Aku jatuh terduduk. Tangan kananku memegang bibirku, menampung darah yang banyak keluar. Satu tanganku lagi memegang dadaku yang sesak.

Badanku bergetar merasakan kesakitan yang luar biasa. Mataku mulai memburam. Pening merajarela. Kutegaskan pada diriku, pada tubuhku, agar bertahan. Hal membutuhkanku. Titania memerlukanku. Teman-temanku butuh kekuatanku.

Teman?

Sejak kapan aku menganggap mereka temanku?

Ya! Aku harus menggunakan kekuatan Slay Vega ini untuk melindungi mereka. Walaupun nyawa taruhannya.

Penyihir Hitam tampak bosan. Dia tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dengan penglihatan kabur, aku melihatnya terbang ke arahku. Penyihir Hitam melemparkan sesuatu, tapi aku tidak tahu apa itu.

Sebelum aku menyadari apa yang akan terjadi. Semua terlihat hitam. Dan, kata terakhir yang ku dengar adalah teriakan Hal memanggil namaku.

~~Ocean_Echo~~

"Mika, dengar!" Seseorang berbicara membelakangiku. "Jangan percaya siapapun. Jangan pernah."

Aku tahu siapa orang ini. Dia pria misterius yang selalu membuatku penasaran. Pria ini, salah satu kepingan masa laluku yang terlupakan.

Walau aku ingin menyentuh tangannya dan membalik badannya paksa. Aku tidak melakukannya. Tidak bisa. Sama seperti sebelum -sebelumnya, tubuh ini tidak bergerak sesuai keinginanku.

Hatiku teriris saat pria itu melanjutkan perkataanya. "Termasuk aku."

Ujung mataku basah karena air mata. Aku menggeleng.

Aku ingin melihat wajahnya. Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa dia selalu hadir dalam pikiranku?!

Mungkinkah dia hanya halusinasiku?

Tidak.

Dia nyata. Dia ada. Hatiku berkata begitu.

Memang pikiranku tidak mengingatnya. Namun hatiku tidak akan pernah melupakannya.

Seseorang yang sangat berharga bagiku, namun terlupakan begitu saja.

Kulawan tubuh ini. Kupaksa bergerak sesuai keinginanku. Tapi tubuh ini terasa sangat kaku. Kumohon. Walau hanya mulutku saja tidak masalah.

Aku ingin bicara padanya. Hatiku menjerit ngilu berusaha mengucapkan kata-kata.

Namun setelah aku berhasil menggerakkan bibirku. Hanya kosong yang menyambut keheningan. Tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Dan sekarang aku ditarik paksa melewati lorongan gelap dan, tersadar ke kenyataan akibat tepukan halus Hal di pipiku.

"Hal?"

"Maaf membangunkanmu, Mika. Tapi, kau menangis." bisiknya melihat ke sudut mataku.

Aku mengelapnya dengan cepat. Lalu buru-buru tersadar. Selain Hal dan aku, tidak ada siapapun di sini. "Dimana yang lainnya?"

Hal tampak merasa bersalah. Dia menunduk.

"Aku meninggalkan mereka." Hal mendesah. "Aku hanya membawamu pergi."

Kepanikan dan kemaraham merayapiku. "Kenapa, Hal?"

Hal memegang bahuku erat. Dia menyorotku. Matanya setajam elang. "Mereka tidak penting bagiku."

Aku tertawa sarkas.

"Lepas!" Aku menyentakkan tangannya di bahuku dan berdiri cepat.

Badanku masih menyisakan nyeri. Tapi aku tidak peduli.

Alba, Titania, Zephyr, dan--

"Tuan Putri, kita hendak kemana?" Karen tiba-tiba muncul di hadapanku.

Melihat reaksiku dia menyimpulkan sesuatu dan berkata, "kita itu satu, Putri Mika. Sewaktu Putri pingsan, tidak ada mana yang bisa saya serap." Dia tersenyum. "Makanya saya masuk ke dalam tubuh Tuan Putri sementara tadi."

Aku menghela napas lega. Setidak-tidaknya Karen akan selalu bersamaku.

Aku menatap Hal marah. Kemudian melihat Karen. "Karen, ayo kita mencari teman-teman kita."

Karen mengangguk saja.

"Mika." Hal memanggilku. Tapi aku tidak mengubrisnya.

"Mika!" Suaranya semakin tinggi. Hampir-hampir membentakku.

Aku memang agak sedikit terkejut. Tapi lagi-lagi aku tak acuh padanya. Sibuk mempersiapkan sesuatu untuk perjalananku.

Pikiranku melayang-layang.

Mereka harus selamat dan baik-baik saja. Harus.

Merasa diabaikan begitu saja, Hal mendekatiku, dia menyentuh lenganku dan membalikkan tubuhku dengan cepat.

Secepat dia menyiumku.

Aku tersentak kaget. Kudorong dia sekuat tenaga, tapi sekuat tenaga juga dia merapatkan badan kami.

Seluruh pikiranku kosong.

Ini ciuman pertamaku.

Setelah dia melepaskanku, lututku bergetar lemas. Aku akan terjatuh jika Hal tidak memegangiku.

Sentuhannya tadi terasa hangat.

Aku memegangi bibirku tidak percaya.

Dan pertanyaan pertama yang keluar dari mulutku adalah, "Hal, aku masih lima belas tahun...."

Hal menyeringai.

Terkutuklah wajah tampannya!

"Sayangnya, aku sudah delapan belas tahun, Mika~"

:
:
:
:
:
:
Sampai jumpa di gema yang akan datang.

Salam Penyihir Hitam;
Cha-Cha-Sama😗

Ocean EchoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang