3

1.2K 231 50
                                    

Meski sempat berdebat, akhirnya mereka semua tetap berkumpul di dapur dan menonton Kenta dan Taedong yang sedang memasak mi instan. Taehyun menelungkupkan wajahnya ke meja, masih tertekan karena kejadian hari ini. Sementara itu, Sanggyun, Donghan, dan Yongguk juga larut dalam pikiran masing-masing.

"Tau gini gue pulkam aja njer kemaren," celetuk Donghan sambil memainkan sumpitnya. Ucapannya sukses membuat atensi semua orang tertuju padanya.

"Udah lah, Han. Nyesel doang gak ada gunanya, kita juga udah gak bisa ngapa-ngapain sekarang," sahut Taehyun putus asa.

"Pembunuhnya pasti salah satu dari kita," sekarang giliran Sanggyun yang jadi pusat perhatian.

"Maksud lo apaan, Gyun?" tanya Yongguk. Ia masih terlalu shock sehingga belum bisa mencerna kalimat sesederhana itu.

"Lo tau sendiri, hp kita ilang, kabel telpon diputus, dan kita dijebak di dalem sini. Keliatan jelas banget pelakunya mau biar kita kekumpul di satu tempat biar gampang ngabisinnya," jelas Sanggyun panjang lebar yang menuai tepuk tangan sekenanya dari Kenta, Taehyun, dan Yongguk.

"Tumben otak lu jalan, Gyun," puji Taedong setengah bercanda.

Sanggyun cuma senyum seadanya, di pikirannya sekarang penuh dengan kecurigaan terhadap penghuni kosan lainnya. Terutama pada dua orang yang sejak awal tadiㅡmenurutnyaㅡsudah tampak mencurigakan.

"Udah mateng, nih. Dimakan dulu," kata Kenta seraya menaruh semangkuk besar mi ke atas meja. Taedong sendiri sibuk membagi mangkok-mangkok lain yang lebih kecil. Setelahnya, mereka makan dalam diam.

Selesai makan, sebagian dari mereka berpencar masuk ke dalam kamar masing-masing, menyisakan Taehyun dan Kenta di ruang tengah. Taehyun yang sudah lebih tenang duduk diam di sofa, sesekali melirik ke arah kamar Hyunbin yang sekarang terbuka lebar.

"Ken, lo sini bentar, gue mau ke kamar Hyunbin dulu," ujarnya seraya berjalan menuju kamar Hyunbin, meninggalkan Kenta yang bengong di sofa.

"Permisi," ucap Taehyun seraya berjalan pelan memasuki kamar Hyunbin. Pemuda itu sempat terdiam sebentar melihat ke arah kasur Hyunbin. Di sana, tergeletak tubuh tak bernyawa sang empunya kamar yang ditutupi oleh selimut hingga puncak kepala.

Menyeramkan.

Tapi anehnya, Taehyun sama sekali tidak merasa takut. Alih-alih ketakutan, Taehyun justru membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Hyunbin hingga wajahnya tampak.

Begitu tenang dan damai. Taehyun sekuat tenaga menahan dirinya untuk tidak menangis tersedu-sedu.

"Gue bakal nemuin siapa yang ngebunuh lo, Bin. Gue bersumpah bakal jeblosin orang itu ke penjara," gumamnya lalu kembali menutupi Hyunbin dengan selimut.

Ia lantas melangkah menuju ke daerah samping lemari, tempat di mana Hyunbin pertama kali ditemukan. Tanpa ragu, Taehyun melewati genangan darah yang kini sudah mengering, mencari-cari sesuatu yang kiranya dapat memberinya petunjuk tentang siapa dalang dibalik semua ini, hingga tiba-tiba sesuatu menarik perhatiannya.

Secarik kertas berlumuran darah, bertuliskan beberapa kata yang ditulis berantakan. Dari bentuknya, Taehyun sudah dapat mengetahui kalau itu tulisan Hyunbin. Segera ia ambil kertas itu dan ditutupnya pintu kamar Hyunbin. Ia ingin membaca surat itu dan menganalisanya.

배고파요 (I'm hungry)

고양이 (Cat)

4

"Maksudnya?"

[ p s y c h o p a t h ]

"Bang Tae, ngapain di sini?"

Taehyun yang sedang berkutat dengan surat temuannya berjengit kaget saat merasakan sebuah tangan mampir ke punggungnya. Posisinya membelakangi pintu, jadi ia tidak tahu siapa yang datang.

"Eeeee Sanggyun, anu..." Taehyun tergagap. "Lagi ziarah, hehehe, sekalian cari petunjuk nih," jawabnya sekenanya. Untung Sanggyun tidak bertanya lebih lanjut dan malah menghampiri jasad Hyunbin.

"Bang, gue kok gak enak ya sama Hyunbin," ujarnya lirih tapi masih bisa didengar oleh Taehyun.

"H-hah? Maksud lo gimana?"

"Kuburin mayat Hyunbin yok Bang? Nggak layak aja gitu kayanya kalo dia dibiarin di dalem kamar kaya gini," ujarnya seraya menyibak selimut yang menutupi Hyunbin.

"Emang hujannya udah reda?" tanya Taehyun.

"Udah."

"Yaudah, gue panggil anak-anak lain, lo gali lobang dulu sana di halaman belakang. Ajakin Donghan, kalian yang jiwa-jiwa kuli hehe."

"Anjir."

Setelahnya, mereka berdua keluar dari kamar Hyunbin dan menutup pintunya. Kemudian, mereka berpencar. Sanggyun pergi ke gudang mengambil cangkul dan sekop, sementara Taehyun menghampiri Kenta terlebih dahulu.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengamati gerak-gerik mereka dari lantai dua.

Usai mengantarkan Hyunbin ke peristirahatan terakhirnyaㅡmeski seadanya, anak-anak kos 7B7 kembali berkumpul di ruang tengah. Situasinya hening, semua orang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Oh ya, Yongguk mana?" Pertanyaan Kenta sukses memecah keheningan. Semua yang berkumpul di ruang tengah saling lirik, lalu menggeleng tanda tak tahu.

"Tadi waktu ngubur Hyunbin, ada gak?" tanya Taehyun.

"Lah nggak inget juga gue," sahut Sanggyun.

"Setdah, gimana sih lu semua, temen sendiri ilang gak nyadar," gerutu Kenta kesal.

"Lah? Lu sendiri juga kaga nyadar 'kan?" Sanggyun balas mencibir, membuat Kenta mendelik ke arahnya yang juga dibalas hal yang sama.

"Ngajak tengkar lo?"

"Hayok!"

Keduanya sudah saling meraih kerah kaus, untung saja Taehyun segera melerai.

"Udah, jangan ribut. Terakhir orangnya di mana?" tanya Taehyun lagi.

"Terakhir sih habis makan dia ke kamarnya," jawab Taedong. Sesaat kemudian, tanpa dikomando, ia dan Donghan pun langsung berlari ke kamar Yongguk yang ada di lantai dua.

"Yong, buka pintunya Yong!" teriak Taedong sambil menggedor pintu kamar Yongguk yang terkunci. Donghan sendiri tanpa banyak bicara menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendobrak pintu.

"WOY KIM YONGGUK! BUKA PINTUNYA!"

"KIM YONGGUK!"
















































CKLEK

"Apaan sih ribut-ribut?"

[ To Be Continued ]

[ 1 ] p s y c h o p a t h | JBJ [ ✅ ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن