3

14 3 9
                                    

Manusia berubah secepat mengedipkan mata.
Kupikir, kamu bukan orang seperti itu.

Kemarin malam, Ely berkata kalau hari ini Ia ingin ke rumahku. Memang sih sedang liburan sekolah, lagipula aku juga bosan di rumah.

Aku mengecek telepon genggamku, melihat apakah ada kabar dari Ely. Nyatanya, belum.

Cuaca hari ini bagiku cukup cerah, matahari bersinar terang menembus lapisan-lapisan di muka bumi. Di sinilah aku, duduk di sofa ruang tamu menonton televisi sambil memakan snack menunggu balasan sekaligus kedatangan Ely.

Elysia : sabar ya, mandi dulu.

Aku menghela napas, memberi ruang agar tidak kesal. Sepertinya Ely baru bangun tidur percuma saja aku menunggu sendari tadi.

Sudah menjadi hal biasa untukku menunggu waktu kedatangan Elysia yang ngaretnya minta ampun. Kalau Elysia adalah maskapai penerbangan, kasihan penumpangnya harus mengalami delay melulu.

Karena merasa bosan akibat siaran televisi yang biasa-biasa saja. Aku memutuskan untuk datang ke Rumah Rendra, lagipula kami kan sudah akrab.

Aku meminta izin pada mama untuk bermain dan mematikan televisi lalu keluar dari rumah menuju Rumah Rendra.

Setelah habis sekitar tiga menit, aku sampai di tempat tujuan. Aku mengetuk pintu berwarna putih milik Rendra dan memanggil namanya.

Kemudian laki-laki bernama Rendra itu keluar dengan memakai baju kaos bergambar Animal Kaiser senada dengan celana pendeknya. Aku sudah tidak heran melihat pemandangan seperti ini, Power Ranger, Animal Kaiser, Naruto bukan masalah.

"Mau main?" Tanyaku kepadanya.

"Boleh." Aku lalu masuk ke dalam rumahnya dan di sofa duduk Mama Rendra.

"Tante Rica!" Sapaku pada Mama Rendra yang bernama Tante Rica.

"Tan, nanti Elysia mau ke sini ya. Boleh kan?" Tanyaku meminta izin dengan sopan.

"Boleh. Justru jadi ramai kan!" Aku tersenyum.

Sebenarnya aku cuma duduk-duduk saja di sofa sambil menemani Rendra memasukkan kartu-kartu Animal Kaiser ke dalam buku yang biasa digunakan untuk menyimpan kartu-kartu mainan begitu.

Cukup membosankan sih, karena aku tidak tahu apa-apa soal Animal Kaiser.

Aku melirik telepon genggamku, berharap ada kabar dari Elysia.

Elysia : Aku udah mau sampai nih.

Buru-buru aku mengetikkan pesan balasan.

Chelsea : Di Rumah Rendra ya.

Aku lalu memasukkan telepon genggamku di saku celana.

Setelah beberapa menit, kudengar suara ketukan pintu dan aku langsung membuka pintu Rumah Rendra karena Tante Rica sibuk di dapur, Rendra sibuk dengan kartu-kartu Animal Kaisernya.

"Chelsea!" Katanya pelan.

Aku lalu menyuruh Elysia duduk di sofa. Setelah itu keheningan lagi-lagi memeluk kami, bingung mau ngapain.

"Ren, ajak temen-temen main badminton aja." Tante Rica sepertinya tahu kebosanan kami, aku cukup bahagia sih.

Tapi tetap saja, aku tidak mahir dalam permainan Bulu Tangkis begitu juga Elysia.

"Tapi, aku kurang bisa main Bulutangkis," kataku dan mendapat anggukan dari Elysia.

Rendra hanya melirik kami. "Nanti aku ajarin."

Aku baru sadar kalau aku punya dua raket Bulutangkis di rumah yang tentunya satu akan kupinjamkan pada Elysia dan satu lagi untukku.

---
Di sinilah kami, berdiri di depan Rumah Rendra tepatnya di tengah jalan komplek yang sepi.

Tante Rica ikut bermain juga bersama kami, bahkan ikut mengajariku dan Elysia. Baik Rendra maupun Tante Rica menyervis ke salah satu dari kami dan kami secara otomatis akan menyervis balik.

Tiba-tiba saja hujan gerimis turun dari langit. Aku dan Elysia memutuskan untuk tetap bermain agar kami bisa mahir bermain Bulutangkis.

Tante Rica sudah masuk ke rumah, sedangkan Rendra dia sudah dipanggil-panggil oleh Tante Rica untuk ke dalam rumah tapi enggan pergi.

"Ren, di dalem aja. Biarin Chelsea sama Elysia main!" Teriak Tante Rica dari teras Rumah Rendra. Pasti Tante Rica takut Rendra sakit kalau kehujanan.

"Nanti kamu sakit loh, Ren!"

Rendra berdecak. "Nanti kan bisa mandi, ma!"

Aku merasa tidak enak. "Ren, di rumah aja. Biarin aku sama Ely aja main!"

"Iyaa. Enggak apa-apa kok!" Timpal Ely lagi.

Setelah perdebatan ibu dan anak, Rendra  memilih masuk ke dalam rumah, aku mulai lega karena aku juga tidak enak. Bagaimanapun sudah cukup Rendra mengajarkanku, tidak perlu lagi sampai menemani bermain. Kan ada Ely.

Aku dan Ely pun saling menyervis, meski kebanyakan berujung mengambil kock. Maksudku, kami tidak bisa saling berbalasan servis.

"Aku bisa! Aku pasti bisa!" Aku dan Ely justru menyanyi-nyanyi lagu salah satu produk susu, Morinaga.

"Kutak mau berputus as--"

Setelah bernyanyi demikian, baru saja Ely dan aku mau melanjutkan lirik lagunya. Sebuah penampakan, Rendra memakai helm berwarna merah anak-anak menyita perhatian aku dan Ely.

Kami langsung tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Wajah Rendra yang polos dengan potongan rambut mangkok berbalut helm bak power ranger tapi kali ini kacanya transparan dengan warna merah.

"Biar enggak kena hujan," ujarnya yang membuat kami berdua mengerti dan jadilah Rendra memakai helm sambil bermain Bulu Tangkis.

 vermisse✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang