26 | The Blonde

2.1K 296 101
                                    

A L I C E

"Kau sudah mengemas semuanya?" Tanya ayah.

"Hampir semuanya," aku memberinya senyuman dan ia mengelus puncak kepalaku lalu pergi.

Aku cukup yakin ayah tidak terlalu keras padaku sejak aku penyelinapanku waktu itu. Mungkin karena aku telah meyakinkannya malam itu dan tidak menangis terus-terusan lagi seperti hari-hari pertama kembali ke Ruthorham.

Harry memanjat jendelaku beberapa kali lagi dan kami menjadi lebih dekat—sangat dekat. Well, kami tidak benar-benar berbicara tentang satu sama lain atau siapa dia dan sebagainya. Aku tahu, ia tidak seperti yang ayah katakan dan aku juga yakin, waktunya akan tiba ia terbuka padaku.

"Ayah," panggilku lagi. Ia menoleh. "Apa kau yakin kau ingin aku ikut?"

"Tentu saja," katanya tegas.

"Bagaimana jika kejadian seperti waktu itu terjadi lagi?"

Wajah ayah menegang, "Aku akan lebih hati-hati."

Aku tahu aku tidak bisa melawannya dan aku memang harus ikut. Jadi seperti hitungannya, Harry akan memanjat jendelaku lagi malam ini. Dengan sedih, aku harus mengatakan padanya bahwa aku akan pergi ke Harlstone. Selama waktu itu, kami tidak akan bertemu. Satu-satunya harapanku adalah agar ia tidak bosan menunggu.

"Sekarang pergi ke kamar ibumu. Pastikan ia baik-baik saja," perintah ayah dan aku menurut.

Aku mengetuk pintu kamar sebelum membukanya. Ibu sedang duduk di pinggir ranjang, melipat beberapa gaun yang ia jahit sendiri.

"Duduk di sampingku, Alice sayang," ibu menyapaku. Aku menontonnya dengan gemulai merapikan isi lemarinya.

"Gaun buatan ibu bagus sekali. Aku tidak akan pernah bisa mengalahkannya," kataku dan itu memang benar kenyataannya. Aku bahkan sudah jarang menjahit sejak ibu sakit. Menjahit sendiri bukanlah kegiatan yang menyenangkan.

"Gaun milikmu juga," bantahnya. "Cobalah beberapa gaunku. Aku mungkin tidak ingin memakainya lagi," katanya lalu menumpuk beberapa gaun di atas pahaku.

Aku tersenyum senang, "Ibu yakin?"

"Ya, tentu. Kebanyakan dari itu ibu pakai saat masih muda," candanya dan aku tertawa.

Aku membentangkan gaun-gaun itu satu per satu. Semuanya sangat sopan dan indah. Ibu memiliki tangan yang ajaib. Jahitannya hampir bisa dibandingkan dengan gaun di toko. Aku sampai terpesona dengan semuanya, sama seperti saat aku memilih gaun di Windrip.

Kebanyakan dari gaun itu bewarna putih dan krem, tapi ada satu yang bewarna hijau dan biru. Yang hijau menurutku sangat menonjol. Sulamannya sangat rapi dan teliti, dengan benang bewarna kuning dan putih membentuk daun-daun dan gelombang.

"Itu juga favoritku," kata ibu seolah membaca pikiranku. "Kau harus memakainya saat kita ke Harlstone nanti."

"Mengapa harus memakai gaun terbaikku kesana?" Aku terkekeh.

"Siapa tahu kau akan bertemu Sang Raja. Lebih sopan jika kau berpakaian yang bagus," ibu menggodaku.

Aku menyenggol bahunya sedikit, "Ibu! Dia seharusnya bertunangan dengan Putri Catharina! Lagipula, aku tidak tertarik dengannya."

VITALITY [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang