32: Another Bad News

1.2K 100 8
                                    

Aku sejenak melupakan segala permasalahan yang ada di di hidupku karena pesta ini. Malam ini, Robert mengadakan pesta untuk menyambut kedatangan Richard. Semua orang di sini tertawa, berdansa, dan menikmati hidangan. Andai kebahagiaan sejenak ini bisa bertahan selama-lamanya, andaikan saja.

Aku juga sudah mengundang Sebastian dan Bartholomew ke istana ini. Aku tidak sabar melihat kedatangan mereka. Aku sudah rindu dengan Sebastian dan juga aku tidak sabar melihat ekspresi bahagia si Kakek pembuat kayu itu saat pertama kali memasuki istana. Karena sebentar lagi aku akan pergi ke Perancis, aku sudah tidak ingin lagi menyembunyikan pertemananku dengan Bartholomew. Aku tak peduli jika semua orang tahu dan aku tidak ingin lagi ada batasan untuk bertemu dan berteman dengannya.

Richard menghampiriku dengan senyum cerianya, ia pasti senang kembali berada di tengah-tengah keceriaan istana. Sudah sekian lama ia berada di Ludlow untuk belajar dan juga mengurus hartanya, kesepian tanpa adanya kehangatan keluarga yang biasanya ia rasakan sejak kecil. Dia mengulurkan tangannya padaku dengan senyum yang tak kunjung lepas dari wajahnya. "Dansa?"

Aku terkekeh lalu meraih tangannya. Kami berjalan dengan riangnya ke tengah-tengah ruangan. Melihat pangeran dan putri memasuki ranah dansa, mereka berhenti berdansa dan hormat kepada kami, musik juga dihentikan.

"Mainkan volta!" pinta Richard lalu musik dan keceriaan kembali mengisi ruang ini. Aku bergerak dan berputar ke sana kemari sesuai dengan gerakan yang sudah diajarkan. Aku memang tidak begitu mahir berdansa dan untungnya saja Richard sudah mengerti dan dapat menerimanya.

Musik pun berhenti, kami saling membungkuk kepada pasangan dansa masing-masing. Musik pun berganti, yang lain pada berdansa, sedangkan aku dan Richard keluar dari kerumunan itu dengan riangnya.

"Senang bisa kembali berdansa denganmu. Kemampuan dansamu tidak berubah ya, masih payah seperti dulu. Untung saja kau tidak menginjak kakiku."

Aku terbahak begitu juga dengan Richard. "Sebenarnya aku ingin sekali menginjak kakimu, tapi aku tidak tega."

"Kalau kau berani melakukan itu, aku akan berteriak dengan keras agar semua tahu betapa payahnya kau berdansa."

"Kau benar-benar menyebalkan!" kami tertawa bersama, aku memang tidak pernah memenangkan perdebatan apapun dengan Richard. Baik yang sepele sampai yang terpenting sekalipun.

Naluri menyuruhku untuk menoleh, dan benar saja, aku sudah mendapati Sebastian dan Bartholomew tiba. Mereka melempar senyum mereka padaku. Astaga Sebastian, ia tampan sekali malam ini. Aku benar-benar ingin memeluknya dan menghabiskan waktu bersamanya malam ini, berdua saja. Tapi ... mana mungkin?

"Kemari Richard, aku akan perkenalkan Sebastian padamu." Aku menarik tangan Richard sampai pada Sebastian dan juga Barth. Sebastian dan Barth membungkuk ke arah kami. "Perkenalkan, ini adalah kakakku, Prince Richard." Aku menoleh ke arah Richard. "Dan ini adalah Sebastian dan kakeknya, Bartholomew." Sebastian dan Barth lagi-lagi membungkuk ke arah Richard.

"Your Highness," sapa Sebastian. Namun aku heran melihat wajah Barth, wajahnya tampak terkejut, tidak percaya dan juga kebingungan. Apa yang sedang ia pikirkan? Apa ia sebegitu terkejutnya melihat Pangeran Inggris? Bagaimana kalau ia melihat raja dan ratu secara langsung nanti?

"Jadi ini yang namanya Sebastian." Richard melirik ke arahku. "Seleramu bagus juga."

"Richard!" Sebastian terkekeh dan dapat kulihat pipinya memerah. Melihat pipi lelaki itu memerah membuatku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamanya.

The Sword PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang