"Sedangkan saya beberapa tahun lalu sebelum saya terkena kutukan, saya pernah berjumpa dengan Hal!" lanjut Karen.

"Lalu?" aku sudah tidak sabar mendengar informasi yang akan dikatakan Karen.

"Anu, agak susah menjelaskannya, Tuan Putri. Saya tahu Putri Mika dekat dengan Hal. Tapi ... tapi, tapi--ah, saya tidak berani mengatakannya, saya takut Putri tidak akan percaya." Karen bicara terbelit-belit.

Aku penasaran!

Apa yang hendak di katakannya?

"Hal musuh kita!" Pertama kalinya aku mendengar Zephyr bicara dengan tegas.

Dia memegang erat gaunnya dengan mata terpejam--siap menerima amukanku karena mendengar kalimat itu.

NGIING!

Akh!

Kupingku berdengung.

NGIING!

Suara itu semakin jelas. Tempat kami berdiri bergetar hebat.

"Mereka mengetahuinya!" seru Karen.

Karen dan Zephyr mendekat padaku. Karen mengecup pipiku lagi dan Zephyr menggenggam tanganku.

Beberapa detik kemudian kami kembali ke Lembah Putih.

Aku ternganga.

Di depanku Titania tengah membacakan banyak mantra dan mengeluarkan api untuk melenyapkan banyak makhluk berlendir yang entah darimana terus berdatangan.

Di samping Titania, Alba ikut membantu dengan menimbulkan beberapa tanah runcing dari bawah kaki para makhluk berlendir itu.

Aku berlari ke arah mereka.

"Bodoh! Lama sekali kalian datang!" kata Titania terengah-engah.

Aku menatap ke depan tidak percaya.

Aku menoleh pada Titania.

"Daripada kau bertanya lebih baik kau bantu aku menyerah makhluk menjijikkan itu!" seru Titania.

Hei! Bahkan aku belum bertanya!

Tapi aku menjalankan perintahnya--membantunya melenyapkan makhluk-makhluk di depan.

Kufokuskan energiku di tangan lalu dari sana keluar segumpalan air.

Air itu kugunakan untuk merobohkan beberapa makhluk berlendir.

Kali ini aku tidak akan menggunakan mana yang diberikan para rukh. Aku tidak mampu mengendalikan kekuatan sebesar itu.

Hal juga telah melarangaku memakai kekuatan itu. Itu bisa membunuhku, katanya.

Di bahuku Karen juga ikut membantu dia sangat menyeramkan saat bertarung.

Wajahnya ... terlihat kesenangan.

Zephyr tidak mungkin tinggal diam. Lantunan lagunya belum berhenti sejak beberapa saat lalu. Dia melumpuhkan makhluk-makhluk itu dengan suara mematikannya.

Banyak yang telah berubah menjadi batu setelah beberapa detik mendengar nyanyian syahdunya.

Untung saja dia bisa mengendalikan kekuatannya, kalau tidak aku pasti sudah menjadi batu juga seperti makhluk berlendir itu.

Aku menatap sekeliling.

Hanya aku yang mengeluarkan sihir rendah.

Sedangkan Zephyr dan yang lainnya terlihat menakutkan dengan sihir andalan mereka masing-masing.

Aku menatap sekeliling sekali lagi.

Dimana Hal?!

Saat segenting ini dia tidak muncul.

Lalu tanpa diminta perkataan Zephyr merasuk ke dalam pikiranku.

Hal adalah musuh.

Pikiran itu terus menghantuiku.

Apakah itu benar?

Setengah jam berlalu. Makhluk menjijikkan itu tidak ada habisnya.

Setelah kami membunuh sepuluh muncul lagi dua puluh. Bahkan sekarang para Troll ikut menyerang.

Sekarang jumlah mereka ada ratusan. Tidak! Mereka ada ribuan.

Sedangkan di pihak kami hanya ada dua peri kecil yang imut dan tiga wanita lemah.

Oh, jangan lupakan satu Chimera yang berusaha menghadang musuh masuk ke zona aman milik kami.

Belum habis disitu.

Tiba-tiba badai topan datang dan menyingkirkan makhluk berlendir. Membentuk sebuah jalan lurus di tengah kerumunan.

Mendadak semua penyerangan berhenti.

Semua atensi teralih pada sosok yang lewat di tengah kerumunan itu.

Berkerudung hitam.

Menaiki sapu terbang.

Wanita itu tertawa renyah, dia menutup bibirnya dengan jari-jari lentik dan kuku panjang berwarna hitam miliknya--yang lebih terlihat menyeramkan.

"Halo, Putri Mika!"

Matanya menyipit tajam menatapku.

Dan entah apa yang terjadi dalam sepersekian detik Titania sudah berada di samping wanita itu.

Terbang seolah ada yang mencekiknya.

Astaga!

Apa yang sebenarnya terjadi~

:
:
:
:
:
:
Sampai jumpa di gema ke dua puluh dua.

Salam Penyihir;
Garna👀

Ocean EchoWhere stories live. Discover now