02 | What You've Been Missing

3.1K 341 198
                                    

A L I C E

Aku terbangun karena sinar matahari yang terik menyinari wajahku. Dengan cepat, aku menutupi mataku yang silau dengan tangan. Tidak melihat apapun selain pintu dan ranjang, aku menyadari bahwa aku tidak berada di kamarku, melainkan di rumah orang lain. Aku menghela napas setelah mengingat kejadian kemarin.

Kuputuskan untuk turun dari sana, mungkin untuk mencari tahu apa gunanya aku disini.

Aku mendengar suara hentakan kaki datang dari dapur. Aku pun berbelok ke sana dan menemukan Harry sedang melakukan sesuatu di atas meja dapur. Tidak lama, ia berbalik dengan sepotong roti di tangannya dan melihatku.

 Tidak lama, ia berbalik dengan sepotong roti di tangannya dan melihatku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pikir kau orang pagi," tegurnya.

"Aku memang orang pagi."

"Kata gadis yang bangun tengah hari," Harry menaikkan kedua alisnya sebelum duduk di meja makan.

"Tapi aku memang selalu bangun pagi di desaku," ucapku lalu duduk di hadapannya.

"Yea, sayangnya kita tidak punya menara jam yang berbunyi di tengah hutan," timpalnya sebelum membelah roti yang ia pegang dan memberi belahannya padaku.

Aku mengambilnya dengan kaku, "Terima kasih."

Aku melihat Harry melahap potongan besar lalu mengunyah roti itu dengan cepat. Melihat nafsunya itu, aku pun mencoba dan mengigit kecil roti tersebut. Rasanya tidak buruk, tapi aku lebih suka roti buatan pemanggang di Ruthorham.

"Kau tidak punya pemanggang. Dari mana kau mendapatkan ini?" Tanyaku. Dari yang kulihat, ia hanya punya panci dan ketel di dapurnya.

"Tristan membelinya untukmu tadi pagi."

"Oh," aku mengangguk dan menggigit roti itu lagi. "Kemana ia sekarang?"

"Entahlah. Mungkin berburu."

"Kau tidak ikut?"

"Aku bukan tipe yang suka berburu," jawabnya, tidak melihatku sama sekali.

"Kau tidak ahli memanah?"

"Aku bisa membunuhmu dengan satu anak panah saja jika aku mau," balasnya, menbuatku berhenti bertanya dan menggigit rotiku lagi. Jauh berbeda denganku, roti milik Harry sudah habis, tinggal sisa yang harus ia kunyah di dalam mulutnya.

"Kau tidak suka rotinya?" Tanyanya.

Aku menelan kedua bibirku lalu memberanikan diri melihat matanya, "Aku...tidak terlalu lapar."

"Kau selalu bisa memakannya nanti," ucapnya lalu aku menyodorkan roti itu kepadanya lagi. Ia mengambilnya dan membungkusnya dengan roti utuh lain di meja dapur.

Harry berjalan lagi, kali ini melewati meja makan dan aku bertanya, "Kemana kau pergi?"

Ia berbalik, "Jangan khawatir. Kau tidak akan ditinggal sendiri. Beri tahu aku jika kau butuh sesuatu."

VITALITY [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang