ㅡone

5.4K 675 41
                                    

Selagi menunggu, Hyunjin memilih duduk bersantai di rooftop sekolah. Dia duduk di antara tumpukan kursi dan meja-meja rusak.

Sejam sebelum bel pulang berbunyi, Hyunjin sudah tidak terlihat di kelasnya —ia membolos. Namun tas dan motornya masih berada di sekolah.

Tiga puluh menit setelah bel pulang, sekolah perlahan sepi. Barulah Hyunjin kembali ke kelasnya yang sudah kosong. Ia hanya mengambil tasnya dan kemudian pergi lagi.

Sekolah benar-benar sepi. Hanya beberapa murid tersisa, masih memilih untuk tetap di sekolah karna pertemuan ekskul yang mendadak atau mungkin ada sesuatu yang harus diselesaikan. Mengingat ini adalah hari senin dan hari ekskul biasanya yaitu hari kamis sepulang sekolah.

.

.

Hyunjin sudah siap dengan pematik di tangan kanannya. Sebatang rokok terselip di bibir tebalnya.

Semilir angin menghantarkan udara sejuk. Menerbangkan helaian rambutnya yang acak-acakan.

Salah satu sumber ketenangannya. Menikmati langit sore dengan kepulan asap rokok.

Ia sedang menunggu. Yang mana, bukanlah hal yang disukainya.

Namun Hyunjin berusaha mengalahkan ego. Ia harus bertengkar dengan pemikirannya.

Ia tidak perlu mengirim pesan singkat pada sosok yang ia tunggu, demi mendapat kabar kapan ia akan menjemput.

Hyunjin hanya perlu melihat waktu. Jam di pergelangan tangannya menjadi acuan.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, dan mulutnya mulai terasa manis, barulah Hyunjin beranjak. Meninggalkan kenyamanan sementara demi menjemput kenyamanan yang lebih nyata.

Selagi kakinya berpijak menuruni anak tangga, Hyunjin melirik pergelangan tangannya.

4:14 PM.

Waktu yang tepat. Hyunjin melukiskan senyuman tipis di wajahnya.

Ia berjalan dengan kedua tangan tersimpan di saku celana, hanya ada dia di sepanjang koridor. Melewati deretan kelas yang kosong.

Kakinya kembali berpijak menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Tujuannya adalah sebuah ruangan yang berada di ujung lorong.

Sekretariat Osis.

Hyunjin tersenyum. Mengintip di balik kaca jendela dan menemukan sumber kenyamanannya yang sedang membereskan barang-barangnya.

Ia berbalik badan. Kemudian dengan sedikit tergesa, ia membuka tasnya dan mengeluarkan botol kecil. Tanpa pikir panjang, Hyunjin menyemprotkan cairan di dalam botol itu ke seragamnya. Seadanya saja. Karna jika terlalu banyak, Hyunjin yakin baunya akan aneh. Setelah itu ia kembali menyimpannya ke dalam tas.

Ngomong-ngomong, itu adalah pewangi pakaian laundry yang di ambilnya diam-diam semalam di toko kakaknya.

Hyunjin menyender di tembok yang dingin. Hanya tinggal menunggu sosok itu keluar.

Beberapa anggota osis perlahan, satu persatu keluar dari ruangan. Sesekali juga Hyunjin tersenyum menyapa senior dan teman seangkatan yang dikenalinya.

Tak lama, yang ia tunggu keluar. Hyunjin tersenyum menyambutnya.

"Pulang sekarang?" Hyunjin menunjukkan senyuman tulusnya.

"Kamu merokok lagi ya?"

Mendengar itu, Hyunjin segera mengendus bau seragamnya. Tidak ada yang aneh. Setidaknya itu bagi Hyunjin. Ia merasa wangi parfumnya tadi biasa saja.

Namun, reaksi berbeda yang didapatnya dari lelaki di hadapannya ini. Dan Hyunjin hanya menampilkan cengirannya. "Mulutku pahit, Seungmin."

Lelaki itu, yang Hyunjin panggil Seungmin mendengus ketika mendengar alasannya. Klasik.

"Apa permen yang aku kasih ke kamu sudah habis?" Hyunjin menggeleng. Tangannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan tiga permen mint rasa stawberry. "Masih ada lagi di rumah," jawab Hyunjin.

"Kamu pake parfum 'kan?" Hyunjin mengangguk. Kemudian tersenyum malu-malu.

"Tapi aroma rokoknya masih kerasa. Aku nggak suka."

Hyunjin menggaruk tengkuknya. Ia merasa menyesal telah merokok tadi, padahal tau kalau lelaki di hadapannya ini sangat benci rokok. Lain kali, ingatkan Hyunjin untuk tidak merokok sebelum bertemu Seungmin.

Melihat Seungmin yang terus mengusap hidungnya, Hyunjin dengan segera melepaskan tas ranselnya dan mengambil sebuah hoodie polos bewarna coklat tua. Ia memakainya.

Seungmin mengerut bingung, lagi. Ia tak sengaja melihat isi dalam tas Hyunjin.

"Kamu cuma bawa satu buku tulis ke sekolah?" tanya Seungmin. Harusnya, ia tidak terkejut lagi. Hyunjin selalu seperti itu. Berkelakuan sesukanya saja.

Hyunjin yang baru saja menyandang tasnya lagi memasang wajah terkejut. Merasa tertangkap basah. Lalu sedetik setelahnya ia menyengir. "Hehe, buku pelajaran hari ini cukup berat. Dan aku tinggalkan beberapa di loker kelas."

Itu adalah sebuah kebohongan. Harusnya, jika Hyunjin meninggalkan beberapaㅡmasih ada beberapa buku tersisa di dalam tas itu.

Dan Seungmin menyadari kebohongan itu. Namun Seungmin hanya memilih diam dan tidak melanjutkan. Lagipula, Hyunjin nantinya akan menganggap semua nasihat Seungmin sebagai angin lalu.

"Masih kecium aroma rokoknya?" tanya Hyunjin.

Seungmin mengangguk lucu. Ia mengusap-ngusap pelan hidungnya. Tangannya terangkat dan menunjuk mulut Hyunjin. "Masih bau rokok," katanya kesal.

Hyunjin menghela napasnya. Tangannya bergerak mengambil permen mint tadi dan memakannya.

"Oke, ayo pulang." Hyunjin mengaitkan jemarinya pada jemari Seungmin. Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran.

Setelah menjemput kenyamanannya yang nyata, tugas Hyunjin selanjutnya adalah; mengantar pulang lelaki manis yang sedang berjalan di sampingnya ini.

Sungguh, senakal apapun Hyunjin, bila dihadapkan pada Seungmin;ㅡkelemahannya, Hyunjin akan berubah menjadi lembut dan penyayang.

Seungmin mampu membuatnya menggila hanya karna rasa nyaman dan sayang.

SENJA, HYUNMIN.Where stories live. Discover now