Prologue

16 3 0
                                    

Myeonji's POV

Aku meletakan kepalaku diatas meja yang tidak berubah-ubah selama 3 tahun ini. Suasana disini menjadi sangat sepi karena tidak Jian, rekan kerjaku.

Aku tidak menyalahkan Jian sih. Tapi kasihan juga Jian, Ibunya sedang sakit di Gwangju. Mau tak mau, dia harus pulang-kan? Apalagi dia anak sulung dan anak perempuan satu-satunya.

Tapi karena kepulangan Jian, toko ini menjadi agak sepi...

Karena hawanya yang sejuk dan sepi membuat mataku perlahan-lahan menutup.

Kring kring!

Suara telefon membangunkan-ku dan kucing-kucingku dari tidur.

Kasihan.

Dasar telepon sialan...

Untungnya, kucing-kucing itu kembali tidur lelap.

Aku menghela nafas dalam. Lalu mulai berjalan kearah sumber suara dan menjawab telefon tersebut.

"Dengan Kittennies, ada yang bisa dibantu?" sapaku dengan seramah mungkin.

"Myeonji..."

Gulp.

Aku menelan ludahku setelah mendengar suara yang familiar ini.

INI BOSS-KU!

"Eh, Iya bu, ada apa ya?" tanyaku tambah ramah.

"Ini sudah jam berapa Myeonji?" balas Ibu Boss dengan nada sarkastiknya.

Mendengar jawaban si Ibu, aku-pun mengangkat pergelangan tanganku.

Melihat sudah jam berapa, aku berdesis dan memukul kepala-ku sendiri.

"U-uh, sekarang sudah jam 10 lewat 5 menit, Bu." ku menjawabnya sambil memejamkan mata.

Ugh. Aku harus siap dengan segala kata-kata yang akan dia keluarkan.

Mungkin memang sedikit terdengar berlebihan, padahal cuma telat 5 menit.

Ibu boss-ku yang satu ini memang disiplin parah. Waktu itu aku telat 3 menit saja dia ngomel sampai setengah jam.

"Nah, kalau toko tutupnya jam berapa, Kim Myeonji?" tanya Ibu Boss lagi.

AH FUCK.

Kalau bukan karena kucing-kucing yang lucu ini, sudah dari kapan tau aku mengundurkan dari tempat yang di punyai oleh Boss yang bawel ini.

"Iya bu, maaf. Toko harusnya tutup jam 10" aku membalasnya dengan kata-kata yang seramah-ramahnya mungkin. Walaupun sekarang aku sedang mengepalkan tanganku kesal.

"Bagus."

"Iya bu."

"Lho ngapain masih jawab? Sana tutup tokonya!"

O-Oh, bawelnya mulai keluar.

"Ini mau saya tutup tokonya, Ibu sekarang bisa tutup teleponnya." aku menjawab sambil mengelus-ngelus dada tiga kali.

"Heh! Kamu memangnya siapa menyuruh-nyuruh saya! Terserah saya dong mau tutup teleponnya kapan!"

Lalu tiba-tiba dia memutuskan teleponnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KittenniesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang