3. Bahasa Daerah Indonesia

83 18 9
                                    

Tata & Joe
dari
Ini Memang Gila, Tapi Ini Cinta

----

"Tata mau pesan apa?"

"Apa aja, deh," ucapku frustrasi. "Aku terlalu lemes buat milih-milih makanan sekarang."

"Lho? Kamu sakit?"

Iya! Aku "sakit"! Baik kepala-pundak-lutut-kaki-hati-jiwa-raga semuanya lemes. Lelah hayati, Bang! Lelah! Bayangkan dirimu menjadi penerjemah bahasa untuk empat cowok yang entah berasal dari antah-berantah mereka ini. Sukur-sukur kalau ada kosakata bahasa Banjar yang sama dengan Indonesia. Lah, kalau yang masuk kategori "satu kata, berjuta makna" aku kudu piye?

"Hati-hati, Joe. Si Tata tuh rajin ketuju tedinsir gasan modus ke lakian," Edo, teman satu kelasku yang paling ingin kugaruk saking kesalnya, membisiki Joe.

Joe —yang merupakan satu dari empat cowok pindahan— cuma bengong. "Tedinsir?"

"Ho oh. Tau arti tedinsir?"

"Nggak."

"Mbuh!" Edo terbahak. "Mending tanya ke Tata sekalian, deh, Joe. Ye nggak, Ta?" ucap Edo seraya memainkan alisnya ke arahku sebelum lari terbirit-birit sambil cengengesan.

"NYARI MATI, HAH!?"

Kesalnya lagi, pembicaraan soal tedinsir ini melebar ke mana-mana. Dan si Joe kayaknya nggak pernah lelah dan rela sebelum mendapatkan keinginannya.

"Ta," panggil Joe. "Tedinsir itu apa?"

"Jatoh," celetukku.

"Eh, bukannya jatoh itu tegugur, ya?" tanya Joe lagi. Dan itu sukses membuatku menggaruk-garuk kepala saking frustrasinya.

"Sama aja, Joe. Cuma beda pelafalan doang," jelasku sedikit kesal bercampur canggung melihat wajah polos Joe.

"Sama di mananya?"

Aku menepuk dahi. Anak ini! "Kalau tegugur itu jatuh dari ketinggian. Nah, kalo tedinsir itu jatuh gara-gara kepeleset. Paham?" tekanku dengan kesabaran yang (hampir) meledak.

Bibir Joe terbuka, membentuk huruf O yang panjang. Lalu,

"Kamu nggak perlu tedinsir buat modus sama aku, kok, Ta."

HAH!?

"Bola lawan masuk gawang aja aku tahan, apalagi kamu yang indah begini," ucapnya datar, seolah-olah seperti mengomentari cuaca hari ini.

KAMPRET!

----

Ji De: NPC's 30 Days Writing Challenge 2018Where stories live. Discover now