Ch. 1 -ssw

13.5K 1.3K 251
                                    

"Kamu tunggu aja di sini sebentar, aku perlu isi buku tamu dulu."

Aku mengangguk mengerti. Membalas cengiran Hoseok dengan senyum kaku. Terpaksa berdiri menunggu di lobi utama sebuah gedung perusahaan yang bergerak di industri musik. Mentalku sudah menciut sejak menginjakkan kaki di halaman depan. Entah kemana perginya semangat membara waktu teman sekelasku itu menawarkan sebuah kesempatan besar.

Setelah berkali-kali, pontang-panting mencari ide untuk tugas akhir dan recital yang aku ajukan terus-terusan ditolak, Seulgi-teman berbagi kamar yang mulai frustasi karena kegagalanku-meminta Hoseok untuk membantu. Bantuan yang aku terima ini adalah sebuah tawaran untuk menjadi peserta magang. Pekerjaan yang dilakukan pun tidak terlalu sulit. Katanya hanya membantu para staff. Namun, sebagai imbalan, tentunya akan mendapat bimbingan dalam penyelesaian tugas akhirku.

Hal yang membuatku sangat tertarik dan berminat adalah aku dapat bertemu dengan salah satu produser musik yang berada di bawah naungan Triptych Entertainment. Produser musik kenamaan bernama Kim Namjoon, atau dikenal sebagai RM. Dan Seulgi bilang, Hoseok berteman dekat dengannya. Tentu saja, RM adalah alumni dari institut yang sama dengan kami.

Oh, bayangkan saja jika produser berbakat seperti RM membantuku dengan memberi ide cemerlang untuk recital nanti. Sungguh luar biasa! Aku tak bisa membayangkannya.

"Seungwan."

Hoseok datang kembali dengan senyum secerah matahari di musim semi. Dia membawa dua tanda pengenal bertuliskan 'Visitor' yang salah satunya diberikan kepadaku. Aku pun segera mengalungkan tanda pengenal itu ke leher.

Akan tetapi, gerakanku melambat saat mendengar Hoseok berkata, "Tapi, Seungwan, ada satu hal yang bikin aku nggak enak sama kamu."

"Hah? Nggak enak kenapa?" tanyaku bingung.

Apa ku bilang? Firasatku sudah memberikan pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ingatlah, Seungwan, hidup itu tidak semudah yang kamu kira.

Hoseok nampak ragu. Ku tatap dia dengan sejuta tanya. Dan pada akhirnya, Hoseok pun bicara setelah menghela napas.

"Namjoon sedang ada schedule. Dia agak sibuk buat rekaman album baru Jeon."

Dugaanku tepat. Tidak perlu diragukan lagi. Firasatku memang sensitif jika meenyangkut hal-hal seperti ini.

"Eh, kalau Namjoon nggak bisa, aku masih bisa bantu kamu ketemu produser lain kok!" timpalnya, membuatku terperangah sejenak.

Hoseok tersenyum sekilas karena reaksiku. "Barusan aja aku tanya ke orangnya, kebetulan dia lagi nggak sibuk. Jadi, sepertinya dia bisa bantu kamu."

"Serius, Hoseok?" Pertanyaan itu ditujukan pada lelaki dengan snapback menutupi sebagian besar rambutnya tersebut. Namun, sesungguhnya tersirat untuk meyakinkan diriku sendiri. "Aku sungkan kalau bukan Namjoon."

Hoseok mulai berjalan lebih dulu. Aku pun menyusulnya dan mengiringi langkahnya. Menggerakkan kaki dengan hati yang terus berharap kalau kesempatan untukku magang di Triptych tidak terlewatkan.

"Iya, serius. Aku sudah tanya sendiri lewat telepon ke Yoongi-hyung. Dia bersedia luangin waktu buat bantu sharing ide. Aku sempat bilang juga kalau dosen yang bikin sulit kamu itu Kangta-gyosunim. Dan dia mau bantu."

Aku hanya menangguk saja. Mendengarkan dengan baik penuturan Hoseok. Masuk lift bersama beberapa karyawan yang bekerja di perusahaan ini.

"Makasih ya, Hoseok. Sudah mau repot-repot bantuin."

Lelaki itu tertawa kecil. "Santai aja. Lagipula, kalau aku nggak bantu, nanti Seulgi bisa mengamuk, menyiram apartementku dengan bensin dan membakarku hidup-hidup."

SUGAR DADDYWhere stories live. Discover now