2. Morning Sky

132 21 1
                                    

Ilha & Agesa
dari
Determinan: Reinkarnasi Masa Lalu

----

Ilha mendongak, menyaksikan langit pagi Ilha de Queimada Grande yang tampak mendung berbalut kabut tipis. Jelmaan ular itu menghela napas, berbalik. Pagi kesekian, dan Ilha masih belum terbiasa dengan suasana pagi hari Kerajaan Naag di tempat ini. Beberapa saat kemudian, terdengar rintik hujan tipis dari luar. Gadis itu menoleh ke luar jendela, mendongak, melihat langit semakin kelabu dengan awan berarak meneteskan air hujan yang kian lebat.

"Mencintai manusia adalah kutukan bagi jelmaan ular. Berhubungan dengan mereka, akan membawa kebinasaan pada kaum kita."

Ilha sudah mendengar kalimat itu puluhan kali. Dari Guru Dev, Naag Rani, bahkan dari Naren. Meski keyakinan itu sudah ia tancapkan kuat dalam hati, tetap saja, Ilha merasakan sesak aneh menyergap setiap kali teringat tentang orang itu. Pemuda yang sudah ia anggap sebagai jiwanya yang lain, dan ia bersumpah bahwa ia akan terus melindunginya.

Nyatanya, meski kejadian itu sudah terjadi berpuluh hari yang lalu, Ilha terus teringat Agesa, terutama saat hujan seperti ini. Saat-saat yang berat bagi Ilha, meski Agesa tetap bersikap seperti biasa: datar tanpa ekspresi apapun.

Naag Rani berdiri tepat di hadapan Ilha dan Agesa saat itu. "Kalian berdua harus meminum air penghilang ingatan. Kalian tidak diperbolehkan untuk saling bertemu, dan kalian akan melupakan satu sama lain mulai dari sekarang."

Ilha bersikeras. "Aku menolak!"

"Itu hanya akan menjadi penderitaan untukmu, Ilha. Penderitaan tanpa ujung, dan kau tidak akan menyukainya."

"Kami tidak peduli!"

"Aku bersedia."

Ilha menatap Agesa dengan tatapan tak percaya. "Tidak! Jangan lakukan itu, aku mohon." Ilha mencengkeram telapak tangan Agesa yang menggenggam botol berisi air penghilang ingatan.

Agesa tersenyum tipis. "Aku menyayangimu. Kau hanya perlu mengingatnya, di sini." Agesa mengarahkan telapak tangan Ilha yang mencengkeram tangannya ke pucuk kepala gadis itu.

"Tidak!"

"Katakan sesuatu?"

"Tidak...."

"Kau menolak? Aku tidak menerima penolakan, ingat?"

"Tidak, kumohon...."

"Katakan sesuatu! Apa kau tidak bisa memahaminya?"

"Jangan ... kumohon...."

"Katakan sesuatu kalau kau memang menyayangiku."

"IYA, AKU MENYAYANGIMU! KAU PUAS SEKARANG!?"

Senyum tipis itu mengembang, untuk terakhir kalinya. "Aku tahu itu."

----

Entah kenapa lagi mood bikin yang sedih-sedih. Oke, abaikan~

Ji De: NPC's 30 Days Writing Challenge 2018Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz