10 | White Horse

2.6K 328 49
                                    

A L I C E

"Kemana tujuan awal kita?" Tanyaku penasaran. Harry tampaknya tahu kemana arah yang benar sebab semua arah tampak sama bagiku.

"Windrip Village, kurasa."

Aku langsung menoleh ke arah Harry. Windrip Village mengingatkanku pada ucapan Felix waktu itu. "Is this because the whore?"

"What? No!" Seru Harry lalu tertawa. "Aku ingin menemui seseorang disana."

"Siapa?"

"Nanti kau akan tahu," katanya. "Naik ke atas kuda, Alice," perintahnya tiba-tiba.

"Ta-tapi—"

"Just do," potongnya. Well, kurasa sebaiknya aku menurut dari pada memulai pertengkaran. Tapi-ku punya dua alasan. Yang pertama, aku tidak bisa menunggang dan yang kedua, aku takut akan merobek gaunku.

Aku pun bersiap naik saat Harry menarik lenganku. "No, no," protesnya. "Naik dari kiri. Selalu dari kiri."

Aku yang tadi secara tidak sadar berjalan ke sisi kanan kuda kini kembali berdiri di sisi kanannya. Aku tidak terlalu yakin aku bisa memanjat kuda ini dengan satu lompatan, jadi kudengarkan saja semua perkataan Harry.

"Genggam tali dan pelannanya dengan tangan kirimu," perintahnya. "Gunakan tangan kananmu untuk memegang sanggurdinya."

"Oke," aku menurut.

"Sekarang pijakkan kaki kirimu ke sanggurdinya, naik dan langsung lemparkan kaki kananmu ke sisi lain," lanjutnya. "Lakukan dengan cepat, Alice."

"Oke," kataku lagi lalu menaikkan kaki kiriku. Aku sedikit menjerit karena kudanya bergerak saat aku memanjat. Tapi untungnya, Harry menahanku agat aku tidak terjatuh dan aku berhasil duduk di atas kuda itu sendirian.

Seperti halnya diriku, kuda itupun merasa tidak nyaman dengan posisiku. Ia terus-terusan bergerak dan Harry menyuruhku menarik tali kekangnya ke arahku agar kuda itu berhenti, tapi kuda itu tampaknya tidak suka denganku.

"Jangan condongkan punggungmu ke depan. Kau akan jatuh," kata Harry dan aku langsung membenarkan posisiku.

"Jangan tekan kakimu kuat-kuat pada sanggurdinya," Harry meraih pergelangan kakiku dan merilekskannya agar ujung sepatuku menghadap tanah dan tumitku terangkat.

"Duduk tegap," perintahnya lagi tapi aku masih merasa kaku dan tidak nyaman. "Pindahkan pinggulmu. Sedikit ke depan, Alice," katanya sebelum meraih pinggulku dengan kedua tangannya.

Seharusnya itu membuatku lebih seimbang, tapi sebaliknya. Bukan hanya keseimbangan, aku juga kehilangan akal sehatku. Peganganku pada tali kekang itu melonggar dan sebentar saja kuda itu sudah memberontak melawanku. Badanku tidak terkendali dan akhirnya aku terjatuh. Aku berteriak, Harry mencoba menangkapku tapi aku justru menimpanya.

"Maaf," aku menekan kedua baris gigiku bersamaan saat kami berdua sudah di tanah.

Harry membuka matanya dan meniup rambut yang menutupi wajahnya. Lalu, ia tertawa.

Kurasa aku tidak belajar sama sekali.

✶ ✶ ✶

Setelah empat hari perjalanan, akhirnya kami sampai di pintu gerbang Windrip Village. Kami berdua turun dari kuda dan memasuki desa itu dengan berjalan kaki. Aku tersenyum lebar saat kami ada di jalan masuk. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berada di desa yang bukan Ruthorham.

Semua orang sibuk disana; berkumpul atau berjualan. Bukannya tidak demikian di Ruthorham, hanya saja rumahku agak jauh dari pusat keramaian dan aku tidak sering melihat ini.

VITALITY [Harry Styles]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang