6| Kencan

3.9K 340 3
                                    

"Aku nggak pernah pacaran." Rehan berkata sambil matanya fokus pada film yang sedang ia tonton. Kiara yang sedang sibuk memoleskan krim malam pada wajahnya hanya melirik suaminya sebentar.

"Aku tau. Kamu kan anti pacaran." Balas Kiara singkat. Rehan mematikan televisi lalu membaringkan badannya diranjang sambil menghadap Kiara yang sedang sibuk dengan segala bentuk ritualnya sebelum tidur. Walaupun Kiara perempuan cuek, tapi ia masih ingin memperhatikan penampilannya. Setidaknya dia tidak ingin disebut sebagai perempuan yang tak bisa mengurus diri. Rehan bahkan sempat terheran-heran saat mengetahui Kiara mempunyai alat make up dan juga selalu memakai krim-krim aneh yang Rehan tak tau apa itu fungsinya.

"Aku cuman pernah dua kali pacaran." Kata Kiara sambil membereskan meja riasnya.

"Siapa mereka?" Kiara menghampiri Rehan dan ikut membaringkan tubuhnya di samping lelaki itu.

"Aku pertama kali pacaran waktu aku kelas dua belas. Namanya Deva. Deva itu pinter, ganteng, jago main basket, populer lagi. Bahkan aku ikut populer juga gara-gara bisa pacaran sama dia. Tapi akhirnya kita putus. Aku nggak tahan sama sikap cemburuan dia, berlebihan." Cerita Kiara.

"Terus?"

"Engg.. mantan ke dua aku, aku yakin A Rehan tau siapa orangnya." Kiara berkata sambil tersenyum gaje.

"Faraz?" Tebak Rehan. Kiara pun mengangguk dan tersenyum malu. "Dia mantan kerindah aku." Kata Kiara sambil mengingat-ingat momennya bersama Faraz. Faraz itu seniornya di kampus, Faraz juga teman Rehan.

"Kalau kerindah, kamu mungkin bukan nikah sama aku tapi sama dia." Seru Rehan datar.

Kiara hanya mendengus pelan. "Aku putus juga karena aku nyuruh dia ambil beasiswa di Jerman. Kita putus juga baik-baik, kok. Omong-omong gimana yah kabar Kak Faraz sekarang." Cerocos Kiara yang hanya dianggap angin lalu oleh Rehan.

"Terus guru fisika yang kemarin gimana?"

"Ih, aku nggak ada hubungan sama Pak Damar, A. Kenapa, sih, dari kemarin sensi mulu sama Pak Damar. Kasian dia."

"Jadi kamu suka sama dia?" Tanya Rehan tak nyambung.

"Yah, dibilang suka, sih, nggak. Tapi, Pak Damar itu ganteng, kan, A. Jadi, yah, boleh lah." balas Kiara sambil terkikik pelan.

"Kenapa A Rehan tiba-tiba ngomong gitu?" Tanya Kiara.

"Ngomong apa?"

"Itu ngomong tentang pacaran."

Rehan hanya mengedikkan bahunya tak peduli, "Aku cuman penasaran rasanya pacaran itu kayak gimana. Anak jaman sekarang banyak banget yang pacaran. Yang masih kecil juga udah pacaran, aneh." Jelas Rehan.

Kiara manggut-manggut mengerti. "Ya, aku ngerti. A Rehan nggak pernah pacaran. Bisanya langsung ngelamar anak orang, sekalinya ngelamar juga langsung ditolak. Ya, aku ngerti A Rehan pasti ngerasa sakit." Ujar Kiara asal sambil menepuk-nepuk bahu suaminya.

Rehan hanya mendengus pelan mendengar sindiran Kiara. "Jadi intinya A Rehan ingin ngerasain gimana rasanya pacaran?"

Rehan tergelak, "Nggak juga."

"Ya udah mulai besok kita pacaran." Sahut Kiara dengan senyum lebarnya. Rehan tertawa kecil, "Jangan ngarang. Kita kan udah nikah."

"Maksud aku, mulai besok kita bakal ngelakuin apa yang dilakuin remaja jaman sekarang. A Rehan penasaran kan? Pokoknya besok A Rehan harus nurut sama aku." Tegas Kiara.

"Emang mau ngapain?" tanya Rehan bingung.

"Kencan dong, A. Kita yang nikah jangan mau kalah sama yang cuman pacaran. Lagian kamu nggak pernah bawa aku jalan. Sekali-kalilah kita kencan." Ujar Kiara dengan nada merajuk.

Predestinasi | Seri Marital✅Where stories live. Discover now