#14 [About Daniel and Violet]

Start from the beginning
                                    

Ok, Sean pikir ia sudah kehilangan akal sehatnya karena sedari tadi ia terus mencemburui Daniel.

"Benarkah? Aku tunggu nanti malam di–"

"Tidak bisa! Dia harus mengerjakan pekerjaannya sampai tuntas" potong Sean.

Daniel menatap Sean bingung. Tetapi sebenarnya Daniel menatap Sean kesal karena pria itu selalu menghalanginya untuk mendekati Violet.

"O-oh iya, a-aku lupa! Aku harus mengerjakan tugas tugasku yang menumpuk. Lain kali saja ya!" Balas Violet sembari menggaruk garuk kepala bagian belakangnya.

Mau apa sih pria ini?
Batin Violet sembari menatap Sean kesal.

"Oh.... oke, aku akan menghubungimu lagi nanti. Nomor teleponmu masih sama kan?"

Violet mengangguk.

"Ok! Aku harus pergi, dah!" Daniel berjalan menjauh.

"Sean, kita harus kembali! Masih banyak tugas darimu yang harus kukerjakan"

"Hm"

Memang dasar setan.
Batin Violet kesal.

**********************

Addison International Corp's Headquarter, Manhattan, NYC.
6:25 pm.

———————————————————
To : Queena V.
From : Daniel
Jadi...... apa malam ini kau bisa?
———————————————————

Violet mengerutkan dahinya bingung, pria itu ternyata masih gigih mengejar dirinya. Padahal dirinya tidak memiliki perasaan apapun kepada Daniel.

—————————————————————
To : Daniel
From : Queena V.
Tidak bisa, bagaimana jika besok saja?

To : Queena V.
From : Daniel.
Oke! Besok aku akan menjemputmu di?

To : Daniel
From : Queena V.
Masih ingat cafe yang sering kita kunjungi kan?

To : Queena V.
From : Daniel.
Tentu! Aku akan menjemputmu pukul 7 malam.
—————————————————————

Violet menghembuskan napasnya pelan. Ia sebenarnya tidak ingin ikut untuk makan malam bersama Daniel, tetapi ia sungguh tidak enak hati menolak ajakan pria tersebut. Meskipun pria itu adalah mantan pacarnya. Violet berpegang teguh terhadap motto hidupnya, yaitu, 'jika seseorang menjadi mantanmu, jadikanlah ia teman jangan jadikan ia musuh'.

"Jadi... apa kau akan terus bermain hp disaat kau mengerjakan tugas dariku?" Suara Sean mengejutkan Violet.

Vio buru buru menarih ponselnya kembali kedalam tas.

"Sean.... lapar" Keluh Violet tentang kondisi perutnya.

"Lalu?"

"Aku ingin makan"

"Beli sana. Kau kira aku ayahmu? Tidak ada gunanya merengek seperti bayi dihadapanku" balas Sean pedas seperti biasanya.

"Tapi aku ingin makan disebuah tempat, denganmu" Violet mengerucutkan bibirnya.

"Jaman sekarang teknologi sudah maju, kau tinggal memesannya secara online lalu beberapa menit
Kemudian makanan yang kau inginkan tersaji dihadapanmu. Makanya, ubah otak udik mu itu, dan mulai berpikir canggih. Bagaimana bisa aku mempekerjakan orang udik seperti dirimu"

"Tapi aku ingin makan direstorannya Sean! Aku tidak ingin memesannya secara online! Itu tidak romantis"

"Masak saja sendiri. Merepotkan saja" balas Sean sinis.

The Perfect DevilWhere stories live. Discover now