15

7.3K 584 28
                                    

“Ratu?” ucapku seraya berpikir. Kemudian aku tersadar dan membungkuk hormat. “Maafkan aku, Ratu Arthemis.”

Kudengar ia tertawa singkat. Aku mendongak dan mengangkat satu alis. “Seharusnya aku yang meminta maaf padamu. Aku tidak sabar menunggu kedatanganmu hingga aku berdiri di depan pintu gerbang mengabaikan para pengawalku,” jelasnya dengan sesekali diikuti tawa singkat.

Dia ini ratu apa bukan sih? Batinku.

“Maaf kalau sikapku seperti ini. Kau tahu, aku sangat menyukai sesuatu yang humoris. Dan aku tidak suka bersikap terlalu formal.”

“Oh,” ucapku mengerti.

“Jadi, kau Fallen Gladwin? Kau cantik sekali,” pujinya seraya menyentuh daguku. Aku tersenyum. “Terima kasih, Yang Mulia,” kataku.

“Mari masuk,” ucapnya dan ia berjalan masuk. Aku mengikutinya di belakang. Ketika pintu utama yang terbuat dari es terbuka, aku hanya bisa terperangan melihat pemandangan di dalam istana. Indah berkilauan dan menakjubkan. Sebuah tangga es di depanku menuju ke sebuah tahta ratu Arthemis yang tidak kalah menakjubkan. Lampu gantung diatasku terlihat berkilauan bagai permata. Di sekeliling tahta tersebut terdapat beberapa tiang penyangga besar, namun tiang dua tiang penyangga yang ada di depan tahta berposisi miring, namun tetap indah. Dua beruang kutub berjaga di kedua sisi tangga. Tubuhnya besar dan bulunya begitu putih. Bersih dan seputih salju. Aku berhenti dan berdiri di depan tangga sementara ratu tetap berjalan menaiki tangga menuju tahtanya, lalu duduk dengan anggun.

Ia menaikkan dagu. “Aku sudah mendengar semua ceritanya. Kau gadis yang pemberani, Fallen.”

“Suatu kehormatan bagiku mendapat pujian darimu, Yang Mulia,” kataku menunduk mmeberikan hormat.”

“Darimana asalmu?”

“Kota Brentford, Yang Mulia.”

“Apakah kau keberatan jika aku mengambil buku itu darimu sekarang?” tanyanya.

“Oh. Tentu saja tidak, Yang Mulia,” kataku lalu melepas ranselku dan mengambil buku mantra.

“Bryoni,” panggil ratu. Lalu salah satu beruang putih yang ada di sisi tangga mendongak pada ratu. “Ambil buku itu,” perintahnya. Sang beruang yang dipanggil Bryoni mengangguk dan mendekat padaku. Aku menyerahkan buku tersebut dan Bryoni menggigitnya lalu membawanya pada ratu. Sang ratu menerima buku tersebut lalu tersenyum.

“Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tidak melihat buku ini,” ungkapnya sambil mengelus lembut buku tersebut. Lalu matanya beralih padaku dan tersenyum. “Dunia benar-benar beruntung ada gadis seperti dirimu, Fallen.”

Kecuali satu orang, ucapku dalam hati. Aku memaksakan senyum pada ratu.

“Sebagai permintaan terima kasihku, aku akan mengabulkan satu permohonan untukmu,” ujarnya seraya bangkit dari tahtanya dan menuruni tangga menghampiriku. “Tidakkah kau menginginkan kekuatan esmu menghilang? Tapi kau akan tetap menjadi penyihir, penyihir cahaya,” jelasnya saat sudah berada tepat di hadapanku.

Aku terkejut. “Anda bisa melakukan itu?”

Ia tersenyum. “Tentu aku bisa. Atau kau ingin pulang ke tempatmu semula, Sleavton dan melupakan semua ini?

Melupakan semua ini? Tidak mungkin aku bisa melupakan begitu saja perjalanan panjang yang memberiku banyak informasi. Tapi aku juga ingin segera kembali ke Sleavton secepatnya tanpa perlu melakukan perjalanan panjang lagi.

“Apakah anda bisa… menghilangkan kutukan dari buku mantra milik anda?” tanyaku ragu. Ia diam sejenak, dan aku mulai ragu. Tapi kemudian sebuah senyum terukir di bibir merahnya. “Tentu.”

FALLEN (and The Book of Spells)#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang