02

6.6K 592 7
                                    

Aku hampir melupakan satu hal penting. Aku murid baru di Sleavton. Tentu saja tidak berlaku bagi semua murid yang ada di dalam bus Sleavton. Mereka adalah penghuni lama Sleavton yang kini memasuki jenjang penyihir tingkat tinggi, sama sepertiku. Mereka sudah menempati sekolah tersebut sejak berumur… entahlah. Kalau di dunia manusia hampir setara dengan tingkat SD saat mereka memasuki sekolah tersebut. Aku berani bertaruh bahwa hanya ada dua atau tiga murid baru di dalam sana, termasuk aku.

Bus Sleavton baru saja tiba dan berhenti di hadapan kami—aku dan bibi Paige. Semua mata murid yang berada di dalam bus menatap kami, atau mungkin lebih tepatnya menatapku. Aku kenal sebagian kecil dari mereka. Betty, si gadis kutu buku yang sangat cuek. Aku pernah ingin mengajaknya berteman denganku, dan aku hampir tidak percaya dengan yang dikatakannya saat itu, ‘buku jauh lebih penting daripada harus berteman denganmu’, lalu dia meninggalkanku pergi begitu saja. Ada juga Violet, gadis besar kepala yang menganggap dirinya adalah penyihir paling berbakat dan paling cantik. Kurasa soal dia-yang-paling-cantik benar adanya. Tapi aku tidak tahu jika dia menggunakan sihir untuk mempercantik dirinya. Soal dia penyihir paling berbakat, jujur aku sangat meragukan itu. Ada juga Fred, salah satu lelaki penyihir yang tinggal satu lingkungan dengan kami. Sebenarnya aku bisa saja berteman dengan Fred, tapi entah kenapa bagian dari diriku memperingatkanku untuk jangan mendekatinya, dan aku tidak tahu apa alasannya. Tidak lama pintu bus bergeser terbuka, menampakkan sesosok manusia, ah tidak. Bukan manusia. Tapi sesosok kerangka berjalan dengan pakaian supir bus yang sudah compang-camping. Tentu saja aku tidak terkejut dengan hal itu. Kami, para penyihir sudah biasa saat melihat hal-hal yang berada di luar nalar manusia biasa. Kerangka itu mendekati kami.

“Selamat malam nyonya Paige, dan selamat malam juga nona Fallen,” sambutnya pada kami.

“Selamat malam tuan John. Senang sekali bertemu lagi denganmu,” balas bibi.

Kerangka bernama tuan John tersebut mengulurkan tangan ke arah bus di belakangnya, mempersilahkanku masuk. “Silahkan masuk, nona Fallen. Aku yakin para murid tidak ingin menunggu lama.”

Aku tersenyum padanya, berpelukan dengan bibi dan melangkah menuju pintu masuk bus, sementara koperku dibawa oleh tuan John dan disimpannya di suatu tempat dengan sihirnya. Aku masuk dan berdiri di depan semua murid yang kini menatapku.

“Fallen? Hei, kukira kau akan memasuki sekolah untuk anak-anak gila,” kata Violet tiba-tiba dan tertawa diikuti teman-temannya. Aku hanya  menelan geraman, sementara berjalan menuju deretan kursi paling belakang yang masih kosong. Aku menghentikan langkah kakiku saat salah satu teman Violet yang ada di sampingku berbisik, “Tunggu Violet, kau bilang namanya Fallen (terjatuh)?”

“Yeah, tanyakan saja padanya,” jawab Violet dan tertawa. Violet dan teman-temannya menatapku dengan tatapan merendahkan diikuti seringaian yang menurutku lebih mengerikan daripada monster. Aku menelan ludah dan kembali berjalan. Aku duduk di kursi pojok dengan perasaan campur aduk. Aku menoleh ke kaca dan menatap bibi untuk terakhir kalinya sebelum aku berangkat. Dia memberikan senyum hangat padaku yang entah bagaimana bisa mendinginkan suasana hatiku, dia menggerakan tangan seolah dia mengangkat sesuatu yang menggantung di lehernya dan berbicara dengan tidak jelas padaku. Kurasa aku tahu apa yang dimaksudnya, jam sakuku, dan dia menuliskan sebuah kata dengan sihirnya di kaca depanku. ‘Gunakan jam saku itu saat kau merasa kesulitan. Ingatlah, jadilah penyihir yang bisa membanggakan bibi dan kedua orang tuamu.’ Setelah tulisan tersebut menghilang, bus melaju berangkat di tengah kesunyian malam.

***

Aku melangkah turun dari bus sementara Violet dan teman-temannya masih menertawakanku, dan kurasa pendukung Violet semakin bertambah mengingat saat di dalam bus dia bercerita dengan banyak murid tentang suatu hal yang membuat ekspresi mereka terkejut dan menatapku. Aku yakin dia bercerita tentang aku ‘si gadis gila’, karena dia tahu tentang masa laluku. Aku menghela napas dan berjalan di atas tanah basah yang gelap. Kulihat Fred baru saja turun dari bus dan menepuk bahuku.

FALLEN (and The Book of Spells)#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang