terlalu gelap namun karena terowongan cukup panjang maka keadaan dalamnya tidak terlihat dari tempat saya berdiri.
Saya coba menerangi dengan lampu flash handphone saya dan seketika lampu menyorot nampak samar bayangan dari sesuatu yang besar dan panjang bergerak melingkar, seperti ular besar.

Saya langsung mundur teratur dan berpikir paling saya salah lihat karena tidak mungkin di lokasi basement ini ada ular, apalagi sebesar itu.
Nyali saya mulai turun, lalu saya putuskan untuk kembali ke tempat semula di dekat “Pit Lift” tadi selain supaya teman saya mudah menemukan saya, area itu masih terjangkau sinyal Handy Talkie.

Dari kejauhan terlihat siluet seseorang berdiri di situ.
Ah, pasti itu teman saya.
Saya yakin karena dilihat dari bentuk tubuhnya.

Saya berteriak memanggil dan berjalan kearahnya.
“Hamis..Hamis..!!” (nama samaran ya biar keren)
Seiring saya berjalan, bunyi Handy Talkie yang tadi senyap mulai berbunyi.
“Ssss..ssss..Pak Yos monitor..ssss?” terdengar nama saya dipanggil diantara bunyi “kemresek” (saya ngga tau bahasa indonesia-nya apa) HT.
“Dicopy roger. Siapa nih?” jawab saya.
“Ssss..Ha..ssss..pak..”
“Ngga jelas, ganti” sambil memutar tombol volume di HT.
“Ssss…Hamis, pak..sss”
“Siapa?”
“Hamis, pak”
Kali ini sudah lebih jelas.

Wait..!!
Hamis..?!
Lha itu siapa?

Pandangan saya yang sempat teralihkan dengan HT yang “kemresek” tadi, kembali ke arah bayangan Hamis.
Tidak terlihat siapa-siapa di situ.
Lalu dengan berlari saya teruskan jalan saya melewati tempat yang seharusnya jadi “meeting point” dengan Hamis, langsung ke tangga naik ke lantai atas.
Pandangan lurus kedepan, tidak berani menengok ke arah “Lift Pit” di sebelah yang saya lewati.
Tak saya pedulikan suara yang memanggil-manggil di HT.

(belakangan baru saya dengar cerita orang-orang kalau daerah dekat “Tunnel” itu banyak yang pernah melihat ada “ular” sebesar pohon kelapa) 

---to be continue---

MY HORROR STORIESWhere stories live. Discover now