Chapter 9 : Go back to home

2.5K 363 40
                                    

Hari ini hari minggu. Dan masih jam lima pagi--saat Yukhei tiba-tiba menerima sebuah panggilan telepon. Dirinya terpaksa bangun--merutuki siapapun yang meneleponnya di minggu pagi yang seharusnya damai.

"Halo!" Bentaknya tidak berperasaan.

Dari seberang telepon, Yukhei dapat mendengar, "Wah, wah. Anak siapa yang telah membentak orang tuanya di telepon? Kau mau dikeluarkan dari kartu keluarga, ya, Wong Yukhei?"

Yukhei langsung bangkit berdiri dari tempat tidurnya dan membungkukkan badan sebesar 90 derajat--meskipun dia tahu baik kalau orang di seberang tidak akan tahu dengan tindakkannya. "Maafkan saya, pak. Saat ini di Korea masih terlalu pagi, jadi mungkin otak saya masih belum bekerja dengan baik. Sekali lagi maafkan saya, pak."

"Kau pria. Lain kali kau harus berpikir terlebih dahulu, lalu kemudian kau baru dapat mengambil tindakan. Ingat-ingat itu, Wong Yukhei."

Yukhei membungkuk berkali-kali lagi sambil mengucapkan kata maaf.

"Ayah dan ibu akan pulang. Jadwal penerbangan kami sekarang dan kau harus siap-siap--kalau sampai rumah berantakan, kau akan kukirim ke sekolah tentara, Wong." Sahut yang di seberang sekali lagi--yang dimana berhasil membuat Yukhei membulatkan kedua matanya.

"A-apa? Pulang?! Tiba-tiba? Sekarang?!"

Ayahnya terdiam sebentar, mungkin mengangguk di seberang sana. "Ya, kenapa, anakku? Kau tidak melakukan yang macam-macam, kan?" Yukhei langsung mengelak mentah-mentah. Dia mengucapkan salam dan meminta ayahnya untuk datang dengan selamat, kemudian mematikan sambungan telepon.

Dia segera berpindah ke ruang tidurnya--yang kini ditempati oleh Mark. Meneriakkan nama Mark seperti orang kesetanan. "Apapun yang terjadi, kau tidak boleh keluar dari kamar ini, kau mengerti, Mark?!"

Mark yang baru terbangun, kebingungan dengan paniknya Yukhei. Dan Mark juga tidak ingin hanya berdiam--dia adalah orang yang cepat sekali merasa bosan. "Kenapa aku tidak boleh keluar?" Tanyanya dengan nada memohon sekaligus suara yang serak karena baru terbangun.

Yukhei kemudian menjelaskan kepada Mark kalau orang tuanya yang dari Cina akan datang ke Korea. Dia harus segera bersiap-siap. Mark juga tidak boleh ketahuan oleh mereka, karena kalau sampai ketahuan, Yukhei akan dimarah. Mark tampaknya mengerti akan hal itu, jadi dia segera mengiyakan permintaan Yukhei.

Sedangkan Yukhei telah turun untuk membersihkan kamar orang tuanya seperti sedia kala, dan juga membersihkan ruang tamu dan dapur. Yukhei menyelesaikan tugasnya saat jam telah menunjukkan pukul 8 pagi.

Yukhei membuat beberapa roti panggang dan meletakkan bacon panggang di atasnya. Kemudian membawakan sepiring roti bakar untuk Mark. Mereka makan bersama di kamar Yukhei.

"Maaf ya, Mark. Mungkin kau harus diam terus di sini selama beberapa waktu." Kata Yukhei dengan raut wajah menyesal yang kentara. "Tidak apa, khei. Kalau semua itu demi kamu yang tidak akan kena marah, aku rela-rela saja."

Yukhei tersenyum, "aku akan sering-sering di kamar kok." Dengan itu Mark mengangguk senang. Itu bagus, kalau Yukhei akan menemaninya sering-sering. Jadi Mark tidak akan merasa kesepian juga. Yukhei kemudian juga mempersilahkan Mark untuk bermain game konsolnya jikalau merasa kebosanan.

Jam telah menunjukkan pukul sebelas saat bel rumah berbunyi. Yukhei membungkukkan dirinya dengan hormat saat melihat bahwa tamu itu adalah orang tuanya.

Sebenarnya dulu ayahnya adalah seorang tentara, tetapi berhenti bertugas ketika Yukhei memasuki jenjang sekolah menengah. Akhirnya ayahnya menjadi seorang wirausaha dan membangun sebuah rumah makan ala Thailand di Cina. Karena ayahnya yang dulunya tentara itu lah, Yukhei menjadi terbiasa berbicara formal dengan ayahnya.

[Stopped] Turquoise ; LuMarkOn viuen les histories. Descobreix ara