4 Cerita

3.1K 32 0
                                    

1. Aku
Mereka pasangan yang sangat cocok. Yang perempuan tinggi semampai, berkulit kuning langsat, rambut hitamnya yang berombak berpadu dengan hidung mancung dan bermata bulat. Sedangkan yang lelaki bertubuh gagah, tenang, berwibawa. Banyak yang iri dengan mereka, bagaimana bisa Tuhan menyatukan 2 makhluk sempurna lalu bagaimana nasib mereka yang biasa-biasa saja. Banyak yang berdoa agar mereka tidak berjodoh, tetapi berjodoh dengan yang berdoa. Seperti hari ini, mereka berangkat bersama-sama ke kampus. Sang lelaki menjemput sang perempuan di kosn khusus putri itu. Banyak mata penghuni kosan yang cuci mata pagi itu, saat sang lelaki menunggu di ruang tamu. Ada yang sengaja pura-pura mengambil koran di bawah meja ruang tamu untuk sekedar menyapa, ada juga yang pura-pura akan pergi joging demi lewat di depan lelaki mempesona itu padahal hari sudah siang.
Seorang perempuan cantik menghampiri lelaki yang sedang duduk itu, serentak semua perempuan yang sedari tadi mencari perhatian kembali pada aktivitasnya masing-masing. Mereka berdua lantas meninggalkan kosan itu menuju kampus. Sesampainya di kampus, mereka telah ditunggu teman-teman satu kelompok. Hari ini mereka bertugas menyampaikan materi yang telah di dapatkan di lapangan. Setiap hari mereka berdua selalu bersama, selain satu kampus, mereka juga satu kelas. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bersama. Mereka juga dipertemukan oleh tempat kerja yang sama jadi ya sudah, setiap hari mereka akan bersama-sama. Jika diperhatikan, mereka memang cocok seperti kata kebanyakan orang. Tapi bila orang lain menggoda kecocokan mereka, mereka hanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
Aku sudah menjadi teman mereka selama 3 tahun, kami dipertemukan oleh kampus ini. Sejak awal bertemu, aku sudah melihat mereka saling curi pandang, saling melempar senyum bila bertemu dan ntah karena apa, kami bertiga selalu satu kelompok bila ada tugas dan praktikum. Sebenarnya ada satu lagi teman kami, si coro. Begitu kami memanggilnya. Jika kalian melihatnya tentu kalian akan sepakat dengan kami, betapa cocoknya panggilan itu kepadanya. Ia selalu tampil berantakan dengan celana cutbray ala 70’an,  kemeja ketat dan jaket kulit serta rambut kribo yang dibiarkan tergerai yang ntah kapan terakhir kali dicuci. Akan tetapi apalah arti sebuah penampilan bila kehadirannya selalu menghadirkan tawa dan ceria di tengah-tengah kesibukan, kepenatan dan stres pada tugas kuliah yang selalu minta ditemani sepanjang minggu. Kami berempat, 2 perempuan dan 2 lelaki. Jadilah mereka sebut kami 2 pasangan yang saling melengkapi.
***
2. DIZO
“ Na, kamu mau minum apa? “ tanyaku.
Dia yang sedang membaca, menoleh sebentar ke asal suara. Sebuah senyuman termanis mengembang di sana.
“ Milkshake vanilla aja “ jawabnya dengan senyum jua yang tetap terkembang di bibirnya yang tipis.
Setelah bicara dengan Ibu kantin, aku duduk di sampingnya. Kami berdua sedang menunggu 2 teman kami yang masih ada kuliah. Dia fokus ke buku yang sedang di baca, aku diam saja tidak ingin mengganggunya. Dia manis dengan kacamata di wajahnya, rambut hitam yang dia ikat ke atas hingga terlihatlah leher jenjangnya. Dia sederhana tetapi istimewa buatku.
Sejak bertemu di awal kuliah, aku telah menaruh hati kepadanya. Sikapnya yang santai, tenang, mengayomi dan bertanggungjawab telah mencuri hatiku tetapi tampaknya dia biasa-biasa saja kepadaku, tidak ada hati yang lebih dari sebuah perasaan teman ke temannya. Dia baik ke semua orang, dia tidak segan membantu teman yang mengalami kesusahan. Lagi-lagi, itu membuat hatiku tambah menciut kepadanya. Terlebih lagi, ntah kebetulan atau bagaimana. Aku selalu satu kelompok dengannya. Baik itu saat pembagian tugas lapangan maupun praktikum. Pada saat ada tugas itulah, aku bisa memandangnya lebih lama, bisa bersama-sama lebih lama. Meskipun kami selalu bersama, tapi kami akan terpisahkan oleh tempat kerja yang berlainan.

3. Ratri
Setiap pagi dia menjemputku, dia juga mengantarku pulang. Dia lelaki tertampan di kampus. Dia baik, dia juga smart. Jadi syarat menjadi pria idaman, sudah dia miliki tanpa kurang satupun. Tubuhnya atletis sesuai dengan tinggi tubuhnya. Senyumnya yang membuat semua wanita lemas tiba-tiba. Seperti setiap pagi yang terjadi di kosanku. Semua penghuni kosan akan berpura-pura sibuk demi menarik perhatiannya. Rutinitas itu bukannya tidak disadari olehnya tetapi dia sudah sangat terbiasa jadi hanya membalas sapa dan senyum yang tertuju kepadanya.
Sejak awal kuliah, aku menyukainya. Banyak yang berkata, kami pasangan yang cocok. Lontaran itu semakin membuatku mabuk kepayang, membuatku semakin percaya diri bahwa aku memang pantas mendapatkan dia. Dia juga tersenyum bila ada yang berkata seperti itu, tidak terlihat marah ataupun kesal. Biasa saja. Jadi aku tidak tahu, apakah dia juga menyukaiku atau tidak. Kami selalu berempat, kemana-mana. Kami juga selalu satu kelompok bila ada tugas-tugas kuliah baik tugas lapangan ataupun hanya praktikum di laboratorium. Intensitas pertemuanku dengan dia lebih banyak dibanding dengan kedua temanku. Aku satu tempat kerja dengannya jadi aku bersamanya dari pukul 7 pagi hingga 8 malam. Betapa indahnya dunia, aku rasa.
Semakin banyak yang bilang kami cocok, semakin besar juga harapanku kepadanya. Aku ingin memiliki status yang jelas tapi aku juga tidak ingin merusak persahabatan ini yang sudah 3 tahun terjalin jadi aku memilih diam saja menikmati semuanya hingga tiba waktu yang tepat. Aku siap terluka jika memang dia akan memilih yang lain dibanding aku. Setidaknya saat ini, dia selalu bersamaku. Itu saja sudah cukup sampai saat ini.

4. Coro
Aku orang paling ajaib di dunia ini. Aku terlahir dari seorang Ibu tetapi aku tidak tahu dia dimana, bahkan wajahnya pun aku tidak pernah melihatnya sejak aku julai bisa mengingat. Aku tinggal di panti asuhan sampai saat ini. Aku memiliki 3 orang sahabat yang super baik. Aku dipanggil Coro oleh mereka. Kata mereka aku aneh dengan style pakaianku yang ketinggalan jaman katanya apalagi kata mereka rambut istimewaku ini menjadi sangkar kecoa atau coro karena jarang dikeramasi. Ada-ada saja mereka.
Diantara mereka, aku tidak mengikuti arus percintaan 3 orang sahabatku itu. Aku memilih konsentrasi pada obsesiku yang ingin menjadi superstar. Aku bukannya tidak tahu bila Dizo menyukai Ajeng dan Ratri menyukai Dizo bahkan teramat mencintai lelaki mempesona itu. Menurutku Dizo dan ratri pasangan yang cocok. Dizo tampan, ratri cantik. Bukan berarti Ajeng tidak cantik tetapi kualitas Ajeng jauh di atas ratri. Dia istimewa menurutku dan itu disetujui oleh Dizo. Aku menghargai persahabatan ini meski dalam hati aku juga menyimpan hati untuk Ajeng. Itu semua kusimpan rapat-rapat, ku biarkan diam di sudut hatiku paling sunyi. Biar dia diam di sana sampai nanti.

Perempuan Berhati SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang