Tiga Belas

16.5K 1K 56
                                    

Warning: Baca part sebelumnya kalo lupa alurnya, karena udah kelamaan gak update gue yakin kalian lupa. Dan ada yang wajib kalian baca di author's note. Thanks and enjoy! 

**

#Wish25: Terbalaskan (Aldo)

#Wish26: Terbalaskan (Olivia)

** 

“Hah? Jadi bener lo sama Aldo sebelumnya udah pernah ketemu?” tanya Rara. Yang ditanya hanya mengangguk sambil berbaring memeluk guling empuk milik sahabatnya itu.

Rara berdecak pinggang. “Tapi cuma gara-gara itu doang?” setelahnya ia duduk di kursi meja belajar. Membiarkan Olive berbaring menatap langit-langit kamarnya dengan leluasa.

“Hm,” Olive hanya bergumam.

“Coba ceritain detail-nya dong. Gue masih gak ngerti.” Pinta Rara.

Olive malah berguling tak tentu arah menanggapi permintaan sahabatnya. “Males ... ”

Rara yang mulai berasa gereget lantas bangkit dan menarik guling yang sedari tadi dipeluk Olive itu. “Heh, pea! Lo ngapain ke rumah gue tapi gak mau ngejelasin yang sebenernya? Mau numpang tiduran doang?”

Olive mendengus kesal tetapi selanjutnya ia langsung duduk bersila di atas kasur. “Oke, dengerin baik-baik ya Rara sayang.” Ujar Olive dengan nada yang dibuat-buat.

“Buru elah,”

“Jadi gini. Dulu waktu gue masih kelas 9, klub basket sekolah gue ikut salah satu kompetisi basket paling bergengsi di bandung pas jaman-jaman itu. Nah terus SMP gue nih, SMP Harapan Bakti, main lawan Bandung International School (BIS), sekolahnya Katya.

“Udah tuh kan, kita main. Tengah-tengah pertandingan waktu dia lari gue mau rebut bolanya gak sengaja gue nyandung kaki dia, sampe dia jatuh. Mukanya bener-bener ngebentur lantai dan idungnya ngeluarin darah banyak banget. Serem sendiri gue ngingetnya.

“Penonton disana pada ngira gue sengaja. Karena score SMP BIS unggul 10 poin dari Harapan Bakti. Jadi lah gue difitnah yang engga-engga. Itu lagi semi-final, akhirnya sekolah gue yang menang dan maju ke final dan akhirnya juara 1, gitu.”

Rara masih melongo mendengar penjelasan sahabatnya itu. “Terus terus?”

Olive menaikkan bahu tak acuh. “You know lah, dihujat di twitter. Hampir 8 bulan gue hidup penuh kebencian. Anjas bahasa gue apa banget. Ya, intinya gitu. Makanya sekarang gue bersyukur banget pindah ke Jakarta dan ga ada satupun yang tahu tentang masalah itu dan track record gue benar-benar aman disini.”

Rara masih manggut-manggut menanggapi cerita Olive. “Oh, iya. Kecuali si curut Aldo.” Lanjut Olive.

“Jadi cuma gara-gara itu?”  tanya Rara akhirnya.

Olive mengangguk. “Iya. Katya emang pemain paling diunggulin di tim basket BIS.”

“Yah elah, itukan udah lama. Ngapain tuh anak masih benci aja sama lo?” Rara malah menjadi gondok sendiri.

“Gue udah cerita belum?” tanya Olive dengan bodoh-nya. Dan lebih bodoh lagi Rara yang menanggapinya dengan gelengan kepala.

“Kabar gembiranya, ternyata Katya sepupunya Aldo. Bukan pacar.”

“Oh, sepupu. Makanya, setahu gue dia tuh gak punya pacar.” Tetapi perlahan Rara justru menautkan alisnya. “Kabar gembira? Lo kira mastin kulit manggis kini ada ekstraknya.”

Olive tersadar dan langsung gelagapan sendiri. “Eh, itu—kan Aldo banyak yang ngeceng kan? Ya kabar gembira buat para penggemar setia Aldo. Gitu maksud gue. iya.”

Aldolivia [ DISCONTINUED ]Место, где живут истории. Откройте их для себя