10

970 198 28
                                    

"Eksekusi mati."

Taedong dan Taehyun lagi-lagi dibuat tak habis pikir akan ucapan sang penghuni termuda kos mereka, Kim Donghan.

"Gila lo! Sama aja kita jadi pembunuh dong?!" protes Taedong.

"Terus mau diapain lagi? Kalo dibiarin mati semua kita," balas Donghan.

"Ya tapi gue gamau bunuh orang, Donghan, dosa!"

"Mikir dosa belakangan, sekarang yang penting nyawa kita!"

"Yaudah sih, kurung aja dia di kamar kelar masalah. Yang penting sekarang, gimana caranya kita bisa ngehubungin polisi soal ini," ujar Taehyun menengahi.

"Tunggu, dikurung di kamar? Ntar kalo kabur lewat jendela gimana?"

"Mana bisa jendelanya kan ditralis," Taehyun menoyor kepala Donghan. "Kalo jendela kaga ditralis gue udah kabur dari kemaren kali."

"Ya udah, sekarang Sanggyun mana?"

[ p s y c h o p a t h ]

"Guk."

"Hm?"

"Lu percaya sama gue 'kan...?"

Yongguk yang mulanya sibuk merapikan kotak obat langsung menoleh menghadap Sanggyun. Ia sempat memandangi Sanggyun dalam diam beberapa saat, lalu mengendikkan bahunya dan kembali memasukkan obat serta kasa ke dalam kotak.

"Kim Yongguk."

"Entahlah, bang. Gue udah ga percaya sama siapa-siapa lagi di sini."

Sanggyun menghela napas. Sebuah ekspresi sedih dan kecewa terpatri di wajahnya.

"Guk, mungkin lu masih marah soal sikap gue ke Rcy kemarin, gue minta maaf. Sumpah gue ga bermaksud buat jahat ke dia, lu tau sendiri 'kan gue-"

"Ya."

"Soal emosi gue yang gak karuan belakangan ini, gue juga ga bisa ngontrol, Guk. Cuma lu sama Taehyun yang tau gue punya anxiety disorder dan dalam kondisi di bawah tekanan kaya gini gue-"

"Iya."

"Yongguk, cuma lu doang yang bisa gue percaya sekarang. Tolong percaya sama gue. Bukan gue pelakunya, gue mana mungkin bisa-"

"Iya."

Yongguk menaruh kotak obat di atas kulkas lalu berbalik dan menatap Sanggyun yang duduk di kursi meja makan. Ia menepuk pundak Sanggyun dan mengangguk.

"Iya, bang. Gue percaya lu bukan pelakunya."

"Sanggyun."

Sanggyun dan Yongguk langsung menoleh ke arah pintu masuk dapur. Di sana, ada Taehyun serta Taedong dan Donghan yang berdiri di belakangnya.

"Sini lo!" Taedong buru-buru masuk dan menarik paksa Sanggyun agar berdiri.

"Weh, apa-apaan nih main tarik?" Yongguk menahan Taedong, juga dengan paksa melepaskan tangan pemuda itu dari Sanggyun.

"Dia pembunuhnya, Guk. Dia yang bunuh Kenta. Gue bilang juga apa, emang sejak awal dia aneh!" seru Taedong membuat Yongguk mengernyitkan dahi, antara heran dan tak percaya.

"Jangan asal nuduh dong, mana buktinya? Asumsi lo di ruang tengah tadi? Mana cukup!" Yongguk mendorong Taedong menjauh.

Melihat itu, Donghan segera maju dan menyodorkan kaus milik Kenta yang ia temukan di kamar Sanggyun. "Ini yang semalem dipake Kenta, kurang jelas apa lagi?"

Yongguk diam tertegun. Ia merebut kaus itu dari tangan Donghan dan berbalik menatap Sanggyun meminta penjelasan.

"Bukan gue, Guk! Sumpah bukan gue!" seru Sanggyun.

"Kalo gitu jelasin, bang. Jelasin biar gue ga nyesel percaya sama lo."

Sanggyun menjambak rambutnya frustasi.

"Gue bahkan gatau kenapa kaos itu bisa ada di kamar gue, Guk! Gue bahkan ga keluar kamar semaleman dan gue gatau siapa yang ngejebak gue!"

"Alah, mana ada maling ngaku maling," sahut Donghan.

"Demi Tuhan, gue ga tau apa-apa..."

Taehyun yang sejak tadi diam menyaksikan dari ambang pintu dapur akhirnya masuk ke dalam dan melerai.

"Udah, demi kebaikan bersama mending lo kita kurung dulu, Gyun," ujarnya. Jelas saja, kalimatnya itu mengundang tatapan penuh tanya dari Sanggyun dan Yongguk.

"Kurung gimana...?"

"Lo kita kunci di kamar. Bukan berarti gue ga percaya sama lo, tapi sekali lagi, demi kebaikan bersama karena di sini semua buktinya mengarah ke lo," jelas Taehyun panjang lebar.

Ia pun menarik Sanggyun yang sudah pasrah menuju ke kamar, diikuti Taedong, Yongguk, dan Donghan. Tanpa banyak bicara, ia mendorong Sanggyun masuk dan mengunci pintunya dari luar.

"Sekarang," Taehyun berbalik menghadap ketiga temannya. "Kita kubur Kenta dulu, terus kita cari tau cara buat bisa keluar dari sini, atau minimal cari cara buat bisa telepon polisi."

Ucapan Taehyun yang hampir terdengar seperti perintah itu langsung dituruti oleh ketiga kawannya. Taedong dan Donghan segera pergi ke halaman belakang dan Yongguk mengambil jasad Kenta yang tadi Donghan letakkan di ruang tengah.

Sementara itu, Taehyun menatap kunci kamar Sanggyun yang ada dalam genggamannya. Ia menggigit bibir bawahnya, rasa ragu tiba-tiba menguasai dirinya.

'Santai, Noh Taehyun. Ini keputusan terbaik saat ini,' batinnya berusaha meyakinkan diri.

'Tapi... kenapa gue ga yakin kalau Sanggyun pelakunya?'

'Kenapa gue ngerasa bersalah?'

[ To Be Continued ]

[ 1 ] p s y c h o p a t h | JBJ [ ✅ ]Where stories live. Discover now