Bab 6

225 32 11
                                    

Pembaca diharapkan bijak.
Cerita ini berlatar masa sekarang dan masa lalu.
Cerita ini mengisahkan perjalanan kisah cinta, perjuangan, dan pengorbanan.
Tidak ada unsur menyindir atau menyinggung pihak manapun.
Jika terdapat kesalahan atau kesamaan nama, itu memang ketidak sengajaan.
Cerita bertemakan romantis, aksi, dan komedi.
(Tidak suka dengan cerita ini silahkan tinggalkan komentar)

***

Perayaan untuk penyambutan kedatangan Kaisar Qing Li sebentar lagi akan dimulai, tahap-tahap akhir persiapan untuk perayaan hampir selesai. Tak terkecuali dengan Raja Jinheung yang sudah duduk tenang di dalam kamarnya menunggu kasimnya datang menghampirinya untuk penyambutan kedatangan Kaisar Qing Li.

Di sisi lain, seorang gadis berbaju zirah layaknya menghadiri sebuah pertempuran sedang merapikan dirinya sendiri, ia sebaik mungkin harus terlihat baik dan kuat di depan Pemimpin Kerajaan Qing. Meskipun hatinya terluka, sebaik mungkin ia harus bisa menyembuyikan luka itu, ia pun sudah memutuskan untuk tidak memandang orang yang ia cintai sekarang.

"Putriku. Terimalah keputusan Raja untuk kebaikan negara ini." Kim Ina langsung menoleh ke asal suara.

Kim Ina membungkuk hormat kepada ayah yang sekaligus menjabat sebagai jenderal di kerajaan, dan menghampiri ayahnya. Jenderal yang biasanya ia lihat dengan baju zirah yang lebih berat darinya, yang selalu mengacungkan pedang beratnya untuk melindungi negaranya kini berada di depannya, memakai pakaian yang sama sebagai bentuk penghormatan kepada sekutu negara mereka.

"Apa yang ingin Ayah katakan?"

"Jika Raja Jinheung sudah memerintahkan apapun kepadamu untuk kebaikan negara ini, kau harus menerimanya, Nak."

"Aku akan menerima dan melaksanakan apa yang sudah menjadi perintah untukku Ayah. Ayah, jangan mengkhawatirkan aku."

"Baiklah, sebaiknya kita harus segera ke aula perayaan. Sebentar lagi rombongan Kaisar Qing Li tiba."

"Mari Ayah." Ajak Kim Ina.

***

Suara dentuman keras dari gendang memekakkan teling hingga ke selurih sudut istana pertanda kedatangan Kaisar Qing Li sudah tiba, Kaisar Qing Li termasuk salah satu pemimpin yang keras dengan peraturannya.

Penyambutan kali ini lebih meriah dibandingkan dengan perayaan penyambutan Kaisar Qing Li tahun lalu, perbedaannya jika biasanya Kaisar datang dengan permaisurinya atau selir tersayangnya, maka kali ini ia hadir dengan putri keduanya yang bernama Putri Liwei.

Jalan menuju kursi Kaisar dan Putri dipenuhi dengan bunga-bunga yang berwarna-warni bagaikan karpet, Kaisar Qing Li lebih dari setemgah abad sudah menjadi pemimpin di istananya dan sudah memiliki beberapa selir.

Sedangkan Putri Liwei adalah putri pertama dari Kaisar Qing Li, putra mahkotanya akan menjadi Kaisar yang akan menggantikannya, sesuai dengan namanya, Putri Liwei sering mengenakan hanfu berwarna merah maupun merah muda, seperti saat ini ia mengenakan hanfu merah dan semakin cantik dengan perhiasan yang ada di kepalanya.

Semua mata tertuju pada Putri Liwei yang perlahan keluar dari tandunya dengan bantuan dayangnya, cara berjalannya yang anggun, kulitnya yang bersih dan seputih susu mampu membuat semua hati perempuan iri dengan kecantikan Putri Liwei.

Ia membungkuk memberikan rasa hormat kepada Raja Jinheung, tanpa disadari oleh keduanya tatapan diantara mereka cukup lama sampai akhirnya suara berat Kaisar Qing Li yang menyuruh Putri Liwei segera duduk di kursinya.

봄 꽃처럼 내게 와라 (Datanglah kepadaku seperti bunga di musim semi) End SoonWhere stories live. Discover now