13: A Friend for Sturdy

1.7K 137 2
                                    

Aku keluar dari kamarku begitu sudah selesai berganti pakaian dan memoles wajahku. Selain Sturdy yang kupikirkan malam ini, Richard juga masih menggelayuti pikiranku. Aku benci dengan perasaan khawatir. Aku tidak suka. Tapi semakin aku hindari, semakin perasaan itu menempel erat dalam diriku.

            "Apakah ada surat untukku? Dari Richard?"

            Penjaga yang menjaga kamarku menggeleng. Aku menghela napas berat. Kemana dia? Mengapa sudah berhari-hari ia tidak kunjung membalas? Atau jangan-jangan...? Tidak, Azaria, tidak! Kau tidak boleh berpikir terlalu buruk sebelum ada bukti yang pasti. Richard adalah lelaki yang kuat, ia akan baik-baik saja.

            Aku melewati sarapanku dengan keluargaku. Aku ingin melihat hasil dari omongan Sebastian kemarin. Awas saja kalau dia tidak berhasil seperti yang dia katakan, aku bersumpah akan membuat kepalanya botak!

            Aku berjalan tergesa menuju kandang Sturdy. Jantungku berdegup kencang, takut-takut kalau aku masih belum mendapatinya di kandang. Tapi, aku sudah dapat mencium aroma khasnya. Aku yakin dia sudah berada di kandang. Aku menarik rok gaunku ke atas, berlari di atas jalan bebatuan ini. Aku tak sabar untuk melihatnya!

            Dan benar saja, aku dapat melihatnya kini sedang menjulurkan lidahnya ke arahku. Aku tersenyum lebar. "Sturdy!" Dia naik-naik di pagar yang menghalangi jalannya. Aku tahu ia sangat merindukanku, sebesar aku merindukannya. Aku segera mengambil kunci kandanganya dan membukanya. Segera aku berhamburan memeluknya erat. Aku tidak ingin lagi kehilangan makhluk yang kusayang.

            Aku melepas pelukanku, menatap wajahnya yang memelas. Aku tahu ia meminta maaf atas perbuatannya semalam. "Tidak apa-apa, Sturdy, aku tahu kau sangat bosan di sini dan ingin bermain keluar. Mulai sekarang aku berjanji, setelah sarapan bersama keluargaku, aku akan mengajakmu bermain di taman belakang. Maafkan aku yang belakangan ini mengabaikanmu." Aku lagi-lagi memeluknya, aku mendengar suara lengkingan darinya, seakan seperti suara anjing kecil. Walaupun badannya besar, dia tetap Sturdy kecil yang kukenal.

            "Kalau aku hilang seperti Sturdy, apakah kau akan memelukku erat saat aku ditemukan, seperti saat kau memeluk Sturdy?"

            Aku sontak menoleh ke sumber suara yang berada di belakangku. Sebastian. Lagi-lagi bibirku tersenyum lebar melihat pahlawanku. Sturdy menggongginya singkat, tapi aku tahu itu gonggongan sapaan ramah. Mereka tidak bermusuhan, dan aku senang.

            Aku berdiri dan menghampiri Sebastian. "Terima kasih banyak, Sebastian. Aku berhutang banyak padamu."

            Ia terkekeh. "Aku tidak meminta balasan apapun, jadi kau tidak punya hutang apa-apa denganku."

            Sturdy juga mengampiri Sebastian. Melingkari kedua kaki lelaki itu. Aku tertawa melihatnya, begitu juga Sebastian. Laki-laki itu berjongkok lalu mengusap kencang kepala Sturdy. "Kau harus berjanji pada pemilikmu kalau kau tidak akan lagi pergi tanpa izin seperti semalam, oke?"

            Dia menggonggong ke arah Sebastian. Lelaki itu tertawa lalu merangkul anjing itu. "Dia adalah prajurit baruku."

            "Kau terlalu banyak mengkhayal." Sebastian tertawa. "Aku lapar. Bolehkah aku sarapan bersamamu?"

            "Di tempatku? Kau kan tahu, kalau makanannya tidak seenak yang dihidangkan di meja keluargamu, Azaria. Makanlah terlebih dulu, kalau sudah panggil aku untuk bekerja lagi."

            Aku menggeleng. "Aku sedang tidak ingin bersama mereka. Kumohon?"

            "Baiklah." Aku tersenyum. Lalu kami mengembalikan Sturdy ke dalam kandangnya. Sebenarnya aku kasihan pada anjing malang itu. Dia sendirian dan kesepian, dan apa yang harus kulakukan? Andai aku bukan orang yang sibuk, aku akan selalu bermain bersamanya. Malam ini, Sturdy harus tidur bersamaku. Dia tidak boleh merasa kesepian lagi.

The Sword PrincessWhere stories live. Discover now