D U A

4 0 0
                                    

Semua para SaBa sudah di kelas masing-masing. Kelas yang baru saja di bagi tadi setelah perkenalan ekstrakurikuler. Kelas tetap mereka. Silla yang tidak pernah sekelas dengan Neira sedari SMP langsung berteriak heboh ketika mengetahui bahwa kali ini mereka satu kelas. Tak jauh dari Silla, Neira juga sangat heboh mengetahui hal tersebut.

"Ahirnya," celetuk Silla setelah mendudukan dirinya di kursi samping jendela. Neira yang duduk di sebelahnya menoleh ke kiri sambil tersenyum lebar dengan anggukan setuju.

"Gue nggak percaya kita akhirnya bisa sekelas," kekeh Neira.

"Mee too," sahut Silla.

Tokk.. Tokk.. Tokk..

"Permisi," suara ketukan pintu dan seorang pemuda membuat semua pasang mata menoleh. Di depan pintu ada Alvian dan Ardean yang tersenyum ramah. Lagi, jantung Silla berdetak tidak karuan.

"Sil," lirih Neira sambil menyenggol lengan Silla pelan. Silla membalasnya dengan sebuah gumaman.

"Kalian kelas yang kita datangi dan satu-satunya yang kita datangi," celetuk Alvian dengan senyum ramahnya, kemudian tersenyum tengil ketika menatap adik sepupunya yang duduk dengan sahabatnya. "Kita akan bagi dua formulir. Formulir yang kakak bagikan berisi tentang OSIS. Yang minat dengan organisasi OSIS formulirnya diisi kemudian besok hari pertama sekolah, akan ada seleksi anggota OSIS.

Sedangkan yang akan dibagikan Kak Ardean merupakan formulir ekstrakurikuler. Kalian beri tanda centang pada kotak di dekat nama ekstrakurikuler yang kalian pilih. Minimal dua maksimal tiga selain OSIS. Ada yang kurang paham?"

Silla mengangkat tangannya ke atas dengan cepat. Alvian yang melihat itu menoleh ke arahnya dengan senyum tengil, seperti saat ia melihat adik sepupunya. "Minimal dua maksimal tiga selain OSIS maksudnya apa?" tanya Silla polos.

"Aduh Silla, lo kenapa lemot banget sih," Alvian memutar bola matanya malas diikuti Silla tanpa memedulikan semua orang-termasuk Ardean yang menatap keduanya dengan tatapan bingung. "Dari banyaknya ekstrakurikuler batas milihnya minimal dua dan maksimal tiga. Dan itu belum terhitung sama OSIS. Jadi kalau lo milih basket sama OSIS, itu nggak boleh. Jelas?" ada nada penuh kesabaran di akhir kalimat yang mau tidak mau membuat Silla berdecak.

"Hmm. Gue paham," jawab Silla acuh tak acuh.

"Ada yang mau tanya lagi?" tanya Alvian. Semua orang menggeleng, membuat Alvian tersenyum lebar, kemudian membagikan formulir ditangannya diikuti Ardean.

Senyum Alvian melebar saat sampai di meja Silla dan Neira. Kedua gadis itu secara bersamaan memutar bola matanya malasa.

"Mana formulirnya?" sentak Neira.

"Ambil kalau bisa." Alvian memeletkan lidahnya dengan tangan teracung tinggi.

Tanpa memedulikan dua bersaudara yang sedang bertengkar itu, Silla menoleh ke arah Ardean yang sebentar lagi sampai di mejanya. Gadis itu tidak bisa menyembunyikan senyumannya saat Ardean tiba di mejanya. Untung saja Ardean membalas senyumannya, jika tidak ia terlihat seperti orang gila.

"Mau ikut ekskul apa?" tanya Ardean ramah.

"Kakak ikut apa aja?" tanya Silla balik.

Ardean mengernyit, namun tetap menjawab dengan senyum ramah. "Emangnya kenapa? Mau bareng?" tawarnya bercanda.

Silla mengangguk antusias. "Maunya gitu, biar bisa deket sama kakak," ceplos Silla tanpa malu.

"GILZ!! Urat malu lo di mana?!?!" sahut Alvian terkejut-tidak jauh beda dari Ardean dan Neira.

"Kayaknya putus, muehe," jawab Silla cengengesan.

"PARAH! PARAH! PARAH!!!" seru Alvian. Alvian langsung meletakkan formulir di meja mereka kemudian pergi dengan mulut menganga diikuti Ardean yang hanya bisa tersenyum kikuk. Setelah keduanya pergi, Neira langsung bertanya dengan mata melotot.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HeartWhere stories live. Discover now